Pernikahan Abadi
Beberapa bulan kemudian
Langkah kaki Rahdi yang berjalan di atas pelaminan kini adalah sebuah impian banyak orang. Menikahi wanita cantik adalah impiannya. Tangan Sofia yang berada di genggamannya mendampingi langkah kakinya, mengiringi perjalanan mereka menuju ke atas puncak pelaminan.
Sampainya mereka di pelaminan, mereka tertawa, saling menatap satu sama lain. Para tamu undangan merasa iri dengan pemandangan yang mereka lihat. Andrew dan Ansel, berciuman ketika melihat Rahdi dan Sofia tampak bahagia di atas puncak pelaminan.
"Akhirnya, Sayang, anak kita menikah." Ansel tersenyum kepada Andrew.
"Ya walaupun beberapa orang agak takut melihat dua pria tua ciuman, tapi ya. Sudahlah," balas Andrew, ayah kandung Sofia.
Di atas pelaminan, Sofia melihat mamanya, Lica berdampingan dengan suaminya yang sekarang, Saturn yang melihat ia dan Rahdi tampak serasi dengan jas dan gaun putih mereka berdua. Lica tersenyum kepada Sofia, sementara Saturn, pria yang lebih muda dari ibunya, sedikit melambaikan tangan kepada anak tirinya. Sofia dan Rahdi membalasnya.Pernikahan impian mereka adalah pernikahan yang diharapkan membawa kedamaian di hati mereka berdua.
"Selamat untuk kalian," ucap Firo kepada mereka berdua, ia didampingi Orish berada di atas pelaminan, mengucap selamat kepada sang pengantin baru.
"Makasih ya. Jagain Orish, jangan nakal lagi," peringat Sofia. Ancaman itu penuh dengan nada tawa.
"Tau nih, selingkuh nggak bilang-bilang," kata Orish sambil mencubit pipi Firo.
Mereka menuju ke bawah, selesai memberi selamat. Rahdi dan Sofia menunggu tamu-tamu yang lain. Ada Anggo, Dilon, dan juga beberapa anggota keluarga mereka. Rahdi melihat dari kejauhan di sana, orangtuanya sedang makan sambil berbicara dengan tamu mereka.
"Gimana?" tanya Sofia, mengalihkan perhatian Rahdi.
"Apanya yang gimana?"
"I can't wait for tonight."
"Me too."
Keduanya tampak canggung di atas pelaminan, Auris sedang bermain denngan para sepupunya. "I happy, my daughter accepts you and now. You are her father."
"Aku teman dan ayahnya. Aku siap akan hal itu. She's cute like her mother."
Ucapan mesra dari mulut Rahdi membuat Sofia tidak bisa menunggu lama lagi. Secepatnya malam ini mereka harus berbagi kebahagiaan yang sudah di depan mata. Mereka bersabar menunggu sampai pesta pernikahan selesai. Mereka juga harus meladeni wartawann yang terus bertanya, bahkan di tengah pesta pernikahan ada permintaan dari wartawan untuk The Second bernyanyi. Ya, permintaan itu dikabulkan. Empat pria tampan menari-nari di atas panggung tempat band pengiring berada.
***
Detik yang ditunggu sudah di depan mata, Rahdi dan Sofia memasuki kamar pengantin mereka. Keduanya masih memakai seragam pernikahan mereka. Rahdi dengan jas putihnya dan Sofia dengan gaun dengan warna yang sama.
"Tuan Rahdi, bolehkah aku mencumbumu?" tanya Sofia mendadak.
"Aku siap Nyonya Sofia," balas Rahdi dengan pandangan kikuk.
Sofia mencoba menghangatkan kondisi merek yang canggung. Ia segera melepas jas putih Rahdi dari tubuh pemakainya. Melemparnya ke sembarang tempat. Kemeja Rahdi di balik jas robek karena Sofia melepasnya dengan kasar. Suara robekan gaun Sofia juga terdengar. Kulit Sofia dan kulit Rahdi mulai terlihat.
Rahdi agresif, ia menarik tubuh Sofia ke arahnya. Ia mengeksploitasi leher wanitanya itu. Sebuah jilatan melesat dengan kencang ke leher Sofia. Menghujam Sofia yang mulai menanggalkan sisa gaunnya. Terlihat behanya saja yang kini tersisa. Sementara Rahdi, celana panjang hitamnya sudah berganti dengan hanya celana dalam.
Ranjang kosong itu kemudian terisi ketika Sofia mendorong Rahdi ke atas tempat tidur. Rahdi terkaget. Saat Sofia seperti kucing yang kehausan akan air. Celana dalamnya ditarik ke bawah, sementara sang ratu cantik malam ini menanggalkan behanya. Erangan dan keringat beradu di tempat tidur itu. Suara "Ah!" terdengar dari kedua insan, pasutri yang sedang dimabuk asmara itu.
"I love you Sayang," kata Sofia sambil tangannya memegang sesuatu yang berdiri di bawah perut Rahdi. Rahdi merasa geli. "Iya."
Pasutri itu semakin liar, seperti harimau kali ini. Erangannya makin terdengar dahsyat, sampai guling-guling berjatuhan. Tangan Rahdi tak terkendali memainkan dua benda bulat yang berada di bawah leher Sofia. Di luar, seorang putri cantik kebingungan mengapa ada suara tempat tidur yang berderit.
"Mama sama papa lagi ngapain?" tanya Auris yang berada di luar. Tubuhnya berada beberapa centimeter dari pintu kamar.
"Oh God, I am forget, they are making baby. Okay." Kata Auris beralih melewati pintu kamar kedua orangtuanya.
Di dalam, Rahdi mengangkangi tubuh Sofia, lalu menguncinya. Sofia terguling, posisinya di bawah Rahdi. Tindihan demi tindihan dan hujaman sperma masuk ke dalam telur mantan janda itu.
"Your way to play is sexy. You are my man," puji Sofia.
Keduanya mengerang, berjam-berjam saling menyerang, mereka kelelahan. Mereka pun tertidur pulas. Keduanya terbangun di pagi hari. Sofia lalu memeluk Rahdi yang baru bangun, Kedua tubuh mereka ditutpi selimut.
"Gimana semalam?" tanya Rahdi. Ia mengusap matanya. Tubuhnya masih tertutupi oleh selimut.
"Cara main kamu bagus, punya kamu panjang dan lezat." puji Sofia yang satu selimut dengan Rahdi.
Keduanya tertawa. Rasanya ingin melanjutkan lagi, tapi Sofia memikirkan Auris yang pasti kesal karena sendirian tidurnya tadi malam.
"Sof, can I drink your milk?"
Sofia yang tadinya menyandar di tempat tidur langsung mengunci tubuh Rahdi. Ia menindih tubuh Rahdi yang berada di balik selimut, membiarkan bibir Rahdi menghujam bagian bawah lehernya, turun mencari dua titik hitam yang menjadi sasarannya. Tubuh Sofia naik turun, matanya bersinar, bibirnya tertawa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top