Skandal
Mana ibu yang tidak sedih bila pesta ulang tahun putri semata wayangnya rusak, apalagi dirusak sepupunya sendri. Sofia merasa sedih namun tatapan Rahdi menyegarkannya, menenangkannya. Ada rasa gairah, rangsangan, dan juga kelembutan yang diberikan dari pancaran matanya.
"Sof, es krimnya enak?"
"Ya, it is delicious."
"Haha, benar kan pilihanku, es krimnya enak. Why you staring to me like that Sofia?" Rahdi bingung karena Sofia menatapnya terus sementara mulutnya terus menelan es krimnya.
"I just imagine we already married and we have sex, your mouth full of ice cream, and your sausage too," ucapnya dengan sedikit bisikan.
"After that you lick it?" goda Rahdi sambil menyengir.
"I lick your body from your head until your foot."
Keduanya kemudian tertawa terbahak-bahak, kenapa mereka bisa memikirkan hal sedewasa itu. Mereka tidak tahan ingin segera menikah. Saat ini mereka hanya bisa ertawa di tengah kedukaan atas hancurnya acara Auris. Auris mereka sedang titipkan kepada Orish, ia meminta Orish mengajaknya ke tempat penitipan anak. Di sana banyak mainan. Sofia yakin Auris akan melupakan hal yang terjadi tadi siang. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore dan hujan pun turun, terlihat dari air hujan yang mencumbu kaca-kaca bening kantin tempat Sofia dan Rahdi tmengobrol.
"Makan lagi dong es krimnya, dari tadi liatin aku makan mulu." Sofia memanyunkan bibirnya melihat Rahdi yang terus menantapnya. Rahdi mengangkat es krimnya lalu memakannya.
Telepon Sofia berbunyi, telepon dari ayahnya yang sepertinya menurut dugaannya ingin menanyakan kabar ia dan cucunya.
"Halo Pa,"
"Halo Sayang, papa dengar Vinil mengacaukan pesta? Pesta cucu papa?" tanya Andrew kepada anak pertamanya itu.
"Ya Pa, Vinil kambuh jadi dia gitu. Fotonya ada di mana-mana sekarang, dia ada skandal sama Firo, teman Rahdi."
"Firo anggota boyband itu kan? Kalau Rahdi selingkuh kayak si Firo itu ya papa bakal makan dia. Papa jadiin sate."
"Jangan Pa ih, dia setia loh. Ganteng. Sofia halu nih Pa karena dia. Melayang terus."
"Bisa aja kamu. Papa bakal bantu kamu, papa punya semua data tentang Vinil. Dia nggak akan bisa lari ke mana-mana."
"Jangan Pa, jangan keluarin data-data dia. Kasihan. Papa lagi apa?"
"Papa lagi kencan sama istri papa. Sama Ansel nih di sini. Rahdi udah tahu? Soal orientasi papa? Sof, maaf papa—"
"Hubungan Papa Andrew sama Mama Ansel ga masalah buat Sofia. Sofia udah terima kenyataan. Sofia juga udah mengerti dulu papa pengen berubah tapi papa hanya melakukan sebatas yang papa mampu. Kalau papa memang seperti saat ini, Sofia ngerti keputusan papa. Mau papa hetero kek, mau homoseks kek, Andrew Fahari tetap ayah dari Sofia Firneta."
"Terima kasih Nak, udah mengerti. Papa sebenarnya dari dulu pengen sembuh—"
"Stop it. I love you, Rahdi, and, Auris, and your Ansel. Jangan merasa bersalah lagi ya. Mama juga udah bahagia sama suami barunya. Aku tetap sayang juga sama Mama Lica dan Papa Saturn, mereka orang baik."
"Kabari papa kalau ada apa-apa ya Sayang?"
"Iya, daah."
"Daah."
Sofia menutup telepon dan menatap wajah Rahdi kembali. "My dad, he is gay. Mamaku ninggalin papa ketika mergokin papa ciuman passionately dengan kekasih prianya, Ansel. Dia pengen sembuh. Dia udah ke semua dokter, ke semua dukun, bahkan dukun-dukun Asia diundang, segala pemuka agama dari berbagai penjuru dia datangi. Tetapi dia tetap berhasrat sama pria. Rahdi, are you—"
"I am okay with your dad."
Perlahan wajah Sofia mendekat ke arah wajah Rahdi, lalu ciuman lembut menyapu bibir Rahdi. "Makasih Sayang."
"Jemput Auris yuk," ajak Rahdi.
"Yuk."
