Let It Rain

Aku adalah seorang anak yang hidup sebatang kara sejak lahir, kudengar saat itu aku memiliki empat saudara laki-laki. Suatu hari bumi tiba-tiba hancur lebur akibat meteor yang jatuh ke bumi, aku berhasil bertahan karena ibuku menaruhku di boks bayi yang cukup kuat dan tertutup.

Saat itu aku hanya dapat menangis berharap ibuku akan menggendongku dan memberikanku minum, namun yang datang adalah dua petugas dengan pakaian loreng-loreng berwarna hijau dan hitam. Tepatnya dua puluh tahun yang lalu aku ditemukan oleh kedua petugas tersebut, aku bisa mengingat dengan samar-samar mereka berlari kearah ku “Hei, lihat ada cahaya dari arah sana!!” “Ayo kita periksa!” hanya sampai disana kudengar percakapan mereka, setelah itu hanya ada decakan kagum dan tidak percaya.

Aku juga melihat ekspresi mereka yang sangat terkejut melihatku mereka seperti terkena bencana lagi saat melihatku, “Hei, cepat tolong aku, kenapa kalian hanya melongo saja.” Aku berusaha berbicara dengan mereka, tapi mereka tetap saja melongo melihatku sampai akhirnya hujan turun memecah keheningan, akhirnya mereka membawa ku ke dalam mobil.

Aku dibawa kedalam pengungsian, di sana aku bertemu dengan banyak orang ada yang termenung, menangis dan banyak hal, aku dibawa oleh petugas tersebut ke dalam salah satu tenda, aku melihat seorang perempuan yang mengenakan seragam putih yang baru aku sadari ia adalah seorang perawat suka rela, aku juga baru menyadari namanya adalah Elijah “Hai, adik kecil, sekarang kamu sudah aman, siapa namamu manis?” Aku hanya dapat melihat wajahnya yang sendu dengan tatapan yang menyejukkan, aku digendong olehnya dan diberi bubur olehnya semenjak hari itu aku seperti memiliki ikatan yang spesial dengannnya, mungkin karena dia akan menjadi satu-satunya keluarga ku, mungkin sekarang aku harus mulai memanggilnya ibu.

Delapan belas tahun telah berlalu, keadaan kota sudah kembali seperti semula, hanya penduduknya saja yang berkurang, sekarang aku sudah tumbuh menjadi remaja yang cerdas dengan berbagai kemampuan. Aku sudah terbiasa hidup mandiri sekarang, mengurusi berbagai hal dan membantu Ibuku mengurusi panti sosial ini. Ibuku satu-satunya orang yang menyadari bahwa aku spesial, ia menyuruhku agar aku tidak menggunakan anugerah yang tuhan berikan pada ku, ya aku simpulkan aku memiliki kekuatan super yang tidak dimiliki banyak orang.

Pagi itu seperti biasa aku berangkat ke universitas ku, “Esok, apa semua perlengkapanmu sudah siap semua?” “Tentu saja ibu, anakmu yang cerdas ini tidak mungin melupakan sesuatu.” Aku bisa melihat raut wajah kecemasan dari ibuku, mungkin ini karena akan menjadi hari pertama aku akan pergi cukup jauh darinya, sebetulnya aku pun tidak bisa lepas darinya. Aku mencium pipinya, dan sedikit melambaikan tanganku, mungkin jika ada orang lain yang melihatku mereka akan menilai kalau ini berlebihan, tapi ini sama sekali tidak berlebihan karena rasa cinta yang dalam ini adalah rasa yang paling hebat dalam dunia ini.

Hari ini keadaan jalan cukup padat mungkin karena hari ini semua orang memulai aktifitasnya yang baru ada yang mulai sekolah di tempat baru, kembali bekerja setelah libur panjang, atau aktifitas sehari-hari lainnya, pagi ini aku menaiki bus umum ke kampusku di temani dengan secangkir coklat panas.

Beep..

Beep..

Aku mendapatkan telepon dari salah satu dosen di kampus ku “Esok, sudah dimana kau? proyek pertama mu akan segera dimulai!” dengan nada sedikit membentak, ia menyuruhku untuk mempercepat perjalanan ku. “Iya pak , aku mohon izin sedikit terlambat lalu lintas di pusat kota cukup padat.” “Baiklah akan kami tunggu lima belas menit lagi.” Aku menutup teleponnya terlebih dahulu, dan kembali meneguk coklat panas tersebut. Baru saja aku menyeruput sedikit coklat panas ini, tiba-tiba tanah bergemuruh mulai bergoncang semua penduduk sangat panik banyak yang berlarian tidak tentu arah. Saat baru saja aku hendak keluar dari bus dan mencari tempat yang aman aku merasa tubuhku seperti di timpa sesuatu dan  akhirnya aku tidak sadarkan diri, saat aku membuka mataku aku melihat hampir semua bangunan runtuh, aku tertimpa bangunan tembok toko di pinggir jalan.

