Lough Out Loud
Nama aku itu Maryam dengan rambut kribo yang mengembang ini semua orang akan langsung mengenaliku ditambah lagi dengan suara kikikan ku yang nyaring. Aku akan menceritakan kisah cintaku dengan seorang laki-laki yang sangat luar biasa, kalian juga pasti tidak akan sangka kalau aku memiliki kisah percintaan yang cukup rumit dengan Soke Bahtera, kalian langsung tercengang kan setelah melihat namanya. “Aku sih punya panggilan sayang ke dia, biasanya aku memanggilnya Esok, bukan kemarin.”
Pertemuan kami berawal saat aku melihatnya mengantarkan sebuah berkas penting dari posko pengungsian di Ibu kota, saat aku sedang merapikan beberapa peralatan dapur aku bisa melihatnya kalau dia menatapku dan memamerkan senyum manisnya, aku juga berbicara padanya saat itu “Hai, namaku Maryam.” Esok hanya tersenyum ketika aku memperkenalkan diriku. Hari demi hari pertemuanku dengannya semakin intens, beberapa kali Esok menyentuh tanganku dengan intens sampai akhirnya seluruh negeri kembali pulih.
Saat ini aku tinggal di sebuah panti sosial bersama seorang perempuan bernama Lail aku sering menceritakan hubunganku dengan Esok namun dia terlihat tidak perduli dan lebih memilih untuk melamun sampai-sampai dia tidak mendengar percakapnku “Lail.. Lail..” aku mengguncangkan tubuhnya “Hah, ada apa Maryam?” “Lihat kau melamun lagi, kenapa aku selalu melamun setiap aku menceritakan kisah cinta ku, aish sudahlah.” Aku kembali sibuk dengan buku yang sedang ku baca.
Suatu hari Esok mengajakku untuk bertemu dengannya di sebuah taman kota, ia mengajakku untuk menemuinya di depan sebuah bianglala. Aku berdandan seharian memilih semua baju terbaik yang aku miliki, namun aku sedikit heran kenapa Lail juga ikut memilih-milih baju dengannya “Lail kamu mau pergi kemana?” tanyaku “Aku akan pergi ke taman kota.” kulihat wajahnya memerah ketika ia menjawab pertanyaanku “Wah, kebetulan sekali aku juga akan kesana, dan sepertinya dari ekspresi mu kamu mau bertemu dengan lelaki rahasiamu kan..?” tanyaku dengan penuh selidik “Ahh, berhenti menggangguku Maryam, kamu juga punya janji di taman kota? yasudah kita berangkat bareng aja.” “Tidak.. ini pertemuan yang sangat penting aku akan berangkat sendiri saja Lail.” “Baiklah.” kulihat Lail berangkat lebih dulu dengan baju kasual berwarna biru dia terlihat sangat cantik seperti langit di pagi hari, baiklah aku juga harus mempercepat riasan ku.
Semuanya sudah siap, ini saatnya aku berangkat ke taman kota, aku sengaja menaiki taksi agar aku tidak terkena banyak debu di kota jadi aku bisa mempertahankan kecantikan ku. Satu jam perjalanan ke taman kota, saat sampai begitu terkejutnya aku melihat sosok Esok sedang mencium seorang perempuan dan lebih terkejut perempuan itu adalah Lail “Kenapa.. kenapa..” kakiku sangat lemas, tubuhku jatuh ke tanah namun diriku tetap berdiri dan makin lama melayang lebih tinggi.
Saat aku melihat kebawah, tubuhku sudah dikerumuni banyak orang begitupun dengan Lail dan Esok yang sedari tadi sibuk berciuman. Kerumunan itu membawaku ke rumah sakit, lalu tubuhku dibawa ke ruangan mayat dan pada saat itu aku baru sadar kalau aku sudah meninggal. Aku sempat mencari tahu bagaimana aku bisa-bisanya meninggal di hari yang penting ini, aku membaca hasil otopsi dokter ternyata aku meninggal karena overdosis obat tidur aku juga membaca kalau aku memiliki gangguan jiwa dan depresi . “Hahahahaha..” aku tertawa membacanya ku rasa semua orang sedang membuat lelucon besar hari ini. Aku terus tertawa sampai jiwaku lenyap ditelan suara tawa ku sendiri.
*
Cerpen ini merupakan cerpen yang terinspirasi dari novel Hujan karya Tere Liye, ditulis untuk memenuhi tugas kuliah
25 Desember 2016
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top