Party

Sofia masuk ke dalam rumahnya hendak mengambil minum, namun Auris menahannya, memegang tangannya, seperti ada sesuatu yang ia ingin bicarakan kepada ibunya. Suatu hal yang sangat penting. Mata Auris menatap ibunya, ada keinginan yang tertahan, namun ia segerakan untuk dibicarakan.

"Mama pacaran sama orang itu?" tanya Auris, mata Auris terlihat sangat serius.

Dari matanya Sofia menyadari bila putri semata wayangnya belum siap memiliki ayah baru. Wajar, bila seorang anak kehilangan ayahnya, perlu waktu untuk beradaptasi bila ibunya dekat dengan pria lain. Sofia memahami itu, namun di sisi lain, hasratnya kepada Rahdi juga tidak bisa tertahankan. Sofia tahu hal ini pasti akan menjadi konflik batin antara dia dan Auris.

Kedua anak manusia itu kini berpikir di dalam sanubarinya, ada keinginan dan ada sebuah nafsu dalam asa untuk bahagia. Auris yang ingin bahagia namun takut menerima pria lain sebagai ayahnya, di sisi lain Sofia yang ingin bahagia dan menempuhkan hasrat cintanya kepada Rahdi.

Auris di dalam jiwanya juga merasa butuh ayah, tetapi ia tidak tahu mengapa di sisi hatinya tidak mau menerima Rahdi. Kini anak kecil itu mengalami konflik batin. Bagai air panas deras yang mengguyur jiwanya, menyadarkan kenyataan ia butuh sosok ayah, namun ada duri yang menancap jiwanya bila melihat ibunya bersama Rahdi.

Mungkin ini yang orang bilang sebagai gengsi.

"Nggak Sayang, mama hanya collab aja sama Oom Rahdi, tidak ada maksud apa-apa. kamu jangan khawatir ya," jawab Sofia sambil mengusap pipi putrinya. Sofia khawatir Auris mengambek.

"Pokoknya aku nggak mau punya papa baru! Nggak mau!" balas Auris cemberut.

"Nggak ada papa baru Auris, tenang ya."

Auris tidak menjawab, tubuhnya berbalik lalu masuk kamar. Sofia langsung ke atas, ada rasa senang yang harus ceritakan kepada sepupunya. Diambilnya telepon wireless, ditekannya tombol-tombol di sana. Ada hasrat berdebar di jantungnya ketika bunyi

Tuuut tuuuuuut

"Halo!" ucap suara di seberang.

"EH! Vinil. Lagi apa?" tanya Sofia

"Lagi nyantai aja, ini Sofia ya?"

"Iya, ini gue. Lo apa gimana? Gue mau cerita niih!" ucap Sofia sambil berjalan masuk ke dalam kamarnya. Sofia menutup pintu kamarnya lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya yang berwarna hijau.

"Cerita apa sih lo?"

"Coba tebak gue ketemu sama siapa hayo! Gila sih!"

"Siapa?" tanya Vinil.

"Ah itu yang lo doyan. Si Oppa!"

"Hah Oppa! Tunggu deh! Lo ketemu Rahdi?! Iya Sof! Lo ketemu Rahdi!"

"Iya gue ketemu dia! Ganteng banget! Baru aja dia pulang dari rumah gue!"

"Halu lo! Bohong!" tuduh Vinil sebal.

"Bohong apa sih! Jadi nih ya! Gue kan lagi di kafe, terus gue nggak sengaja nabrak dia. Numpahin kopi punyanya. Gak enak dong! Gue ajak kolab lah dia, ke rumah gue. Mukbang!"

"AH! Kok segampang itu sih lo bisa ketemu sama dia? Gue nggak."

"Takdir kali! Udah lo sama si Firo aja. Personil yang satunya. HAHHA! Cakep kan Firo!"

"Eh bentar, lo suka sama dia! Anjir lo! Lo suka sama dia?!" tanya Vinil dengan mendesak di seberang telepon. Sofia pun menjawab dengan helaan napas.

"Ya gimana ya. Pas mukbang jujur aja gue tuh pengen pegang ototnya gitu. Gimana ya, gue tuh pengen nikah rasanya. Aduuuh ganteng bangeet!"

"Nggak ketuaan sama lo?!"

