Anak Hilang
Sudah dua hari sejak festival sekolah berakhir. Walau kelas 1A tidak menang, tapi mereka cukup puas karena sekarang banyak yang kenal dengan Sasha dan kotak sepatu Armin dipenuhi oleh surat cinta dari cowok-cowok sempai yang salah paham mengira dia adalah perempuan.
Ada satu orang dari kelas 1A yang tidak senang setelah festival sekolah, namanya Nact. Dia malah jijik pada saat Armin menjadi Snow White di detik-detik terakhir, terutama saat Thomas sadar kalau dia harus mencium Armin dan menyerahkan kostumnya pada siapapun yang mau. Yah, sebenarnya itu yang terjadi. Karena tidak ada yang mau mencium Armin, Jean yang saat itu lupa bahwa Snow White akan dicium segera mengambilnya. Andai saat itu Connie tidak menjadi kurcaci, pasti dia akan berebut dengan Jean.
"Hei, kamu dari kelas 1A, kan?" seseorang datang tiba-tiba dan duduk di sebelah Nact yang sedang makan siang di meja panjang kantin sekolah.
"I-iya, uwa... Kamu Hitch ... Preman sekolah!" Nact langsung menjadi gugup dan mencari cara untuk kabur dari sana. Tapi Annie dan Ymir segera datang dan mengepung Nact sehingga dia tidak bisa kabur.
"A-apa yang kau inginkan dariku? Aku tidak punya apa-apa. Tolong jangan sakiti aku!" kata Nact.
"Tenang, kamu jangan neting dulu dong ... kami punya tugas buat kamu."
Maka dari itulah Nact mendatangi Armin yang sedang membaca buku di tepi jendela ruang kelas.
"Jean di mana?" tanya Nact dengan wajah pucat.
"Ini jam berapa?" tanya Armin.
"Jam 2 siang."
"Coba cari dia di atap sekolah, kalau tidak ada mungkin dia sudah tidak ada di sekolah."
"Aku sudah cari dia di sana, tapi dia tidak ada."
"Kalau begitu mungkin dia kabur."
"Yang benar saja, masa kamu tidak tahu dia di mana?"
"Memangnya aku harus tahu dia di mana?"
"Bantu aku mencarinya, ada hal penting yang harus kusampaikan!"
Namun waktu istirahat segera berakhir dan mereka harus berada di dalam kelas. Sampai tiba saatnya pulang sekolah, Armin dan Nact menunggu Jean di gerbang sekolahan. Mereka tidak menemukan dia. Nact menjadi stres.
"Bagaimana nasibku besok ... Kalau begini aku tidak mau masuk sekolah besok," kata Nact.
"Memangnya ada apa sih?"
"Ini ada surat dari Hitch, dia bilang dia jadi suka pada Jean sejak melihat dia mencium kamu di panggung sandiwara kemarin. Katanya karena Jean pakai baju kostum, dia kelihatan berbeda dari biasanya." Nact membolak-balikkan amplop surat dengan banyak gambar hati pada permukaannya.
Armin tahu siapa Hitch, dia salah satu dari trio cewek nakal di sekolah. Dia pasti mengancam akan melakukan sesuatu yang buruk pada Nact kalau surat cintanya tidak sampai ke tangan Jean hari ini.
Sampai sekolah sepi pun Jean masih tidak kelihatan.
"Kurasa dia sudah kabur saat istirahat siang tadi. Biar kubawa suratnya, aku akan mencarinya di luar sana, siapa tahu ketemu."
"Tolong, ya," Nact menyerahkan surat itu pada Armin.
Demi menyelamatkan seorang teman dari ancaman bully, Armin bersedia untuk keliling kota hari ini. Tapi sebelum itu, dia harus pulang dulu untuk membuat nasi agar kakek bisa makan. Ternyata begitu sampai di rumah, kakeknya baru saja menutup telepon.
"Armin, kau tahu di mana Jean?" tanya Kakek.
"Memangnya kenapa, kek?"
"Barusan temanku Dave telepon, dia tanya apakah cucunya ada di sini atau tidak karena sudah dua hari dia tidak pulang dari sekolahan."
Jeder!! Kali ini Armin benar-benar yakin ada yang salah dengan Jean. Kalau Jean menghilang dari sekolah, itu bukan sesuatu yang mencemaskan. Tapi kalau dia tidak pulang dua hari ke rumah, itu sudah pertanda buruk. Sebandel-bandelnya Jean, dia selalu perhatian pada kakeknya, sama seperti Armin.
Armin lalu meminjam sepeda elektrik punya kakeknya untuk mencari Jean di seluruh pelosok kota. Armin mengingat-ingat kembali kemana Jean pernah membawanya. Taman bermain, tidak ada. Gang Arkade, tidak ada. Mall, jalanan, tempat ramai manapun tidak ada. Dermaga dan pantai juga tidak ada. Akhirnya malam tiba dan Armin sampai di tempat terakhir. Tempat Sushi murah milik Hange. Kalau di sini juga tidak ada, Armin harus lapor ke polisi.
Baru akan mengulurkan tangan untuk membuka pintu, pintu itu sudah bergeser sendiri dan terbuka, Armin berhadapan dengan Jean yang akan keluar dari tempat itu.
