Biskuit

"Iya, boleh, aku tunggu ya ... sampai ketemu Rish," ucap Firo sambil tergagap. Bibirnya kelu.

"Kamu nggak lagi sakit kan?"

"Nggak Rish, aku gak apa-apa, sampai nanti ya Rish."

"Iya, bye Ro."

"Bye."

Firo menutup telepon dari Orish lalu membuka chat dari Vinil lagi, ia membalas chat darinya.

08:20

Firo

Kapan-kapan kita ke pantai ya, Sayang, jangan lupa kalau kamu mau apapun minta ke aku aja ya, jangan malu-malu, aku sayang sana kamu.

08: 23

Vinil

Aku juga, nanti kita jalan ya, aku mau beli lingerie.

Firo menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, begini rasanya selingkuh ada hal-hal yang sangat repot yang harus dilakukan, sekarang dirinya harus memikirkan perasaan Orish dan juga Vinil bila keduanya bertemu. Firo hanya bisa berharap semoga perselingkuhannya dengan Vinil tidak ketahuan.

***

Suara taman sekolah yang riuh dengan anak-anak adalah suara yang menyenangkan bagi Rahdi, ia sesekali tersenyum kepada anak-anak yang sedang bermain. Terlihat di sebuah ayunan ada Auris yang sedang duduk di sana bersama para teman-teman perempuannya.

"Halo gadis manis," sapa Rahdi.

Auris menoleh, jantungnya terlonjak kaget karena ada sosok Rahdi di hadapannya, bagai emas yang ditempa batu, ia tidak tahan berteriak. "Oom! Ngapain ke sini?"

"Disuruh mama kamu buat jemput, nih bukti chatnya."

Dengan kasar Auris merebut ponsel Rahdi, membaca chat ibunya dengan Rahdi.

09:00 WIB

Sofia

Rahdi, maaf saat ini aku ada pemotretan, kamu bisa jemput Auris ga? Aku kirim alamatnya nih ke kamu.

09:05

Rahdi

Boleh, santai aja, aku latihan jam dua siang kok.

"Ya udah nih hapenya oom jelek," ucap Auris yang membuat kaget teman-temannya.

"Ih Auris, jelek apanya sih! Orang ganteng gini oomnya, kayak artis Korea gini," sahut temannya.

"Masih kecil udah centil aja!" balas Auris.

"HUU! Sana pulang, dijemput oom-oom ganteng bukannya bersyukur, siapa tahu dibelanjain ini itu."

"Kebanyakan nonton sinetron kamu! Aku pulang dulu, besok main lagi!"

"DAAH!" Auris melambaikan tangannya kepada teman-temannya.

Rahdi ingin menggandeng Auris tetapi ia menolak, keduanya masuk ke dalam mobil lalu menuju ke rumah Auris. Sepanjang perjalanan Auris diam saja, ia tidak ada minat untuk berbicara dengan Rahdi. Ia perlahan tertidur karena saking ngantuknya, ia ngantuk berat.

"Wah ngantuk nih anak," ucap Rahdi yang sedang menyetir.

Mobil Rahdi akhirnya sampai ke jalan kompleks Sofia, dirinya sangat terkejut ketika melihat ada sosok pria dan wanita sedang menari-nari, di sebelah mereka ada speaker besar, terdengar suara dangdut dari speaker itu. Rahdi melihat mereka dari mobil. "Edgy banget tampangnya," ucapnya sambil memegang setir.

Tampak di sana sosok pria sedang menari sementara si wanita memakai baju shoulder strap berwarna putih yang sepertinya masih baru. Si pria mengeluarkan uang lalu dengan iseng memasukan ke celana bagian belakang si perempuan.

"Gak beres nih komplek," ucap Rahdi.

Mereka pun sampai di depan rumah Auris. Rahdi turun lalu menekan bel, sosok Ira muncul dari dalam. "Aurisnya lagi tidur, kamu tolong bantu ya, saya mau latihan nih jam dua."

"Baik Mas."

Ira menuju ke tempat duduk di mana Auris sedang tidur, ia menggendong Auris yang sedang tertidur, Rahdi masuk ke dalam lalu ke kamar Auris, mengikuti Ira. Asisten rumah tangga itu membaringkan Auris di tempat tidurnya.

"Makasih ya Mas."

"Iya, oh ya saya mau tanya, itu ada dangdutan ya? Ada bapak-bapak tuh tadi saya liat di sana dangdutan, tapi kok hanya berdua."

"Biasa Pak itu, paling Pak RT."

"HAAA? PAK RT?" tanya Rahdi tak percaya.

"Iya Pak Edgy, dia suka godain pembantu di komplek ini sama komplek sebelah kayak genderuwo Pak," jawab

"Siapa tadi namanya?"

"Pak Edgy Mas."

"Edi?

"Bacanya Eji mas. E-D-G-Y"

"Shit! Sumpah?"

"Sumpah Mas, kenapa?"

"Pantes aja kelakuannya gitu. Saya pulang dulu ya Mbak."

"Iya, semangat latihannya Mas, jangan lupa. Saya tunggu lagu barunya.

"Terima kasih.

Rahdi keluar dar rumah Sofia lalu masuk ke dalam mobilnya, ia mengambil kacamata dari sakunya lalu memakainya. Kacamata hitam yang membuatnya terlihat keren menghiasi perjalanannya ke tempat latihan.

