Masuk Angin
Ketiga orang itu sedang membuat video Tik-Tok, berkali-kali mereka membuat, mereka berhasil membuat lima video. Tak terasa sudah sejam. Rahdi mendadak merasa pegal di punggungnya, ada sesuatu yang menggelayut di punggungnya. Rahdi malah sekarang merasa ngeri, seperti ada yang menungganginya. Rahdi memegang punggungnya, tiba-tiba ia seperti orang yang cekukan
"Kamu kenapa Di?" tanya Sofia yang khawatir dengan Rahdi. Ia memegang pundak Rahdi yang mulai membungkuk.
"Masuk angin kayaknya," jawab Rahdi sambil terbatuk-batuk.
"Hmm kayaknya harus dikerokin deh. Mau nggak?" tawar Sofia.
"Jangan Sof. Aku malu," jawab Rahdi.
"Jangan malu, ayo. Dulu aku suka kerokin adik sama ayahku kalau mereka masuk angin. Mas Geri juga. Sekarang kamu aku kerok ya. Daripada kamu sakit. Bentar ya," kata Sofia khawatir.
Vinil sedang mengambil sirup berwarna merah di dapur, Sofia menghampirinya. "Ada kerokan ga?" tanya Sofia.
"Siapa yang mau dikerok?" tanya Vinil sambil melongo kepada Sofia. Sofia menahan tawa melihat Vinil. "Rahdi lah," jawab Sofia.
"Kenapa? Masuk angin?"
"Iya lah masuk angin emang apalagi?"
"Aduh lo mau ngerokin dia? Serius?"
"Emang kenapa? Kasihan. Mana kerokan?"
"Apa lo udah nggak tahan?" goda Vinil sambil memasukan jempol miliknya di antara telunjuk dan jari tengah.
"Anjing lo! Cepetan mana?!" bisik Sofia menahan kesal.
"Sabar, sabar," ucap Vinil. Vinil pergi, sementara Sofia kembali melihat keadaan Rahdi, dilihatnya pria dengan balutan jas itu sedang merebahkan dirinya di sofa karena lelahnya. "Kamu gak apa-apa?" tanya Sofia.
"Kayaknya aku udah tua, gak bisa joget-joget lagi," kata Rahdi sambil mengusap punggungnya yang mendadak sakit.
"Nggak lah, kamu masih muda gini. Kamu masih muda Sayang," balas Sofia yang tak sengaja memanggil Rahdi dengan sebutan sayang.
"Kenapa?" tanya Rahdi yang terbatuk.
"Nggak apa-apa, kamu masih muda."
"Makasih, lumayan bikin aku semangat lagi."
Vinil mendadak datang dengan kerokan. Rahdi makin tidak enak hati dengan Sofia. "Kalian bisa pake kamar di atas," kata Vinil. Kedua orang itu lalu pergi ke kamar atas. Rahdi berjalan di atas anak tangga berdua dengan Sofia dengan hati berdebar. Senada dengan Sofia yang juga berdebar-debar. Malam ini mereka akan berdua di kamar, tetapi bukan untuk tidur tetapi kerokan.
Rahdi masuk ke dalam diikuti Sofia. Sofia masuk ke dalam lalu menutup pintu kamar. Rahdi malah jadi tambah deg-degan. Kedua anak manusia itu duduk di Kasur. "Maaf ya Di, kamu buka baju dulu. Tenang Di, walau ini sedikit sakit tapi aku jago kalau urusan beginian."
Ah dia udah jago.
Rahdi merasa was-was, perlahan dinaikannya baju, dilepasnya. Ia pegang baju itu lalu tengkurap membelakangi Sofia. "Maaf ya Rahdi, aku izin pegang otot kamu. Maaf," ucap Sofia sambil malu-malu. Janda satu anak itu menyentuh otot Rahdi dengan pelan-pelan.
"Aduh!" sontak Rahdi berteriak.
"Maaf Di, aku pijat dikit ya,"
Dengan tenaga yang ia miliki Sofia memijat-mijat bagian otot Rahdi yang saki. Otot-otot itu memerah, ada bunyi keletuk sana dan sini, Kalau orang bilang bunyi kretek-kretek. Sofia juga menarik tangan Rahdi. Halus banget ototnya, ucap Sofia dalam hati.
Sementara pasien Sofia si tukang pijat dadakan itu merasa otot-ototnya kembali lentur apalagi ketika bagian bawah punggungnya dpijat Sofia. Sofia mengambil koin kerokan lalu langsung mengerok Rahdi. Perlahan-lahan ia kerokan Rahdi dari kanan ke kiri teus-menerus sampai warna mereha di punggung Rahdi terlihat.
"Kamu masuk angin nih, "ucap Sofia sembari memijat pria itu.
"Iya, kayaknya kebanyakan minum es nih."
