Penjara untuk Asmara yang Gelap


"Huh, aku udah tenang, Auris bisa tidur, sekarang kita harus gimana Sof? Apa rencana kamu? Maaf, aku nggak nyangka temanku dan sepupumu main di belakang," kata Rahdi sambil memandang wajah Sofia sekali lagi.

"Aku minta maaf juga sepupuku bikin karier kalian bermasalah nih kayaknya."

"Just Firo. Just firo who has broken. He is so wrong. He is—"

"Mmhh ..." ciuman menghujam ke bibir Rahdi, semenit saja, remasan di rambut Rahdi mengendur. Sofia lalu melepaskan lagi.

"Not your fault. Kita harus nemuin Vinil sekarang. Aku yang nyetir Oppa. Kamu pasti pegal dobrak pintu tadi."

"Kamu gak apa-apa? Masih stress kayaknya dari tadi aku lihat."

"Nggak kok. Itu waktu Auris belum ketemu. Aku udah bisa nyetir."

"Babe, can we drink each other after this? Drink coffee." Rahdi tidak bisa menyembunyikan keinginan lagi untuk minum berdua dengan wanita tercantiknya.

"Yup, let's go and we beat the fucking cousin of my life."

Kedua insan yang sedang dicumbu kehangatan berjalan ke luar rumah, menitipkan Auris kepada Ira. Ia meminta kalau ada terjadi sesuatu ia menghubungi Rahdi atau dirinya. Sofia juga memberi nomor kantor polisi sementara Rahdi memberikan Ira alat yang bila ditekan akan menyambung ke ponselnya, Sofia, Anggo, dan, Dilon.

Sampailah sepasang itu di kantor polisi, mereka berdua meminta polisi agar mempertemukan mereka kepada Vinil. Kedua orang itu akhirnya bertemu dengan Vinil. Di belakang Vinil ada tiga polisi yang berjaga.

"Lo dijaga tiga polisi, berarti lo sebahaya itu ya," ucap Rahdi yang mendahuui mulut Sofia yang ingin bicara. "Lo udah ngehancurin Sofia dan The Second, ya lebih tepatnya Firo. Maaf emang gue orang baru di hubungan kalian berdua, tapi Firo bagaimanapun adalah anggota boyband gue," lanjutnya.

"You are so sexy, oh imagine if you and Firo cuff my mouth with mouth both of you, oh it is so delicious baby," balas Vinil sambil mengedipkan matanya kepada Rahdi.

"Sekalian aja empat-empatnya lo embat. Poliandri sana!" timpal Sofia.

"Puas? Udah ngatain gue yang punya mental illness?"

"Jangan meromantisasi deh. Gue tahu lo sakit jiwa tapi bukan begitu. Seenaknya lo nyulik anak gue. Auris itu sayang banget sama lo. Ngerti nggak? Dia udah senang lo sembuh. Sekarang lo kambuh dan seenaknya nyulik dia."

"I envy! Hah! Jealous with you! With Orish. Came on! You know? My dad is dead. Dia dibunuh teman SMAnya sendiri. Gue kan pernah cerita ke lo! Oh lo tuh egois ya Sof! Gue paham. Lo mau enak sendiri bahagia menikah sementara gue. Gue gak boleh punya pria ganteng."

"Nggak dengan merebut pasangan orang! Gue udah bilang ke lo! Jangan kayak gitu!"

"Gue belum cerita apa lo yang lupa sih? I joined to meeting who held is my father's friends of his senior high school. He talked to women, who be killed him after several weeks from the day. Police found him naked and his penis was rot! And as you know! He got harassment when he was senior high school by the woman and her gang! Gue pake bahasa Inggris biar lo ngerti!"

"Gue ngerti lo dendam! Banyak kok kasus kayak gini. Makanya gue saranin lo ke psikiater waktu itu! Gue bersyukur lo sembuh. Tapi sekarang lo malah nyulik anak gue. Gue kecewa sama lo."

"Gue udah ditangkap. Dijaga polisi. Terus lo mau apa? Mau gue mati?"