***

Para personil The Second masih saja berkonsentrasi latihan, keempat pemuda itu melenggak-lenggok di depan cermin tempat mereka latihan. Mereka berempat terbantu dengan adanya cermin itu sehingga mereka bisa mudah melakukan latihan.

"Udah, istirahat!" ucap pelatih mereka.

Pelatih mereka Mas Nardi pamit kepada mereka, "Hari ini kalian sangat maksimal sekali! Kalian sangat bagus, kalau gitu saya pamit dulu, sampai jumpa!" ucap pria itu ceria, Mas Nardi lalu mengambil tasnya, ia berpapasan dengan Orish yang baru saja masuk.

Orish masuk ke dalam membawa jaket dan juga kantong plastik besar, Ia meletakkan kantong plastic yang ia bawa lalu memeluk Firo. Firo membalasnya dengan penuh perasaan. Gadis berjaket jeans itu melepas pelukan Firo.

"Kamu bawa apa tuh?"

"Itu biskuit buatan aku, oh ya ini jaket kamu yang waktu itu ketinggalan. Itu biskuit juga buat kalian aku bawain. Buat mama kamu juga ada. Bawa ya, aku butuh saran dari mama kamu."

"Oh oke. Kamu mau jalan apa gimana? Aku ada waktu ya sekitar tiga jam kali, abis itu aku mau istirahat, pulang."

"Kapan-kapan aja, aku mau ngabisin waktu sama kamu di sini, sama teman-teman, sambil makan biskuit. Ngobrol-ngobrol aja."

Orish mengambil kantong plastik yang ia bawa lalu memberikan satu-persatu kemasan biskuit untuk mereka, sementara ada beberapa kemasan biskuit lain, ia memberinya untuk ibunya Firo.

"Gimana latihan kalian?" tanya Orish memulai obrolan.

"Maksimal kok Rish! Nih si katro satu yang bikin semuanya sukses. Katro lincah!"

"Enak aja gue katro!" sahut Dilon tak terima

"Gue baru ketemu katro beneran," Rahdi tiba-tiba menyahut.

"Katro? Siapa?"

"Di rumah teman gue, jadi gue ke komplek, ada mbak-mbak katro. Kayaknya ART gitu."

"Oh, Mbak-mbak hot ya?" Anggo bertanya, mulutnya penuh dengan biskuit.

"Nggak juga, agak seksi untuk ukurannya mungkin. Lucunya itu kayaknya Pak RT di sana, tahu gak namanya siapa?"

"Siapa?" Firo bertanya saking keponya.

"Edgy."

"Apa? Apa?" tanya member yang lain serta Orish. Tidak percaya apa yang mereka dengar.

"Edgy. E-D-G-Y. Edgy!"

"Bangsat! Anjing bangsat! What the fuck baby!" teriak Dilon. "Freak anjing."

"Umur berapa? Kira-kira?" tanya Orish.

"Yaaa, kayaknya sih umur empat puluh akhir."

"Bangsat itu sih udah puber kedua. Gilaa muke gile," ucap Dilon tak percaya.

"HAHAHAHA! Siapa sih temen lu jadi warga orang kayak gitu. Namanya Edgy."

"Katanya dia suka godain pembantu."

"Yaa norak, nggak jelas. Necis nggak dandanannya?" tanya Anggo.

"Nggak, hanya pake kaos hitam terus dia joget-joget aja sama cewek. Bukan istrinya kalau gue bilang, pasti pembantu tetangganya," tebak Rahdi.

"Seru nih, kapan-kapan gue harus ke sana, kenalan sama si Edgy. Gue pikir namanya Edi. Anjing. Edgy. Sok Inggris," keluh Dilon.

Hari seusai latihan itu disertai tawa canda yang membuat mereka terbahak-bahak. Mereka semua pergi dari tempat latihan, sekitar pukul setengah tujuh, Firo menawarkan Orish untuk mengantarkannya namun ia menolak, ia langsung ingin ke rumah temannya.

Tangan Firo masih memegang setir, ia menuju ke rumah Vinil. Vinil langsung masuk ke dalam karena ia sudah siap dari tadi "Ini plastik apa?" tanya Vinil.

"Kue biskuit," jawab Firo

Vinil mengambil salah satu kue biskuit lalu melihatnya. Tampak sebuah tulisan yang membuat ia geram. Orish's Biscuit. "Ini buatan Orish?"

"Iya Sayang, kenapa? Kamu nggak suka? Itu buat mama aku kok." tanya Firo yang langsung menepikan mobilnya.

Vinil lalu membuka paksa salah satu toples, lalu menyembur serta meludahinya berkali-kali. Tidak hanya itu, ia juga meremukan beberapa kue yang ada di toples, menginjaknya dengan kaki, Vinil juga menaikkan kakinya dan menempelaknnya ke toples yang terbuka itu, sehingga kue-kue di sana jadi kotor karena sepatunya. Firo melihat pemandangan itu dengan wajah yang keras dan bibir yang kelu.

"Kamu sama ibu kamu nggak boleh makan kue ini."

"Orish minta saran sama mama aku, jadi ini buat mama aku, aku nggak makan.

"Pokoknya, kamu nggak boleh makan ini ya Sayang, nggak boleh," Vinil langsung merendahkan suaranya, berbicara dengan nada yang halus sambil menghampiri tempat duduk Firo. Gadis berpakaian cutout dress itu memegang kedua pundak Firo lalu memandangnya mesra sambil berkata dengan tegas namun halus.

"Jangan makan biskuit itu Sayang."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top