Aku mengangkat tembok tersebut, badan ku terasa sedikit pegal aku mendeteksi bahwa telah terjadi gempa bumi cukup besar sekitar sepuluh skala richter. Saat aku kembali sadar yang aku pikirkan hanya satu-satunya orang tua ku Ibu Elizah, aku merasakan hatiku hampa ikatan yang dulu terhubung sekarang seperti terputus. Aku berlari kearah panti sosial sekarang jaraknya sekitar tiga kilometer dari tempatku berada, hanya ibuku yang ku fikirkan sekarang dengan penuh kecemasan. Sesampainya disana aku melihat bangunan indah panti sosial tempat ku tumbuh besar sudah rata dengan tanah bangunan tersebut terperosok ke dalam lubang akibat gempa bumi, aku berlari kearah bangunan tersebut, aku mengorek-ngorek puing bangunan tersebut hingga tanpa sadar air mata ku telah turun. Ibu nya yang telah merawatnya, yang dulu telah member harapan baru kepadaku sekarang telah tiada.

Aku terseok-seok berjalan tidak tentu arah, hingga kesunyianku terpecah oleh suara tangisan perempuan. Aku mencari dari mana sumber tangisan tersebut, hingga aku mlihat perempuan dengan rambut panjang sedang terhimpit bongkahan dahan pohon aku mengangkat dahan tersebut dan segera menggendongnya. “Apa kamu baik-baik saja?” Tanya Esok “Aku sudah baikan semenjak, dahan besar diangkat dari tubuhku tapi bagaimana kamu bisa mengangkat dahan besar itu?” aku diam dan tidak menjawab pertanyaanya. Ketika aku menggendongnya tiba-tiba suara isakan tangis muncul dari perempuan tersebut, “Keluarga ku telah tiada, mereka semua terkubur di lubang yang muncul ketika gempa aku tidak bisa menolong mereka, aku melihat penderitaan mereka tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa tubuhku sudah tertimpa dahan.” Perempuan tersebut kembali menangis, suara tangisannya diikuti oleh hujan yang turun, aku mendudukkannya di trotoar, “Tenangkan dirimu orang tua mu tidak ingin kamu terus menangis seperti ini mereka ingin melihatmu tetap bertahan.” “Seperti hujan ini, hujan ini adalah keberkahan, hujan ini yang akan mengingatkanmu untuk tetap bertahan biarkan hanya langit yang menangis tapi tidak denganmu, namaku Esok, siapa namamu?” “Aku Lail”.

Percakapan kami terhenti sampai disitu, setelah berjalan cukup jauh kami akhirnya menemukan pusat keamanan, aku dan Lail tinggal di sana selama satu bulan, kami membantu para petugas keamanan sampai akhirnya kota kembali pulih. Panti asuhan sudah dibangun kembali, aku tinggal disana begitupun dengan Lail mereka sama-sama mengurusi panti sosial yang sudah lama didirikan oleh ibunya, Lail sudah mengetahui tentang asal-usulku begitupun dengan kekuatan super yang kumiliki, dia sudah menyadarinya sejak aku menolongnya dari dahan besar waktu itu. Aku menghabiskan waktuku setiap hari bersama dengan Lail, kami mengobrol banyak hal bersenda gurau atau sekedar saling tolong menolong dalam banyak hal, aku seperti memiliki perasaan yang aneh setiap bersama dengan Lail perasaan yang sama persis saat aku bertemu dengan ibuku, namun aku masih belum menyadari dengan jelas tentang apa perasaan ku ini.

Suatu malam, aku dan Lail terjaga semalaman “Esok bagaimana ini, dengan badai sebesar ini atap-atap rumah bisa berterbangan.” memang seperempat atap panti ini sudah sedikit terbuka dan menyebabkan bocor. “Baiklah aku akan membetulkannya sekarang.” “Bagaimana bisa Esok, jangan gunakan kekuatanmu bagaimana kalau ada yang melihatnya.” Lail melarangku dengan sangat khawatir “Mau bagaimana lagi sekarang sudah dalam kondisi yang cukup genting, lagi pula tidak aka nada orang yang keluar rumah saat badai ini.” Esok terbang kearah atap sambil membawa lempengan besi untuk menutupi lubang diatap, Lail menunggunya di halaman panti berharap aku cepat menyelesaikannya.

Beberapa hari kemudian saat aku tidur tiba-tiba ada seseorang atau mungkin beberapa orang tiba-tiba menusukkan jarum suntik, aku berusaha untuk meronta namun penglihatanku makin kabur dan akhirnya aku jatuh pingsan. Ketika aku membuka mataku, aku melihat keadaan sekitar aku berada dalam ruangan 4m² dengan dinding bercatkan putih. Kaki dan tanganku di borgol aku berusaha melepaskan tanganku namun ternyata borgol tersebut dialiri oleh aliran listrik. Beberapa menit aku berusaha melepaskan diri, datang dua orang yang salah satunya aku kenali adalah wali kota kami apa yang akan dia lakukan padaku.

