-28⚡-

Shaun berdiri di depan teras rumah Kaira dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada. Setelan training warna merah terang membungkus tubuhnya. Ia mengetuk-ngetukkan ujung kaki pada tanah sembari menunggu Kaira dan Julia yang memakai sepatu.

Bunyi motor yang masuk ke dalam pagar rumah Kaira sontak mengundang ketiga remaja itu menoleh dan mendapati Serhan yang beberapa detik kemudian turun dari motornya.

"Kuyy!" seru Julia, berjalan paling depan dan diekori Shaun. Sementara Serhan menunggu Kaira agar bisa berlari di sampingnya.

Saat baru keluar pagar, Jairo muncul dari arah berlawanan dan menghampiri keempat orang itu. Terlihat tampan dengan kaos hitam tanpa lengan yang memperlihatkan bentuk tubuhnya.

Sebelum Jairo sampai, Kaira langsung menoleh pada Serhan, sengaja agara tidak terjadi  kontak mata dengan sahabatnya itu. "Nggak begadang main game lo semalam?" tanya Kaira.

Jairo yang menyadari adanya percakapan di antara Kaira dan Serhan akhirnya memilih untuk berlari di samping Shaun dan Julia.

"Begadang," kata Serhan.

"Sampe jam berapa? Kok bisa bangun pagi?"

"Jam 4, keknya."

"Demi apa?" Kaira menyempatkan berhenti berlari untuk lebih menjiwai keterkejutannya sebelum ia dan Serhan kembali mengejer Shaun, Julia, dan Jairo yang sudah lumayan jauh. "Seriusan lo?"

Serhan mengangguk sebagai jawaban.

"Anjir, hebat banget. Gue yang semalam tidur jam 11-an trus dibangunin Julia aja masih susah."

"Makanya pake alarm."

"Pake, kok. Lagian ada Julia juga yang lebih dari alarm."

"Berarti emang lo aja yang kebo," ucap Serhan dengan nada mengejek. Ia tertawa ketika Kaira berdecih.

Tanpa disadari keduanya, Jairo diam-diam menajamkan pendengaran. Dan sedikit merasa tidak senang mengetahui kalau Serhan dan Kaira tengah berlari bersama di belakangnya. Ia sendiri juga tidak tahu mengapa merasa demikian.

"Eh, eh, lo liat cara larinya Shaun, deh," ucap Serhan tiba-tiba ketika mereka sudah setengah putaran mengelilingin taman.

"Kenapa?"

Serhan tidak menjawab melainkan mengeluarkan ponsel dari saku hoodie gelapnya. Entah ia berbuat apa, tetapi sedetik kemudian ia menunjukkan video random dari instagram yang sudah disimpan. "Lo liat ini," katanya.

Kaira melihat layar yang ditunjukkan Serhan. Dan setelah video yang terputar selesai, lelaki itu berkata. "Trus lo liat Shaun."

Semula Kaira belum mengerti maksud Serhan. Sehingga Serhan membiarkan Kaira sekali lagi memperhatikan video itu. Di mana ada beberapa  cabai merah besar yang diedit bergoyang-goyang. Lantas Kaira mendongak dan melihat Shaun.

Seketika gadis itu terbahak tanpa memberhentika larinya. Serhan yang melihat Kaira di sampingnya, ikut tertawa dan memasukkan kembali ponsel ke dalam saku.

"Gila, sih, ngakak banget. Aduh capek, gue," keluh Kaira yang berusaha menghentikkan rasa lucu yang malah membuatnya sakit perut karena tertawa.

Jairo yang mendengar itu kontan memelankan larinya agar bisa sejajar dengan dua orang di belakangnya. Sengaja berpindah posisi di samping gadis itu.
"Kalau lari jangan sambil ketawa. Cepet capek lo entar," peringatnya.

Serhan sadar akan perubahan sikap Kaira karna gadis itu refleks berhenti tertawa dan merubah raut wajah seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya, tepat setelah Jairo muncul di sampingnya kanan cewek itu.

Dan Serhan tidak tahu apakah ia berhak merasa demikian, tetapi ia sama sekali tidak senang saat Jairo bergabung di antaranya dan Kaira dan membuat gadis itu menjadi diam selama acara lari pagi mereka.