"Enak aja! Pokoknya gue suka sama si Rahdi! Matanya itu loh lentik banget Nil! Gue tuh jatuh cinta pas awal ketemu. Dia tuh kayak ngelindungin gue. Kayak apa ya, kayak dia orangnya peka banget sama cewek. Aduh sumpah pengen satu selimut deh sama dia. AAH melayang kan gue," ucap Sofia sambil menatap langit-langit kamarnya, mengkhayalkan berdua di tempat tidur bersama Rahdi sebagai pasturi.

"Wah gila nih janda satu! Ada-ada aja. Bisa-bisanya lo menghalu. Nggak hormat sama gue ya yang ratu halu? Ratu halu sejagad raya? Gue kan orang sakti. Halu karena sakti! Eh gimana sih Sof yang bener?" Vinil bertanya karena ragu. Biasanya ia selalu mengeluarkan kata emasnya bila ia halu juga.

"Nah lo yang bikin statement kok jadi gue yang ditanyain? Aduh ada-ada deh lo!"

"Pokoknya gitu lah Sof. Lo udah siap untuk bercinta lagi?"

"Eh eh! Maksud lo apa? lo mau nuduh gue nggak jago gitu! Gue janda Nil! Urusan kasur gue ada experience!" teriak Sofia di telepon.

"Bukan maksud gue ke sana Sof. Dengar dulu lah! Maksud gue! Lo udah siap nikah? Mental lo gimana Sayang? Udah siapkah? Pernikahan tuh nggak sehari dua hari. Bertahun-tahun, apalagi Rahdi lebih muda dari lo Say!"

"Emang kenapa?"

"Biasa lah laki kalau lebih muda dari perempuannya kan beresiko. Umur-umur yang kaya Rahdi tuh yang biasanya demen ke sana ke mari. Kayak bebek di pinggir jalan. Nanti dia di mana, dia di sini. Gue nggak mau kalau lo sama dia. Dia selingkuh itu aja."

"Lo nggak ngerestui?"

"Ngerestui ia tapi kalo lo emang mau serius nih, lo harus siap-siap dia dirayu cewek lain. Karena dia kan artis. Penyanyi."

"Gue udah tahu resikonya ko Nil."

"Oke deh kalo lo tahu. Gue juga sebenarnya pengen punya suami kayak cowok di Korea itu. Ya anggota boyband siapa kek. Tapi kan kadang gue mikir, apa gue siap?"

"Huuuhu. Sediiih ya, gimana nih. Auris juga tadi rada ngambek. Dia kan ga demen Korea. Dia tuh tadi tahu nggak bilang apa ke Rahdi?"

"Bilang apa? Pasti lagunya jelek."

"Bukan. Dia nanya langsung ke Rahdi dia operasi plastik apa nggak."

"HAAH! HAHAHAHAHAHA! Anjir tuh anak bisa ya!" tawa Vinil terdengar jelas di telinga Sofia. Tawa Vinil membuat Sofia menjadi jengkel kepadanya.

"Yee! Lo malah ketawa."

"Itu dia belum siap punya papa baru."

"AH! Iya benar. Dia tadi bilang kayak gitu ke gue. 'aku nggak mau ya punya papa baru' kayak gitu lah Nil!"

"Tapi yah gue salut sama lo Sof. Mau buru-buru kawin lagi. Nah gue masih baru kerja. Masih bikin apa tuh namanya, proyek event apa kek gitu. Kadang bos gue juga nggak jelas. Hari ini acara ulang tahun anak, besok acara striptease para korporat. Agak bangsat juga bos gue."

"Napa Bos lo Sayang?" kali ini Sofia siap mendengar curhatan Vinil.

"Iya lucu aja sih. Nih Hari Rabu kita acara. Acara ulang tahun gitu deh, buat anak kecil."

"Terus?"

"Besoknya striptease ya kan. Kayak tuh acara berdekatan. Beda satu hari aja. Kita kan pusing ya. Acara beda jenis dalam waktu berdekatan. Bahan-bahan kecampur dong. Lo tau nggak, hampir aja. Hampir nih tuh ada tiang buat striptease dibawa ke pesta ulang tahun anak. Untung gue ngeh. Kalau nggak gimana? Bisa berabe."

"Emang acara apa sih tuh ada acara gitu segala? Lo juga hati-hati. Gue jadi khawatir."

"Stripteasenya tuh nggak kayak lo bayangin, cuman ya gitu deh. Kita masih wajar kok. Malah bos gue negosiasi biar tuh korporat pada nggak bikin acara yang aneh-aneh. Gue sih bagian organizer, bukan penarinya."

"Emang korporat pada umur berapa yang mesen sih?" tanya Sofia penasaran.