"Jean! Akhirnya ketemu juga!"
Jean hanya memandanginya saja, sedikit lebih lama dari biasanya, kemudian dia pergi sambil menggandeng seorang perempuan cantik.
"Itu siapa?" tanya perempuan itu.
"Fans."
Armin pun mengejarnya dengan marah, tentu saja dia marah. Dia kesal karena seharian mencari tapi Jean malah pergi begitu saja.
"Tunggu!! Jean!" Armin harus mengejarnya dan menarik lengannya.
"Kenapa kamu tidak pulang dua hari?! Kakekmu sangat kawatir!"
Jean hanya mengayunkan tangannya agar lepas dari pegangan Armin, kemudian dia menaiki moge warna biru dan cewek genit itu memeluknya dari belakang. Armin harus dapat jawaban! Dia memposisikan diri di depan motor itu dan menahannya.
"Kenapa kamu diam saja? Kalau ada sesuatu katakan padaku! Kau tidak seperti biasanya!" kata Armin.
"Minggir, atau kulindas kau!"
"Kau tidak akan melindasku!" kata Armin penuh keyakinan.
Jean menyerah. Dia mematikan motornya dan cewek genit di belakangnya mengomel kecewa.
"Ihhh kok berhenti sih?! Katanya kita mau jalan-jalan dulu sebelum balapan? Jangan ingkar janji deh! Dasar cowok banci, ingkar janji terus!"
Jean memegang kedua pipi cewek genit itu dengan tangannya, jari-jari tangannya menahan kedua rahang perempuan itu agar tidak bisa saling mengatup ataupun terbuka.
"Kalau kamu tidak suka, cari rider lain!"
Jean melepaskan tangannya dari wajah cewek itu, kemudian cewek itu dengan ketus berbalik pergi.
"Kau baru saja menghilangkan kesempatanku untuk balapan di jalan Trost. Awas kalau kau hanya membuang-buang waktuku saja," kata Jean pada Armin.
"Kamu tidak seperti biasanya, Jean. Oke, kalau menghilang dari sekolah, itu kamu banget. Tapi mengabaikan kakekmu, itu baru aneh. Kenapa kamu jadi pendiam dan menjaga jarak dengan siapapun? Kalau kamu kena masalah, aku akan membantumu!"
Jean pun tersenyum simpul, "oh ya, benar juga..."
Satu jam kemudian, Armin sudah berpakaian tidak kalah genit dengan cewek yang tadi memeluk Jean. Dia menggunakan baju warna merah dengan celana pendek yang mempertontonkan paha putih mulus. Jean menyumbalkan kaus kaki pada bra yang digunakan Armin.
"Hahahahaa... ternyata begini saja sudah beres, aku gak perlu keluar duit banyak untuk sewa cewek nakal," Jean tertawa.
"Serius deh, kenapa aku didandani seperti ini?"
"Ayo jalan," Jean menggandeng Armin tanpa bilang apapun. Kali ini Armin mengambil sikap, dia menarik tangannya kembali.
"Kalau kamu gak cerita, aku gak mau jalan ke manapun!"
"Keras kepala sekali kau?! Ini semua juga gara-gara kamu, brengsek!!" sahut Jean dengan marah.
"Gara-gara aku? Aku tidak mengerti. Apa yang kulakukan?"
"Gara-gara menciummu, aku jadi shock. Gara-gara itu aku pergi ke tempat dimana aku bisa mendapatkan perhatian cewek dengan gampang. Aku pergi ke klab malam dan mencari teman kencan..."
"Kenapa kamu lakukan itu? Mencari masalah itu namanya!"
"Itu karena sejak mencium kamu... Aku jadi ... Aku jadi ragu apakah aku straight atau bukan. Ternyata, teman kencanku malam itu adalah anaknya bos preman di distrik Trost. Dia tidak terima anaknya kencan dengan siswa SMA kelas satu, jadi dia mengancam akan mencari gara-gara ke rumahku..."
"Jadi itu sebabnya kamu tidak berani pulang ke rumah?"
"Kalau aku pulang ke rumah dan dia mengikutiku, kakekku dalam masalah!"
Armin sekarang mengerti, ternyata Jean memang seperti dugaannya; dia bukan orang jahat, hanya pemuda bermasalah yang tidak tahu bagaimana menghadapi masalah.
"Lalu sekarang kenapa kamu butuh cewek nakal?" tanya Armin.
"Sebenarnya bukan cewek nakal, aku butuh cewek cantik. Aku ingin menyelesaikan sentimen bos preman itu denganku."
"Dengan cara balapan?"
"Ya, dia suka balapan. Tapi aturan balapannya adalah memboncengi cewek cantik."
Armin jadi tersipu, "aku tidak tahu harus tersanjung atau tersinggung."
"Manapun bukan urusanku. Jadi, nanti malam, kau membonceng aku. Kita balapan untuk mengalahkan si bos preman itu agar kakekku tidak diapa-apakan," kata Jean.
"Yosh! Aku akan mendukungmu, Jean!" kata Armin sambil mengepalkan tangannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top