🌍

Kaira duduk di bagian yang membatasi jalanan kompleks dengan rumput-rumput hijau. Di sampingnya ada Serhan yang wajahnya juga dibasahi peluh keringat seperti gadis itu. Julia lebih memilih duduk di rumput sambil menselonjorkan kakinya. Sementara Jairo tetap berdiri, tetapi kedua tangan bertumpu pada lututnya. Jangan tanyakan Shaun karena lelaki itu sudah hilang sedari tadi dengan alasan ingin buang air kecil.

Mereka tadi memutuskan berhenti setelah mengitari taman panjang di tengah kompleks perumahan Kaira sebanyak sepuluh kali. Awalnya hanya berniat lima kali saja, tetapi karena tantangan Shaun, para remaja itu akhirnya menambah dua kali lipat dari rencana semula. Tetapi malah Shaun yang tiba-tiba menghilang saat mereka akan memasuki putaran keenam.

Sebenarnya Julia terus mengamati gerak-gerik Jairo dengan maksud ingin melihat reaksi cowok itu terhadap Kaira. Ditambah adanya Serhan yang secara tidak sengaja membuat peluang tindakan Jairo seperti yang diinginkannya terjadi semakin besar. Dan beruntungnya, hasilnya benar-benar seperti yang sudah diduga Julia. Walaupun itu tidak terlalu kelihatan, tetapi sesungguhnya tingkah lelaki itu benar-benar tidak seperti Jairo yang biasanya.

Julia lagi-lagi dengan tanpa sepengetahuan siapa pun, bergantian melirik Jairo dan Kaira. Merasa geli sendiri dengan dua orang itu. Tetapi di satu sisi ia iba melihat Jairo yang sesungguhnya selalu mencari kesempatan bisa berbicara berdua dengan Kaira yang malah terlihat berusaha menghindar. Julia tahu apa yang sedang terjadi dari pihak Kaira, tidak dengan Jairo. Kendati demikian ia tetap ingin kedua temannya itu berinteraksi seperti biasa.

Alhasil Julia membuka suara. "Ser, temenin gue beli minum, dong," katanya. Wajah Serhan kelihatan tidak ingin pergi dari sana entah kenapa, tetapi Julia kukuh menarik lengan cowok itu.

"Akhirnya," gumam Jairo selepas kepergian Julia dan Serhan, yang sayangnya masih bisa didengar Kaira. Cowok itu mendudukkan diri di tempat Serhan sebelumnya.

Tiga menit setelahnya barulah Jairo kembali membuka suara. sebab ingin membiarkan Kaira menghilangkan lelahnya terlebih dulu. "Lu kok kayak ngehindarin gue, sih?" sentaknya langsung.

"Gue? Ngehindarin lo? Kurang kerjaan banget," timpal Kaira, berbanding terbalik dengan fakta yang ada. Juga sedikit berusaha agar suaranya tidak bergetar.

"Jangan bohong, lo. Keliatan tahu nggak."

"Serah lo, deh. Malas ngomong gue."

"Tuh, kan. Lo ngelak. Bener, nih kata gue. Lo pasti marah karena gak jadi gue jemput kan," desak Jairo. "Sorry, Kai. Tapi kan lo tau kondisi gue waktu itu gimana."

Kaira menoleh. "Iya, paham gue. Udah, deh ngapain sih bahas itu."

Jairo menghela napas panjang dan diam sebentar. "Tapi gue ngerasa lo kayak ngehindarin gue banget, Kai," katanya kemudian dengan nada yang lebih pelan dari sebelumnya.

Perempuan itu tidak menjawab. Merasa perasaan yang disampaikan Jairo lewat ucapannya itu sangat sampai kepadanya. "Sugesti lo aja, itu," sahut Kaira akhirnya.

"Lo–"

"Azka!" seru Kaira begitu matanya menemukan sosok familiar yang tengah berlari ke arah mereka. Sedikit lega karena ia bisa lari dari percakapannya dengan Jairo.

Padahal Kaira terus menanti kedatangan Shaun, Serhan, atau pun Julia. Tetapi yang muncul malah lelaki yang kini sudah berdiri di depannya dengan wajah riang yang bisa ia pastikan penyebabnya adalah dirinya sendiri.

Berbeda dengan Jairo yang tidak bisa menyembunyikan wajah tidak senangnya karena kehadiran Azka. Entah itu karena Azka yang muncul di saat ia dan Kaira yang akhirnya bisa berbicara berdua. Atau karena ia yang memang tidak suka melihat Kaira dekat dengan lelaki itu.

🌍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top