-31⚡-
Kaira masih ingat dengan jelas bagaimana kemarin Jairo terus-terusan berjanji akan menonton penampilan mereka hari ini. Ia tidak terlalu memusingkannya, toh, Jairo memang selalu menemani atau melihat setiap kali ia mengikuti lomba dance bersama teman-temannya. Tetapi karena cowok itu sudah berjanji, Kaira jadi penasaran apa Jairo benar-benar bisa menepatinya atau tidak. Walaupun sebenarnya tanpa hal itu pun, ia tahu kalau sahabatnya tersebut akan datang.
Jadi ketika dua puluh menit sebelum grup blababla naik ke panggung, mata Kaira sudah menyisir daerah yang bisa ia lihat. Tapi sayangnya sama sekali tidak ada tanda-tanda kehadiran Jairo.
Namun selang semenit, ia menangkap laki-laki dengan postur yang mirip dengan Jairo baru saja berbelok di ujung koridor.
"Sy, temenin gue ke Jairo bentar," ajak Kaira lantas menarik gadis itu untuk menuju arah yang dimaksud. Saking semangatnya, Sissy sampai kewalahan karena harus menyamai langkahnya dengan Kaira yang berlari.
"Ji–" teriakan Kaira terhenti kala kakinya tergelincir di puncak tangga dan hendak terlempar ke bawah kalau saja Sissy tidak langsung memegangnya. Rasa nyeri langsung menghujani Kaira begitu Sissy membantunya berdiri dengan baik.
"Kaki lo nggak papa?" tanya Sissy cemas setelah membaca ekspresi Kaira yang tidak nyaman.
"Sakit, dikit," jawab Kaira. Sebab jika dia bilang tidak, Sissy pasti tidak akan percaya. Jadi lebih baik ia jujur.
"Bisa jalan 'kan, tapi?"
"Ck, bisalah."
Sissy baru bisa sedikit tenang saat gadis di sampingnya bisa berjalan tanpa bantuan dan menunjukkan kedipan mata. Tidak tahu saja kalau Kaira agak merasa sakit di pergelengan kaki kanannya, hanya ia biasa saja karena merasa tidak terlalu penting dan akan hilang dengan sendirinya.
"Eh, eh, ada tahu ngerti mijit, nggak?" Heboh Sissy ketika ia dan Kaira kembali berkumpul bersama teman-temannya.
"Kenapa?" tanya Luna.
"Kakinya Kaira. Tadi kegelincir di tangga."
"Kok bisa?"
Aura panik. Langsung mendekati gadis yang sedang dibicarakn dan memeriksa kakinya. Qila selaku yang paham dengan ucapan Sissy tadi juga ikut bergerak dan mulai memegang kaki Kaira. Kaira sendiri malah menatap kesal pada Sissy yang mengabaikan itu dan fokus pada kakinya.
Qila dengan hati-hati sedikit memijit pergelangan kali sebelah kanan Aurel sembari bertanya apa yang ia rasakan.
"Udah, udah mendingan. Nggak papa, kok, tadi, beneran. Sissy aja yang lebay," kata Kaira akhirnya. Berusaha menenangkan mereka yang tengah mengerubunginya.
"Lebay apaan. Orang lo mau jatoh gitu kalo nggak gue pegang," sahut Sissy.
"Yakin kan lo, Kai?" tanya Aura.
"Astaga kalian lebay banget, sumpah. I'm really fine, girls. Tenang, ok? Kalo udah nge-dance nggak bakal terasa lagi, kok."
***
Ekspetasi selalu berbanding terbalik dengan realita. Kaira harus menelan kekecewaa sebab sampai di akhir acara pun Jairo belum menunjukkan batang hidungnya. Bahkan Kaira tidak terlalu bisa merasakan kemenangan timnya karena berusaha melupakan kenyataan agak pahit yang ia dapat.
Seharusnya Kaira tidak terlalu merasa sesakit ini. Tetapi mungkin karena janji yang terus diucapkan Jairo juga ia yang sangat yakin dan percaya pada cowok itu. Jadinya ketika mendapati bahwa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan, gadis ini rasanya bagaikan ditolak dari gedung berlantai tiga puluh. Perasaan baru yang muncul di hati Kaira pun juga ikut berpengaruh pada rasa nyeri di dadanya.
Tim blablabla tidak langsung pulang ke rumah begitu acara selesai. Lima orang itu mampir ke rumah Sonya menggunakan mobilnya, mengingat barang-barang mereka masih ada di rumah perempuan itu. Saat sampai pun mereka masih bercerita sebentar sampai jam 11 lewat. Bahkan Sonya sempat meminta adiknya membeli tiga porsi martabak untuk dimakan bersama.
Tepat pukul 11.35 barulah Kaira diantar pulang Azka dengan motor. Awalnya Kaira ingin berjalan, tetapi Sonya bersih keras agar Azka harus membawa motornya.
Dan dari jauh Kaira bisa melihat ada lelaki tinggi yang tengah mondar-mandir di depan pagar rumahnya. Seketika menjadi kesal bukan main sampai ia menggertakan gigi.
Azka memberhentikan motornya dan memperhatikan saat Kaira turun. Takut kalau-kalau gadis itu kenapa-kenapa. Ia tersenyum pada Jairo yang berdiri tidak jauh dari mereka yang hanya menganggukkan kepala sebagai respon.
"Thanks."
"Jangan lupa kompres kakinya."
"Besok aja. Ngantuk plus capek banget, mau langsung tidur."
Azka mengangguk. "Asal jangan lupa bersihin muka, ntar yang dateng di mimpi lo malah ketakutan."
"Dih."
Mereka berdua tertawa kecil. Bahkan Kaira tiba-tiba lupa kalau tadi ia baru saja menggertakkan giginya karena kehadiran seseorang. Tidak tahu kalau Jairo sendiri tanpa sadar sedang memutar mata malas melihat dua remaja di depannya ini.
Begitu Azka pergi. Barulah ia mengingat kalau ada Jairo. Tetapi langsung pura-pura tidak melihat cowok itu.
Jairo yang semula kesal dengan interaksi antara Kaira dan Azka, langsung menghalangi jalan Kaira begitu ia hendak masuk. Raut wajahnya berubah. Rasa sesal tidak bisa disembunyikan. Dan sebenarnya Kaira benci melihat itu. Sebab ia merasa seolah tengah dikasihani.
"Gua capek banget, Ji," lirih Kaira.
Kalimat itu sungguh bekerja dengan baik sebab beberapa saat kemudian Jairo menggeser badannya agar gadis itu bisa lewat. Menatap nanar punggung sahabatnya yang terlihat agak tidak nyaman dengan cara berjalannya.
Setelah Kaira menutup pintu rumah, barulah Jairo mengacak rambutnya frustasi.
🌍
hola!
update lagi, nih, hehe
selamat membaca!
luv, zypherdust💋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top