Payung yang Bernoda


Jalanan bergerak begitu cepat, angin berlalu begitu saja bersama dengan rintik kelabu yang jatuh di atas kepalaku. Mataku memejam sesaat, teringat dengan masa yang kita lalui dahulu.

Saat di mana tawa tercipta begitu saja, seakan diri kita terjalin bagaikan sebuah bima sakti, saat tawa bahagia itu bagaikan ribuan bintang di langit malam. Aku masih menggengam lenganmu, dan aku lega dengan hal itu.

“Ras, menurutmu bagaimana dengan Dania? murid baru di kelas sebelah.”

“Bagaimana apanya?” tanyaku dengan ragu, tak biasanya Fariz membicarakan orang lain saat kita bersama, yang kuingat percakapan kita biasanya seputar hobi dan kesukaan kita.

Sepertinya aku lupa dengan sesuatu yang disebut dengan ‘suka’

“Cantik,” ucapannya begitu singkat, namun berhasil membuat beberapa sel dalam hatiku patah.

Tak kusangka jika perasaan ini begitu menyakitkan.

Aku berlari begitu cepat, mengikuti ke mana arah hujan mengalir. Setelah datang bagai guntur yang menggelegar.

Taman di mana tempat kita pertama bertemu, ketika seorang pria mengajakku berteman dengan begitu tulus, tak pernah aku merasakan ketulusan sedalam itu. Tak kusangka, tempat ini menjadi kali terakhir hujan yang kucintai pergi Bersama tetes air mata yang kusembunyikan.

Di bawah langit mendung yang menyebalkan, aku ingin kembali bersamamu.
 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top