Sebuah Ketukan
Sebuah jalanan bercorak abu-abu digelar sepanjang jalan, menyambut setiap pejalan kaki yang berlalu.
Namun, kali ini terasa sedikit berbeda, kedua jari tersebut saling beradu menguap rasa gugup yang menggelitik. Entah kenapa sentuhan tak disengaja itu membuat ruam merah yang tak tahu malu keluar sore ini.
Sialnya bibirku malah ikut tersenyum melihat matanya, sisi jalan yang tadinya sepi kini ikut dipenuhi dengan riang-riang manusia menghakimi kami berdua, mereka seakan merayakan keteledoran hatiku yang seenaknya jatuh seperti itu.
Kami kembali melangkah menikmati lambaian angin di sore hari, kadang aku merasa bingung kenapa angin perlu repot-repot untuk membawa pesan langit.
Tapi, yasudah tak jadi kupikirkan kali ini, hatiku masih terlampau berdenting setiap detiknya, seakan jarum jam ikut mengatur peredaran darah di setiap pembuluhnya.
Sibuk dengan situasi aneh ini, tanpa sadar kami berdiri di depan sebuah pintu. Coraknya hitam penuh dengan ukiran etnik khas dari Jawa.
Lalu senyun itu kembali mengalihkan pandanganku, seakan terus memompa diriku untuk melompat padanya.
"Bolehkah aku membuka pintunya untukmu?" Aku tertegun mendengar ucapannya yang lembut, lenganku menggaruk pelipis sedikit gugup, tanpa sadar aku mengangguk mengiyakan ucapannya.
"Baiklah, tak salah untuk mencobanya bukan?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top