Keduanya bergandengan tangan, Sofia merasa dunia milik mereka berdua. Sofia merasa tidak salah memilih Rahdi sebagai calon pendampingnya karena ia mengerti kondisinya, Auris, dan juga kedua orangtuanya. Ketika mereka hendak menuju ke ruang penitipan, tiba-tiba kerumunan wartawan menghampiri mereka berdua.
"Mbak Sofia bagaimana tanggapan Anda mengenai Vinil? Apakah Vinil tetap dianggap sebagai sepupu Mbak?"
"Maaf ya, saya mau jemput anak saya." Sofia hanya menjawab dengan tidak peduli.
Seorang wartawan wanita menghampiri Rahdi yang sedang berjalan, mendekatinya laalu mengarahkan mikrofon kepada pria itu. "Mas Rahdi, Mas Rahdi yang ganteng, bagaimana status Firo di boyband The Second? Apakah dipecat?"
Langkah kaki Rahdi berhenti, Sofia melihat Rahdi menuju ke kerumunan wartawan.
"Nanti kami akan umumkan di konferensi pers ya, bagaimana status Firo. Buat Firo. Mana kamera? Saya mau ngomong sama Firo."
Kamera langsung mengarah kepada Rahdi. "Laki-laki pengecut!" ucap Rahdi sambil mengacungkan jari tengah. Rahdi langsung merangkul Sofia lalu mereka melanjutkan perjalan menuju ke ruang penitipan anak.
"Maaf aku kasar, Firo kurang ajar," bisiknya sambil berjalan.
"It is okay my boy. You still hot," balas Sofia sebelum ia membuka pintu ruang penitipan lalu menyapa Auris.
"Auris! Pulang yuk."
"Ma, di sini mainannnya banyak. Aku senang sekali. Emang sih pesta aku rusak, tapi gak apa-apa deh," ucap gadis kecil itu pasrah.
"Ayo kita pulang, nanti sebelum pulang Oom Rahdi beliin es krim yang banyak."
"Iya ... Pa."
Panggilan Auris kepada Rahdi membuat Orish yang dari tadi menemaninya dan sepasang kekasih itu kaget. "Papa Rahdi."
"Kamu panggil Oom Papa?"
"Iya. Cepat ya kalian nikah aku takut."
"Takut kenapa?" Rahdi memeluk Auris yang mulai menangis.
"Takut mama dijahatin Tante Vinil, kan dia sakit jiwa. Aku pernah dengar mama bilang ke kakek kalau Tante Vinil gila. Terus kan sembuh, nah sekarang aku bingung kok bisa gila lagi."
"Kamu nggak usah pikirin itu. Papa Rahdi bakal jagain Mama Sofia. Kamu nggak usah khawatir kami akan nikah secepatnya."
"Aduh anak sekarang ada-ada aja," bisik Sofia yang langsung menggendong anaknya. Ia menciumi pipi putri kecilnya sampai tak sadar air mata keluar membasahi pipinya. "Terima kasih ya Sayang," bisiknya.
Mereka pun keluar dari tempat penitipan setelah mengucapkan terima kasih kepada penjaga ruang penitipan anak. Di ujung sana petugas penitipan anak menggigit jari. "Kapan gue bisa kayak bapak sama ibu itu, gue di sini sendirian, sama boneka-boneka binatang. Huh masa gue kawin sama boneka?" keluhnya.
Sementara itu, Sofia dan Rahdi mendapat kabar kalau Mas Toto bisa driawat di rumah sakit, keluarganya berterima kasih kepada Sofia dan Rahdi. Mereka juga mengucapkan keprihatinan atas kejadian tadi siang. Tak hanya itu, badut-badut yang mengisi pesta ulang tahun Auris pun mengucapkan kalimat prihatin.
***
"Ah ... Ah!" suara desahan Vinil terdengar di telinga Firo yang sedang menyetir, bayangan wanita itu terus membayanginya. "Ikat aku Firo," suara itu terus membayanginya. Firo memukul setir lalu mengumpat, sementara batang pelirnya terus berdiri. Suara desahan Vinil terus membayangi telinganya. "I am cumming." Detik demi detik adegan di mobil, adegan toples kue yang diisi dengan mani, adegan percumbuan memakai tali, dan bayangan tali beha Vinil yang putus terus terbayang di wajahnya.
"Bangsaat!" teriaknya sambil memukul setir.
Di sebuah rumah seorang wanita merencanakan sebuah niat busuk. "Kalau Auris sekolah aku akan tangkap HAHAHAHA!" tawanya sambil menggores cermin di depannya dengan pisau.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top