-39⚡-

Kaira melangkah menyusuri lantai dua mall sembari bergantian memandangi toko-toko di sisi kiri mau pun kanan. Sempat beberapa kali memasuki beberapa di antaranya walaupun hanya ingin melihat-lihat. Dan sekarang gadis itu baru saja keluar dari tokoh kosmetik dengan brand terkenal, membawa pulang tiga lipmate. Dua yang berwarna krem untuk dirinya, dan satu lagi dengan warna peach untuk Julia, sebab mengingatkannya dengan sahabatnya itu.

Kaira mengambil gambar lipmate yang ia belikan untuk Julia dan mengirimnya lewat aplikasi chatting di ponsel.

Julia

selera lo banget

|HUWA CANTIK BANGETT!
|DI MANA NIH? GUE MAO BELI

bsok gue bwa ke skolah ya

|SRIUSN?!
|IH MAKASIHH KAIRA
|EMANG SAHABAT GUE LO! 😘
|padahal kan lo yang mau ultah, awokwok

tau diri aja kan ya🤗

|dih, kliatan bat sngja beliin gue biar nnti gue balesin pake kado

🤣🤣

|makasih lagi ya tapi😘

hem

Kaira terus tersenyum selama membalas pesan Julia. Bisa dibayangkan bagaiamana hebohnya cewek itu jika mereka sedang berdua sekarang. Ngomong-ngomong, Kaira baru ingat kalau sebentar lagi ia akan bertambah umur. Ia mendesah, padahal biasanya ia akan sangat excited sebulan sebelum hari ulang tahunnya. Namun sekarang dengan semua hal yang terjadi, Kaira malah melupakan itu.

Kaira memasukkan ponsel kembali ke dalam tas sembari mengembalikan tekad bahwa ia tidak boleh memikirkan apapun yang akan membawanya kembali mengingat keresahan dan situasi yang sedang dihadapi saat ini. Toh, ia sudah memperingati dirinya sendiri di rumah tadi, bahwa hari ini harus menjadi hari yang menyenangkan karena Kaira akan melakukan kegiatan kesukaannya. Dan sebenarnya  selain Julia dan Jairo, tidak ada yang tahu bahwa salah satu hal yang ia nikmati adalah berjalan-jaaln sendirian di keramaian seperti ini.

Kaira memutar mata saat menyadari satu nama lelaki itu. Ia menggeleng sendiri dan mulai melihat sekitar, mencoba mencari pengalih perhatian.

Kurang dari sepuluh menit, mata Kaira sudah tertuju pada postur lelaki yang dikenalinya. Gadis itu mempercepat langkah agar bisa mengejar orang tersebut.

"Ser!" seru Kaira, menahan lelaki berkemeja putih yang bagian lengan bawahnya digulung.

Serhan berbalik dan dengan pandangannya bertanya, membuka suara. "Ngapain di sini?"

"Lo sendiri ngapain?"

"Anterin nyokap arisan."

Kaira mengangguk dua kali dan kembali berjalan. Serhan di sampingnya juga ikut melangkah.

"Nonton, yuk!" ajak Serhan setelah beberapa lama mereka hanya diam.

Kaira menoleh. "Nonton apa?"

"Film," jawab Serhan. "Mumpung kita di sini," katanya lagi cepat karena Kaira terlihat berpikir dan ia tidak ingin gadis itu menolak ajakannya.

"Boleh."

🌍

Lampu bioskop perlahan menyala diiringi dengan suara riuh orang-orang yang mengomentari film yang baru selesai diputar atau pun hendak bersiap-siap untuk pulang.

Kaira meregangkan kedua tangannya lantas mengecek ponsel. Serhan di sampingnya menoleh, melihat gadis itu.

"Nangis lo?"

"Filmnya sedih," jawab Kaira lalu memegang pipinya dan merasakan bekas air mata yang mengering. "Keliatan banget, ya?" lanjutnya kaget sembari mengambil ponsel untuk bercermin di sana.

"Nggak, kok," ucap Serhan, masih memperhatikan Kaira.