"Ada yang umurnya tujuh puluh tahun ada. Pengen hiburan cewek nari. Bahkan maaf ya, beberapa dari mereka emang sih ngelakuin yang aneh-aneh. Ikut joget di panggung."

"Tapi nggak ada harrasment kan?"

"Nggak Say. Tenang aja."

"Gue khawatir sama lo Say, gue takut lo kenapa-napa. Disakiti orang. Pelecehan banyak! Gila!"

"Iya."

"Oh ya, besok pokoknya gue harus ke rumah lo Nil! Lo ada orang kan di rumah?"

"Ada banyak? Kenapa?"

"Gue tadi bilang ke Rahdi kalau lo ngadain party besok. Gue mau jemput dia ke rumah lo."

"Aduh lo pake bawa nama gue. Gimana ya? Oke deh, tapi partynya nggak mewah ya?"

"Nggak mewah gapapa. Gue pengen dia kenal sama lo kok. Nggak apa-apa ya?" tanya Sofia meyakinkan.

"Ajak dia main Tik Tok aja gimana?" tanya Sofia.

"Ide bagus Sof!"

"Ya udah sampai besok ya."Daaah!"

"DAAH!"

***

Rahdi berjalan masuk ke dalam basecamp The Second, ketika ia masuk tampak tiga orang member yang lain, Firo, Anggo, dan Dilon sedang bersantai di ujung sudut tempat latihan mereka menari. Mereka bertiga main ponsel sejak tadi.

"EH! Nih orang baru dateng!" ucap Firo, sosok lelaki yang berambut tajam, warnanya biru. Tampangnya seperti agak sengak kepada Rahdi. Maklum gitu tampangnya sejak lahir. Bisa dibilang Firo adalah sosok yang paling sengak di antara member yang lain, namun kalau sama perempuan, atau ya artis-artis wanita, dia berbeda. Ia memperlakukan wanita layaknya bidadari, apalagi kalau memperlakukan Orish, cewenya. Ya pacar yang ia cintai, mereka sudah menjadi sepasang kekasih sejak dua tahun silam.

"Macet guys!" kata Rahdi, ia duduk lalu tiduran di sebelah Firo.

"Malah tiduran nih anak, ayo mulai latihan!" perintah Firo "Guys semua! Latihan!"

Mereka pun latihan, kedua anggota yang lain, Anggo dan Dilon secara malas-malasan berdiri, mereka memulai latihan mereka. Anggo, sosok pria berambut agak gondrong melakukan gerakan-gerakan energi, ia terlihat tangguh apalagi ketika jacket denimnya membentuk ototnya-ototnya yang keras, begitu juga dengan Dilon yang hanya memakai kaos polos hitam. Tetapi Dilon rambutnya cepak. Nah Dilon ini nih yang juga suka membuat perhatian cewek-cewek teriak kepadanya.

Memang Anggo dan Dilon tidak sefamous Rahdi dan Firo. Keduanya memang dikenal sebagai bintang utama The Second jadi Anggo dan Dilon seperti terhempas. Namun bisa dibilang keempatnya mereka semua punya fans masing-masing. Keempatnya sama-sama terkenal karena mereka adalah sosok boyband yang sangat tangguh dan juga membawa warna baru untuk music perboybandan Indonesia. Karya mereka bukanlah karya yang kaleng-kaleng, patut diancungi jempol, ditambah tubuh mereka yang ideal menjadi idaman para wanita.

Selesai latihan, di saat mereka lelah, minum teh dalam kemasan yang dibelikan Firo untuk mereka, datanglah Orish, tampak Orish rambutnya pendek, memakai jacket denim yang menutupi tank topnya.

"Hai Sayang!" sapa Orish yang mendekat kepada Firo, lalu mencium pipinya. Orish adalah seorang wanita berumur dua puluh enam tahun, beda satu tahun dengan Firo yang berumur dua puluh lima tahun. Mereka pertama kali bertemu di sebuah acara event dance ya. Orish bekerja di bagian marketing di restoran di sebuah mall, dia waktu itu nonton The Second lalu berkenalan dengan Firo. Dari sanalah Firo mendekati Orish, lalu hingga sekarang mereka menjalin cinta.

"Kamu nggak kerja?" tanya Firo.

"Ah ya, ini lagi keluar sebentar. Udah selesai latihannya?" tanya gadis bermata sipit itu. Rambutnya pendek sebahu, kacamata hitamnya dinaikkan ke atas.