Keesokan harinya Lail bangun seperti biasa, ia menghampiri kamar Esok untuk membangunkannya namun ia sangat terkejut kamar itu sudah kosong dengan keadaan barang-barang berserakan dimana-mana. Lail berlari-lari keseluruh ruangan panti namun Esok tidak ada dimana-mana, seharian itu ia mencari keseluruh penjuru kota hingga akhirnya ia serahkan ke polisi. Lail sudah tidak sanggup untuk mencari keberadaan Esok.

Di ruangan tersebut Esok diteliti oleh para ilmuwan disana, “Sudah dipastikan dok, anak ini memang mewarisi kekuatan langka dan tidak lama lagi kekuatan ini akan semakin besar dan akan membahayakan bumi ini.” “Lalu apa yang harus kita lakukan dengan anak ini?” aku mendengar samar-samar percakapan mereka,  namun aku tetap sibuk melepaskan diriku aku harus bertemu dengan Lail secepat mungkin. Esok belajar dengan cepat keadaan sekitar, gedung ini akan kosong setiap harinya pada pukul lima sore selama lima belas menit. Saat ini aku sudah tau bagaimana cara keluar dari tempat ini aku hanya butuh waktu yang tepat untuk keluar.
Esok berhasil kabur dari tempat tersebut, ia langsung terbang dengan cepat kearah panti sosial “Lail!!! Lail!! dimana kau.” ku mencari ke kamarnya dan kulihat ia meringkuk di kamarnya keadaanya sudah sangat jauh berbeda dari dulu, badannya sangat kurus. Aku langsung memeluk Lail “Maafkan aku Lail, aku tidak bisa menjaga diriku.” “Aku merindukanmu, tolong jangan pergi lagi.” Aku menceritakan semua kejadian yang terjadi, semenjak hari itu kami pergi ke kota lain dan mempercayakan panti tersebut ke penghuni yang sudah sangat kami percaya.

Suatu pagi kami melihat breaking news di tv, berita tersebut memberitakan bahwa ada laki-laki dengan kekuatan yang berbahaya sedang berkeliaran di kota, berita tersebut juga menampilkan foto dan kami benar-benar terkejut orang dalam berita tersebut adalah Esok. Seluruh penduduk sekitar menghampiri rumah kami, mereka menggedor-gedor rumah kami menyuruhku untuk keluar. “Esok bagaimana ini?” “Entahlah Lail aku tidak tau harus berbuat apa, karena tidak lama lagi organisasi rahasia itu akan menangkapku.” Kami bertahan beberapa hari di sana, kami kehabisan makanan Lail memutuskan untuk keluar dan membeli beberapa makanan.

Saat kembali kulihat Lail sudah penuh dengan kotoran, rumah kami pun sudah penuh dengan coretan mereka menyuruh kami untuksegera angkat kaki dari kota ini. Aku tidak tega melihat Lail tersiksa seperti ini, memang bukan takdirku bisa hidup bersamanya aku harus merelakannya. “Maafkan aku Lail.”
Suatu malam Esok memutuskan untuk menyerahakn dirinya tanpa diketahui oleh Lail, pagi hari Lail bangun seperti biasa, “Esok.. apa kamu sudah bangun?” Lail teriak kearah kamar Esok namun tidak ada suara sedikitpun, aku memanggilnya sekali lagi “Esok..??” biasanya aku memang akan langsung bangun jika dipanggil oleh Lail namun tidak kali ini, “Maafkan aku Lail” Lail membuka kamar Esok dan dia benar-benar terkejut laki-laki yang sangat ia cintai tidak ada disana, tidak ada sedikitpun yang ia tinggalkan.

Lail berlari tidak tentu arah mencari jeberadaan Esok, sampai beberapa minggu berlalu ia selalu mencari Esok dan setiap hari pula ia gagal menemukan Esok, sampai di suatu sore dengan langit yang mendung Lail pergi ke taman di pusat kota sambil merutuki nasib nya satu-satunya orang yang ia cintai, satu-satunya keluarganya sekarang sudah benar-benar pergi “Mungkin ia benar-bear sudah pergi, apa mungkin ini saatnya ia melupakannya dan memulai hidup yang baru?” “Ini memang sudah jelas, kami tidak ditakdirkan bersama, apa ini semua salahku?” dengan segala pemikiran di benak Lail yang hanya ada dipikirannya hanya Esok. Hujan sedikit demi sedikit turun dan menutupi air mata Lail yang ikut turun tersamarkan oleh hujan, “Ya, hanya hujan yang Esok tinggalkan untukku.”



Cerpen ini merupakan cerpen yang terinspirasi dari novel Hujan karya Tere Liye, ditulis untuk memenuhi tugas kuliah

25 Desember 2016

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top