Bab 9
“Hanya ini, Mas? Rekap terkirimnya mana?” tanya Adriani setelah beberapa saat mengecek lembar demi lembar yang diserahkan Tony. Tangan kanannya masih membolak-balikkan kertas di hadapannya mencari rekap bukti terkirim yang setiap Sabtu rutin disetorkan Indra.
“Rekap terkirim apa, Mbak?” Tony balik bertanya.
“Itu, lho. Rekap yang isinya laporan paketanku yang terkirim pada penerima. Setiap hari Sabtu ada laporan terkirim selain resi hari sebelumnya. Dari rekap itu aku tahu daerah mana saja yang belum diterima.” Adriani menjelaskan dengan menahan rasa kesal. Ada nada panik karena menyadari paketan dalam satu minggu terakhir belum jelas nasibnya, sudah terkirim semua atau masih ada yang nyantol di gudang agen daerah tujuan.
Mendengar nada suara Adriani yang berbeda, Sabila menghentikan kegiatannya di depan laptop. Menyimak interaksi antara bosnya dan kurir baru yang baru seminggu bekerja dengan mereka.
“Nggak ada, Mbak. Dua tahun saya ngurir, ya, hanya resi, Mbak, yang saya setorkan. Nggak ada laporan terkirim,” jawab Tony. Dia mengatakan dengan sebenarnya. Selama ini Tony tidak pernah ikut merekap bukti terkirim. Lagi pula, dalam perjanjian kerjanya saat masuk di ekspedisi, dalam lembar itu tidak ada pasal yang menjelaskan kurir bertugas merekap bukti terkirim. Melihat raut wajah Adriani yang sedikit tak ramah membuat Tony tak enak hati juga.
“Bil, piye? Biasanya rekap bukti terkirim diberikan ke kita tiap hari Sabtu, ‘kan?” tanya Adriani pada Sabila yang dijawab anggukan.
Tony ikut menolehkan kepala pada Sabila yang duduk tak jauh di belakang kursi yang dia duduki.
“Lho, Mas. Aku ndak bohong.” Adriani mencoba protes pada kurir barunya.
Tony berpikir sejenak. “Sebentar, Mbak. Saya telpon Mas Roni dulu.” Tony berdiri dan berjalan ke luar ruang admin.
Sabila juga berdiri. Mendekat ke tempat duduk Adriani. “Emang gimana, sih, perjanjian kerja kita dengan ekspedisi?”
“Aku nggak ingat isinya apa saja, tapi selama ini, ‘kan, rekap bukti terkirim selalu diberikan Indra.”
“Iya juga, sih.”
“Gimana?” tanya Adriani tak sabar ketika melihat Tony masuk ruang admin.
Sabila belum kembali ke tempat duduknya. Berdiri di samping Adriani yang duduk tak sabar di kursi kerjanya.
“Begini, Mbak.” Tony menata posisi duduknya dulu sebelum melanjutkan kalimat penjelasannya. “Mas Roni nggak tahu juga tentang rekap bukti terkirim yang sampean maksud.” Tony menjeda kalimatnya. Melihat reaksi dua perempuan yang menatapnya tajam. “Em …. Kata Mas Roni, disuruh tanya ke Mas Indra langsung,” lanjut Tony hati-hati. Ketajaman tatapan dua perempuan di depannya membuatnya ingin hati-hati.
“Oke, oke, kamu bisa lanjutkan rekap paketan hari ini. Masalah ini biar aku dan Mbak Adri yang lanjutkan,” putus Sabila setelah melakukan kontak mata dengan Adriani. Sepertinya isi kepala dua perempuan itu sama tentang rekap bukti terkirim itu.
💞💞💞
“Dugaanku bener,” ucap Sabila setelah mematikan sambungan ponselnya. Dia letakkan benda pipih-persegi panjang kesayangannya itu di meja, kemudian pindah tempat duduk di depan bosnya.