Sofia memijat-mijat halus Rahdi, Rahdi mendesah-desah perlahan karena menikmati pijatan Sofia, ia pun ngantuk. "Kamu ngantuk Di?" tanya Sofia. Mata Rahdi terpenjam, tidak ada jawaban dari Rahdi. Ia sudah terlelap, sementara Sofia terus memijatnya. Memijat kakinya. Beberapa kali ia menarik kaki lalu menekan-nekan kaki Rahdi. Sofia menatap punggung tanpa dibalut baju itu dengan deg-degan.
"Aduh kalau kamu suamiku udah aku unyel-unyel tuh otot," ucap Sofia sambil berbisik. Ia sedikit malu namun ia tak apa. Ia tidak tega melihat orang yang ia taksir pegal-pegal kesakitan. Sofia terus memijit otot lentur yang indah di matanya itu.
"Rahdi udah kelar. Bangun yuk," ajak Sofia.
"Sayang, pijatannya enak."
Mendadak Rahdi yang setengah terbangun bangkit lalu memeluk Sofia, membenamkan tubuh Sofia ke dadanya yang hangat. Sofia terlonjak ketika wajahnya menyentuh dada Rahdi. Dadanya berdebar takut jantungan. Sofia langsung melepas pelukan. "Di sadar," ucap Sofia. Rahdi terkaget.
"Sofia. Maaf Sofia."
"Nggak apa-apa Rahdi, badan kamu anget. Kamu sakit?"
"Kayaknya. Ayo keluar yuk, udah kan?" tanya Rahdi tak enak.
"Kamu lucu ah, ayo," ajak Sofia.
Rahdi memakai pakaiannnya lalu keduanya keluar dari kamar, dengan masih rasa yang penuh dengan deg-degan. Vinil berada di sofa, sedang menunggu mereka. Di kepalanya ia takut mereka berbuat macam-macam.
"Kalian udah selesai?" tanya Vinil dengan menggegam ponselnya di tangan kirinya.
"Ehem udah," jawab Sofia dengan perasaan tidak enak.
"Gapapa nanya aja."
"Kayaknya Rahdi sakit, aku antar dia pulang dulu ya, Rahdi, kamu nggak ada acara kan besok? Takutnya kamu ada acara jadinya aku bikin kamu sakit," tanya Sofia merasa bersalah.
"Nggak ada kok. Semuanya baik-baik aja," jawab Rahdi.
"Ya sudah Vinil, kita pamit dulu," pamit Sofia.
"Terima kasih ya sudah mau menerima saya sebagai tamu. Oh ya jangan lupa, lusa nanti ada show di mall dekat sini. Kamu datang ya, The Second show loh," kata Rahdi.
"Ah aku diundang ke sana?"
"Iya, boleh."
"Makasiih Rahdi!" sontak Vinil memeluk Rahdi, membuat pemuda itu terkejut dengan pelukan Vinil. Sofia juga terlonjak, agak kaget dengan kelakukan Vinil. Wajar sepupunya begitu kalau ketemu artis. Vinil langsung tidak enak hati ia melepas pelukannya.
***
Sepasang kekasih berjalan bagai merpati di sebuah kafe yang sangat terkenal. Keduanya habis ngemil. "Makasih ya udah ajak aku ke sini. Kamu ada acara nggak besok? Tanya Orish kepada Firo yang tangannya ia genggam. Firo yang memiliki tato di lehernya itu menoleh dengan hati yang tak menentu.
"Ada perlu, acara keluarga gitu. Kenapa?"
"Nggak, aku tadinya mau ajak kamu nonton." Orish berkata dengan sedikit kecewa.
Mereka berjalan sampai di parkiran. "Kan nanti-nanti juga bisa. Aku jarang ngumpul sama keluarga soalnya."
"Ya gapapalah," ucap Orish tersenyum.
"Maaf ya Sayang, kapan-kapan ya. Ayo masuk," ajak Firo.
Keduanya masuk ke dalam mobil. Sesekali Firo menatap Orish ketika ia sedang menyetir, seperti ada masalah yang ia sembunyikan. "Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Orish.
"Nggak ada Sayang. Gak ada," jawab Firo sambil menyetir. Tangannya fokus menyetir.
Tiba-tiba bibir Firo dikecup Orish. Orish yang terlihat tomboy itu menjadi sangat perhatian bila melihat kekasihnya tampak khawatir seperti ini.
"Kalau ada apa-apa cerita ya. Jangan dipendam," ucap Orish dengan tatapan yang berkaca-kaca.
"Iya, pasti. Aku cerita.
Sementara di saku Firo, sebuah notifikasi chat masuk ke dalam ponselnya.
Baby klasik: Sayang, besok kita nonton kan? Jadi kan? Buang aja ke sampah pacarmu yang galak itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top