"Gue pengen tahu kenapa lo melakukan ini? Hanya karena dendam? Dan kenapa harus kasih anak gue kecoak? Jelasin dong."

"Gue pengen ngajarin anak lo sulap. Kebal biar kuat kayak gue. Biar jadi escapist."

"Sakit ya, lo berharap Auris keluar sendirian dari gudang itu. Dia hanya anak kecil. Dia nggak nngerti cara escape dari gudang. Lo jangan limpahin obsesi lo ke anak gue." Rahdi kali ini berbicara lagi.

"Ooh lo bapaknya ya sekarang." Vinil tertawa terbahak-bahak.

"He is my boy and he is so hot. You are alone now. I don't care. Whatever you romantize your illness after this," ucap Sofia dingin.

"Lo jahat gila. Sifat asli lo keluar. Lo emang pengen gue menderita. Ngajak gue nonton konser idol Korea, terus kita fangirling bareng. Sampe akhirnya momen ketika acara lo ulang tahun. Apa lo sengaja ngasih hadiah buat anak lo? Hadiahnya menunjukkan kalau tantenya yang hanya seorang fans The Second adalah seorang yang sakit jiwa."

"Don't mention my boyband please," timpal Rahdi.

"Hah ya—"

"Bangsat!" Sebuah cekikan menghujam ke leher Vinil. Sesosok pria mencekik lehernya dengan keras. Pria itu berusaha membunuh sasarannya, tetapi tiga polisi mencegah tangan Firo untuk menyakiti Vinil. Vinil memegang lehernya, terbatuk lalu tertawa terbahak-bahak.

"Hah? He come, I just talked you. So what both of you waiting for? Let's cumming! And you Sofia, you will see what my father had suffered in the past."

"Puas lo semua?! Lo semua bertiga bikin rusak gue! Rahdi, lo pasti sengaja biarin calon istri lo ini ngundang gue ke pestanya bocahnya biar gue sama Vinil malu kan? Dan lo Vinil? Bisa aja nggak sih lo pergi aja gitu. Gak usah pake nusuk orang pakai pisau. Don't ask mercy to me. Gue ke sini bukan buat belain lo. Tidak sama sekali. Lo sakit jiwa ya!"

"Gue bakal cari orang yang jago nari abis ini," ucap Rahdi mendadak.

"Lo mau ngusir gue? Enak aja!"

"Lo juga enak aja sama boyband kita. Kalian berdua sama-sama egois."

"Bodo amat, gue mau bicara sama Vinil! Lo puas udah bikin gue sama Orish hancur? Hubungan kami rusak! You ask me to touch your body! Lick your nipple and drink the milk! And now I broken. I fuck up!" Firo melihat kedua tangannya ia menyesal telah memegang kedua benda di balik pakaian Vinil tempo hari.

Vinil hanya bisa tertawa, polisi lalu berkata, "Waktunya habis! Silahkan kalian pergi!"

Jam kunjungan sudah selesai, Firo pergi lebih dulu, sementara Rahdi dan Sofia melihat Vinil pergi, ketika berjalan ke sel tahanan Vinil sempat mengacungkan jari tengah kepada mereka berdua sambil tertawa.

"Aku pusing dia sakit jiwa apa pura-pura apa gimana," kata Sofia kepada Rahdi ketika mobil mereka meninggalkan kantor polisi."

"She is sick."

"Di, kamu mau ganti Firo?"

"Dia nggak ada itikad baik, gimana? Lihat, aku sempat mau mukul dia. Tangan aku mengepal ini."

"You are sweet Oppa. Thanks. I appreciate your protection to me."

"Ya, aku nggak mau gadis yang aku sayang terluka."

"Gadis? Aku—"

"Janda kesayangan Abang Rahdi!" timpal Rahdi tertawa.

Mulut Sofia terbahak, ia memukul halus pundak Rahdi yang gentian menyetir. Mobil mereka sampai ke sebuah kafe. Mereka masuk ke dalam dan memesan coffee hangat. Keduanya tampak tertawa, tampak gembira. Mengobrol tentang banyak hal. Tentang impian pernikahan mereka, tentang film dan lagu-lagu Korea, sampai pertemuan pertama mereka, dan juga, putri kecil yang mereka cintai, Auris.