"Udah nih, mau makan abis ini?" tanya Firo kepada Orish. Orish menatap matanya lekat.

"Iya nih. Lo pada mau makan ga? Bareng?" tawar Firo kepada member yang lainnya.

"Makan? Nggak ah. Gue ada acara," balas Rahdi.

"Tumben lo sibuk Di!" timpal Anggo.

"Iya, gue ada acara. Ada janji. Gue mau pulang langsung abis ini, kalian duluan aja."

"Lo lagi ngambek sama kita?" tanya Dilon, tumben soalnya Rahdi seperti ini. Tidak biasanya.

"Oh nggak, serius gue ada janji."

"Ya udah kalo lo gak mau ikut. Kita duluan ya!" ucap Firo. Kedua member yang lain merapikan barang-barang mereka. Ketiga member boyband The Second itu pergi bersama Orish ke sebuah restoran sementara Rahdi duduk nyantai sambil membuka ponselnya.

Sofia: Kamu mau dijemput di mana?

Rahdi: Entar sore aja, aku pulang dulu aja.

Sofia: Oke deh. Minta alamatmu ya. See ya.

Rahdi: See ya.

***

Pada malam hari, sebuah mobil berhenti di halaman depan rumah Rahdi. Rahdi yang berada di dalam menyadari siapa yang datang. Ia lalu keluar dari rumahnya, siap-siap dengan jas yang ada di tubuhnya. Rahdi melewati halaman rumahnya dan terlihat Sofia memakai outfit casual merah muda.

"Eh! Kamu pake jas?"

"Iya, gapapa kan?"

"Nggak apa-apa. ga salah. Aku nggak pake dress karena ini bukan party besar. Nanti cuman kita bertiga doang kok."

"Ah bertiga aja?"

"Iya, aku sengaja undang kamu ke sana biar kamu bisa ketemu sepupu aku."

"Kirain party yang—" Rahdi menjadi bingung.

"Nggak kok. Soalnya nanti aku tuh mau bikin Tik-Tok sama Vinil, sepupuku. Aku mau ajak kamu juga."

"Oalah. Yuk," ajak Rahdi.

Keduanya masuk ke dalam, Rahdi duduk di samping Sofia yang memegang kemudi. Keduanya bernyanyi sepanjang jalan karena Sofia memasang lagu-lagu Korea. Keduanya sesekali bersorak-sorak di dalam mobil sepanjang perjalanan.

Sampai di rumah Vinil, mobil Sofia masuk ke dalam, Sofia mematikan mesin mobilnya. Keduanya keluar dari mobil, disambut Vinil yang memakai dress merah muda, senada dengan Sofia.

"Halo Sayang," Vinil memeluk Sofia. Keduanya membuat Rahdi menelan ludah karena keduanya terlihat anggun dan cantic.

"Eh Rahdi! Gue ngefans sama lo!" tiba-tiba kehaluan Vinil kambuh.

"Kambuh nih anak!"

"Rahdi!" Rahdi mengulurkan tangannya kepada Vinil. Vinil membalas jabatan tangan Rahdi.

"Vinil."

Vinil merasakan jabatan tangan Rahdi yang sangat lembut, pikirannya mulai ke mana-mana. Mengkhayal kesayangan Rahdi, namun ia tersadar kalau sepupunya yang suka dengan Rahdi.

Gue sama yang lain aja deh.

Ketiganya masuk ke dalam, di ruang tamu rumah Vinil terlihat lampu-lampu yang yang sudah dipasangnya. Vinil sudah menyiapkan party bahkan ada sound system yang sangat bagus. "Kita mulai langsung partynya? Gue tinggal pasang nih lagu!

"Ayooo!" ajak Sofia.

Sofia tiba-tiba menggandeng tangan Rahdi. Lagu Blackpink pun dipasang, kedua sauda sepupu itu berjoget-joget. Sofia memegang tangan Rahdi, mengajaknya menari bersama sementara Vinil berjoget-joget sendiri tak karuan tapi masih mengikuti koreo asli lagu yang ia pasang.

Sofia menggerak-gerakan tubuhnya, keduanya berhadapan lalu menari bersama, Rahdi mengembangkan gerakan yang ada, mengikuti gerakan tubuh Sofia. Vinil sesekali gigit jari namun ia terus menari.

Tanpa sadar sebuah notifikasi muncul di ponsel Vinil

Baby Galak: Sayang aku lagi makan sama pacarku ya, nanti kapan-kapan aku makan bareng sama kamu. Jangan ngambek ya. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top