PROLOG
Pada sebuah rumah di hutan, tidurlah seorang janda. Mata terpejam sepanjang siang dan baru akan bangun saat malam hari, tak lama setelah serigala di tebing mendongak ke arah bulan dan melolong-lolong
Janda itu menyibak kelambu putih untuk turun dari ranjang besi. Jubah berbahan satin tanggal dari tubuhnya, tusuk konde bunga kemboja ditariknya dari kepala, kemudian, ia mandi berendam.
Selesai mengeringkan tubuh, ia memakai jubah satin yang lain, duduk menyilangkan kaki di sofa panjang. Air dari rambut dibiarkan merembes di punggung. Sekeranjang apel tersaji di hadapannya. Makanannya hanya itu. Di lain malam, tak jarang ia makan daging rusa yang menyangkut di perangkapnya. Menguliti, memotong-motong sendiri kemudian membakarnya di atas kayu. Jika ada sisa, ia berjalan seperempat kilo ke belakang rumah lalu melemparnya ke sungai. Tak berapa lama daging itu menyentuh air, buaya putih muncul melahapnya.
Ada ritual yang selalu ia lakukan tiap pukul 12 malam. Di hadapan meja rias dan sebatang lilin menyala yang menjadi satu-satunya penerangan ruangan itu, ia menyisir rambut dengan sisir perak. Satu-satu, pelan-pelan, menyisirnya tak berkeputusan hingga matahari terbit. Semakin disisir, semakin panjang rambutnya. Hingga menyentuh lantai dan lebih lagi.
Maka, agar rambut itu berhenti, ditancapkannya tusuk konde perak dengan bunga kemboja menancap pada ujungnya. Bunga dari pohon di atas makam suaminya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top