Serhan dan Kaira masih duduk di kursi mereka selama beberapa saat, menunggu sampai agak sepi baru kemudian berjalan keluar agar tidak berdesakkan dengan pengunjung lain. Walaupun begitu, bukan hanya mereka yang berpikir demikian, sehingga masih ada beberapa orang yang melangkah di belakang keduanya.

Saat kaira hendak menuruni anak tangga kedua dari terakhir, Lampu ruangan tiba-tiba mati. Sontak suara riuh kembali yang kali ini didominasi dengan rasa panik.

Kepala kaira refleks bergerak ke kiri dan kanan namun hanya bisa melihat kegelepan. Seketika bayangan akan mimpinya beberapa hari lalu datang membuat napasnya memburu.

Tangan Kaira ditarik ke samping, dan ia menyadari adanya pergerakan dari sebalah kanan ke arah belakang. Kemudian merasakan genggaman di pundak kiri juga sosok yang berdiri di balik punggungnya. Gadis itu bisa lebih sedikit bernapas lega karena hal itu, merasa aman.

Lewat dua detik, lampu kembali menyala bersamaan dengan suara perempuan yang meminta maaf melalui pengeras suara.

Kaira mendongak ke belakang, menemukan Serhan yang menunduk dan juga sedang menatapnya.

"Kaget lo?"

Kaira mengangguk. Serhan pun berjalan bersisian di samping Kaira keluar dari ruangan besar itu.

Sebuah salon di samping kiri menarik atensi Kaira ketika mereka baru saja keluar dari lift. Sebuah ide cemerlang muncul di kepalanya dan gadis itu langsung menarik Serhan ke sana.

Begitu masuk Serhan langsung ditinggal Kaira, dan cowok itu memilih duduk di tempat yang sudah disediakan sambil memainkan ponsel guna menghabiskan waktu.

Tak berapa lama Kaira datang dengan senyum cerah. Serhan mengalihkan mata pada Kaira. Tampak curiga dengan tarikan lebar di bibir gadis itu.

"Kenapa?"

"Ayo!"

"Apa?"

Kaira mengarahkan kepala pada seorang wanita yang sedang menunggu di tempat untuk mencuci rambut. Lalu mereka berdua saling menatap.

Serhan menggerakkan dagunya ke wanita itu, mengisyaratkan Kaira untuk pergi dan ia tidak apa untuk menunggu.

"Bukan gue, Ser."

Serhan menaikkan alis, dan sedetik kemudian memahami maksud Kaira ketika gadis itu msnunjukkan gambar di ponselnya–tampak pria dengan rambut blonde. Sontak lelaki itu menggeleng tegas. "Nggak."

"Hais, nggak asik banget sih," keluh Kaira. Ia kemudian membuat wajah meyakinkan dan kembali berbicara "Warnanya nggak permanen, kok. Paling besok dicuci udah ilang."

Serhan menatap Kaira yang wajahnya sudah tidak sesemangat tadi, seperti sudah tahu kalau dirinya tetap akan menolak. Tetapi dengan helaan napas, Serhan bangkit dari duduknya, mengisyarktkan bahwa ia akan menuju ke tempat pencucian rambut yang langsung membuat Kaira terperangah tetapi senang di saat yang bersamaan.

🌍

Serhan melirik tidak nyaman pada Kaira di bangku samping yang terus saja memperhatikannya.

"Aneh ya?" tanya Serhan

Kaira menggeleng cepat. "Lo kayak idol-idol korea yang biasa ditonton Julia, serius," diakhiri dengan kekehan.

Serhan tidak menjawab, tetapi diam-diam merasa senang karena berhasil membuat Kaira tersenyum.

"Eh, mampir toilet bentar, ya."

Bukannya ke toilet, Kaira malah bertemu dengan Clara di perjalanan yang mengarah ke ujung ruangan, dan berakhir duduk berdua dengan gadis itu di salah satu bangku kosong di sana. Serhan langsung berinisiatif pergi membeli minuman karana sadar bahwa Kaira ingin berbicara berdua dengan gebetan Jairo itu.

