Sendok Perak

Beton-beton menjulang tinggi mengelilingi kota Jakarta, jalanan layang yang terbang bersama mesin beroda empat. Asap-asap berkeliaran saling berlomba dengan sautan bunyi klakson.

Matahari di atasnya semakin terik bersama teriakan anak-anak yang berlarian di sisi jalan.

Menemani para pedestrian yang sibuk dengan gawainya. Seorang kakek pun ikut serta meramaikan jalanan bersisian dengan pemilik gedung di sisi jalan. Dengan peluh ia mendorong gerobaknya membersihkan sisa-sisa botol plastik minuman teh kekinian yang dicampur dengan selai keju.

Perhatianku jatuh pada anak-anak yang sibuk berlarian di pinggir jalan, seakan tak ingat di sisinya kendaraan tengah bercengkrama ria sambil rehat menikmati udara segar dan terik matahari. Lampu hijau di ujung jalanpun tak mereka pedulikan, karena saking asyiknya bertamasya di jalanan.

Ada lima anak laki-laki saling berkejaran, dengan senyum yang menghiasi wajah mereka. Telapak kaki mereka luput dari alas, tak mengurungkan sedikitpun semangat mereka. Satu-satunya hal yang pupus dari mereka adalah kisah sedih di kota Jakarta.

Kaus lusuh dengan sedikit lubang di bahunya juga tak sedikitpun membuat langkah mereka memelan.

"Kalian sedang apa dik?" terpaksa aku ikut berlari dengan mereka, karena sedikitpun tak menghentikan langkah mereka. "Kami sedang mengejar mimpi kak" mereka berteriak serempak.

Aku tersenyum dengan puas mendengar jawaban mereka, dan memutuskan untuk berlari bersama dengan mereka.

Tak sedikitpun asal mereka berada meluluhkan impian besar yang mereka rajut bersama setiap langkah itu. Entah sendok perak atau sendok emas yang tak pernah mereka bayangkan sekali pun.

Mereka tetap yakin sebuah impian akhirnya akan mekar suatu hari nanti.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top