"Sof," panggil Rahdi ketika mereka sedang mengobrol. Sofia kala itu sedang menikmati lukisan yang terpajang di sudut kafe. Lukisan pemandangan gedung, dan lukisannya tiga dimensi.

"Ya Di, ada apa?"

Sebuah suara yang ia kenal terdengar di seluruh sudut kafe. Nyanyian Rahdi. Ya di lagu itu Rahdi nyanyi.

Sofia, menikahlah denganku

Membahagiakan Auris bersama

Membangun keluarga, letakkan cintamu

Di dalam jantungku

Berdansa di pelaminan

Hidup di atas bulan yang terang.

"Rahdi ..." Sofia menengok ke wajah Rahdi, namun ia beralih ke tangan Rahdi yang sudah memegang kotak yang sudah terbuka. Kotak merah berisi cincin.

"I am not wrong, you are so fucking hot. You are so romantic Di. Please Di. I want to be with you until this café is closed." Sofia tertawa lalu membiarkan Rahdi memasukkan cincin ke jari manisnya. Sofia langsung mencium pipi Rahdi.

***

Firo sangat menyesal, ia mengetuk pintu rumah Orish. Memang sering sekali ada bayang-bayang Vinil di pikirannya, namun ia mengetuk pintu Orish dengan keras, kali ini, lebih keras. "Orish, maafin aku. Aku ... aku!"

Hujan pun turun, di dalam Orish yang sedang memasak dengan kesal meninggalkan dapur lalu membuka pintu.

"Ngapain kau ke sini? Kenapa kamu nggak ah ah di penjara sama si Vinil itu?"

"She was trapped me. She has big libido. She trapped me because she has mental illness because she has dark past."

"Sofia udah cerita tentang dia semuanya."

"Ayahnya ... dilecehkan ketika SMA oleh teman-teman SMAnya. Lalu beberapa tahun lalu ayahnya dibunuh oleh wanita tersebut. Aku nguping tadi di kantor polisi, aku nggak tahan makanya cekik dia di sana. I am sorry. I so fuck up!"

"You are got trap. I see. Aku marah sama kamu. Kamu nggak ngasih biskuit malah kasih sperma ke aku. Apa maksudnya? Nyebelin!"

"She was did. Not me! She is toxic fans"

Orish langsung mencubit perut Firo. Firo menatap Orish. Orish mencium pipi Firo. "Maaf," kata Orish, ia tak menyangka Firo bisa masuk ke dalam jebakan fansnya sendiri. "Aku juga minta maaf."

"Masuk yuk, kita masak."

"Aku takut abang kamu marah."

"Si Rokat lagi pergi, tenang aja. Gak apa-apa nanti aku jelasin. Maaf ya aku kadang terlalu galak sama kamu. Kita sama-sama keras. Kita mulai dari awal. Yah?"

"I do."

Mereka pun masuk ke dalam dan ketika mereka di dapur Orish berkata kepada Firo. "Makanannya gosong. Gimana?"

"Serahin ke Abang Firo." Firo mengedipkan mata.

Orish tertawa, hari ini ia merasa hatinya mendadak lembut seperti belum pernah mengalami hal demikian. Selesai mereka memasak, makan, dan mencuci piring. Orish mendadak duduk di atas kompor.

"Kenapa kamu duduk di atas kompor?"

"Biar api cinta membara?"

"Hahaha!" tawa Firo.

"Ambil kartu di laci kamarku, kita main kartu sini. Aku suka tantangan. Kita main kartu di atas kompor."

"Kamu ternyata lebih gila dari cewek yang di atas wastafel restoran."

"Iya dong, Seorang Orish gak boleh kalah," balas Orish.

Firo tersenyum sebelum masuk ke kamar Orish, ia percaya Orish lebih hebat dan lebih waras dari Vinil. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top