Setelah dirasa cukup sepi. Kaira membuka pembicaraan.

"Mama lo, sehat?" Kaira sendiri bingung kenapa pertanyaan itu yang keluar pertama kali dari mulutnya.

"Masih dalam pemulihan. Makasih udah nanya," jawab Clara.

"Hubungan lo sama Jiro ... gimana?"

"Baik-baik aja." Dari nada bicaranya, Clara tampak ragu dengan jawabannya sendiri.

"Gue ue bingung, deh. Sebenarnya lo itu ada rasa nggak sih sama Jiro? Lo tau kan dia suka sama lo?"

"Iya , gue tahu," ucap Clara , tapi tidak menjawab pertanyaan pertama Kaira.

"Kalo emang ada, bisa nggak tolong kasih kepastian? Gue miris liat temen gue kayak dimanfaatin."

Clara diam. Kaira sadar sekali perkataannya menyinggung, tapi rasa ingin membela Jairo lebih besar dari pada perasaan tidak enak pada orang yang disukai cowok itu.

"Jiro nggak bakal bisa ngejauh karena udah sesayang itu sama lo. Jadi kalo lo emang nggak ada niatan balas perasaan dia, dan masih punya hati," Kaira sengaja menekan tiga kalimat terakhirnya sebelum melanjutkan. "tolong jauh-jauh dari Jiro. Jangan buang-buang waktu dia untuk perjuangin hal yang nggak jelas."

Jengah dengan Clara yang tetap diam, Kaira akhirnya bersiap bangkit. "Thanks. Gue duluan."

Kaira berjalan lurus entah ke mana tanpa memperhatikan sekelilingnya. Masih merasa kesal dengan Clara yang terus diam dan tidak menanggapi perkataannya tadi. Membuat dirinya tampak seperti karakter jahat di film-film.

Serhan yang tiba-tiba menghampiri Kaira membuat gadis itu baru mengingat kalo ia tidak sendirian sebelum bertemu dengan Clara tadi.

"Mau langsung pulang?"

"Nyokap lo pulang sama siapa?" Kaira balik bertanya sambil menerima salah satu minuman dari tangan Serhan.

"Tadi sih bilang sama temennya."

Kaira mengangguk lantas bersama cowok itu kembali melangkah.

Keheningan menyelimuti mobil Serhan hampir di setengah perjalanan, sampai akhirnya Kaira baru menyadari sesuatu dan mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Perempuan itu lantas mengabadikan Serhan dengan rambut biru tua yang menurutnya sayang sekali harus kembali hitam esok hari. Setelah itu ia memandang hasil fotonya dengan decakan kekaguman karena merasa lelaki di foto itu seperti cowok-cowok yang biasa ia lihat di story instagram Julia. Tanpa menunggu lama, Kaira langsung mengupload di insastory miliknya yang entah sudah untuk ke berapa kalinya. Dan tidak lupa me-mention instagram milik Serhan di sana.

"Ser!" panggil Kaira dengan ponsel yang sekali lagi siap menjepret foto. Serhan menoleh dengan senyum tipis sebelum akhirnya meminta Kaira untuk langsung mengirim gambar itu padanya.

🌍

annyeong!
happy reading, gengs!
oh, iya, makasii yg udah nagih part lanjutan, hehe🥰
jan lupa vomment, yaw!
luv, zypherdust💋


if you reading this story on any other
platform OTHER THAN WATTPAD, you're
very likely to be at risk of a MALWARE
ATTACK. if you wish to read this story in it's
ORIGINAL, SAFE, FORM, PLEASE GO TO : https://www.wattpad.com/story/237308125?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=zypherdust&wp_originator=p2dzYSnKzhguzaLEfMOmHv%2BNuCFrRXI5mZBveXlVvdbGFA330koVZAt74fNLtroUxRPTM2UrDlcIgP2%2BjLwz2%2FvQRn1lRKUZ0HUGsb5QwM7FyJIu0rAGO%2FWOKGk1Qyq%2B

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top