Adriani mendongakkan kepala. Dia hanya diam, sedikit mengerutkan dua alisnya mendengar ucapan Sabila. Pensil di jari tangan kanannya diletakkan. Tangannya dilipat di atas meja, bersiap menerima penjelasan Sabila.
“Jadi, rekap bukti terkirim yang Mas Indra kasih ke kita itu ide dia sendiri.”
Adriani melebarkan mata mendengar kalimat Sabila. Tangan kanannya diangkat, mengusap kepala yang tertutupi jilbab meskipun tidak terasa gatal. “Kamu nggak nanya kenapa?” tanya Adriani tanpa menatap Sabila.
“Iya, ya. Lupa tadi nggak tanya.” Sabila menyesali lupanya yang tidak pada waktunya. Mau telpon lagi, ya, sungkan.
Adriani diam setelah melontarkan pertanyaan. Dia berpikir, ternyata selama ini Indra melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak dia kerjakan. Adriani mengingat-ingat waktu tepatnya rekap bukti terkrim itu mulai dia terima dari Indra. “Bil, coba cek arsip. Sejak kapan rekap bukti terkirim kita dapat dari Indra.”
“Lha, ini belum selesai, Mbak? Hari Sabtu ini. Banyak orderan.”
“Nanti aku temani lembur. Nggak ke mana-mana juga, ‘kan, malam minggu?”
“Yah ….” Sabila pura-pura keberatan. Padahal, lumayan juga bonus jam lembur dari Adriani. Jomblo tak ada istilah malam minggu. “Eh, Mbak. Nambah admin aja. Biar bantu aku.”
“Heh?” Adriani sempat memikirkan rekrut admin baru tadi. “Tapi, kamu bisa tangani ini, lho, sebenarnya. Cuma seminggu sekali.”
“Mbak ….” Sabila sudah siap memprotes.
“Iya. Iya. Aku pikirkan dulu.” Adriani memotong sebelum kalimat protes itu keluar. Adriani paham pekerjaan Sabila sudah terlalu banyak. Orderan makin bertambah setiap harinya. Lagi pula, ini sudah mendekati masuk sekolah. Itu artinya, pesanan untuk seragam gamis dan jilbab pesantren pun akan makin banyak yang masuk.
💞💞💞
Pukul 8 malam Adriani baru tiba di rumah. Malam ini seharusnya dia menghadiri pernikahan teman Pras. Sebab harus lembur, dia terpaksa membatalkan ajakan yang sudah direncanakan 5 hari yang lalu. Tak enak sebenarnya pada Pras, tapi Adriani juga tak bisa keluar dengan tenang saat konveksi sedang ada masalah.
Cek paket terkirim benar-benar menguras waktu dan tenaganya. Ditambah beberapa paket yang memang belum terkirim ke pemesan padahal sudah melampaui batas waktu terima. Dia harus membuat laporan baru ke ekspedisi untuk diusut letak paketan tersebut. Selama ini dia tak pernah dipusingkan dengan laporan ulang seperti ini. Adriani ingat, dulu, Sabila sering menerima komplain dari pemesan yang paketannya telat datang. Sudah lama memang Sabila tidak menerima keluhan serupa.
Sabila sudah cek arsip. Ternyata lembar rekap pertama tertanggal 11 Maret 2017, sekira 2 tahun yang lalu. Setahun setelah pindah ekspedisi tempat Indra bekerja. Selama bekerja sama, memang selalu Indra yang menangani. Itu artinya, setelah Indra setahun menangani konveksi.
“Malam sekali baru pulang, An. Kenalkan. Ini Indra, teman Bapak.”
Mata Adriani melebar melihat lelaki yang duduk di kursi ruang tamunya bersama Pak Humaid. Ada hubungan apa antara bapaknya dengan Indra.
Indra tersenyum melihat Adriani. Ternyata dunia memang sempit. Tidak menyangka bahwa Ani adalah Adriani. “Kami sudah saling kenal, Pak.” Indra memberi tahu Pak Humaid karena Adriani terlihat seperti orang terkejut.
💞💞💞
6 Juli 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top