-25⚡-
Jairo berjalan santai menuju kelas Kaira. Rencananya ingin mengajak gadis itu pulang bersama sekaligus menepati janji untuk mentraktirnya. George berjalan di sampingnya dengan snack di tangan. Sesekali memasukkan ke dalam mulut makanan yang barusan dibelinya di kantin sekolah itu.
Jairo dan George bersandar di tembok samping kelas Kaira karena ternyata Pak Akmal–salah satu guru biologi, masih berdiri di depan kelas.
Tak berapa lama Pak Akmal keluar, diikuti suara ribut murid 11 Mipa 3 yang mengeluh karena tugas. Kedua pemuda itu masih menunggu sampai Kaira keluar ruangan bersama Julia dan Serhan.
George memainkan alis begitu matanya bertemu deengan Kaira. Bermaksud menggoda gadis itu yang mabuk tempo hari. Kaira pun meninju pelan lengan George lantas menarik Julia untuk pergi duluan.
Jairo menatap punggung Kaira yang berjalan di depan. Dia merasa seperti perempuan itu sengaja mengabaikannya. Bahkan gadis itu sama sekali tidak menatapnya tadi. Jadi Jairo berpikir kalau Kaira benar-benar marah karena membatalkan janji mereka sabtu kemarin.
Serhan, George, dan Jairo pergi ke parkiran guna mengambil motor mereka. Sementara Julia dan Kaira menunggu di halaman sekolah.
"Kai, lo inget nggak, ojek online yang waktu itu gue pesen di rumah lo?"
"Yang gue bilang ganteng itu?" Julia mengangguk. "Kenapa? Dia minta nomor lo?" tanya Kaira lagi.
Julia menggelengkan kepalanya. "Enggak. Tapi lo tau, kan, gue ke sekolah selalu pake ojek online. Kecuali emang kalo dianter Mama atau udah janjian sama Oji atau Shaun. Trus akhir-akhir ini, gue malah dapat driver-nya si cowok itu. Mana dia sikapnya ramah banget lagi, kan gue jadi ge'er."
Kaira terbahak. "Tanggapin aja udah, jelas banget dia mau deketin lo."
"Ogah! Entar Ka Yoandri mau dikemanain?"
"Dia tau lo aja, enggak."
Julia menatap Kaira tidak percaya. "Jahat banget, sih, lo, Kai."
Kaira menepuk-nepuk punggung Julia masih dengan tawa kecilnya. "Canda, Beb, canda."
Ketiga lelaki muncul di depan kedua gadis itu dengan motor masing-masing. Julia langsung naik di boncengan George.
"Hati-hati, ya."
Jairo merasa bingung karena Kaira tidak kunjung naik ke motornya. Alhasil ia berkata, "Ayo!"
"Gue ada janji sama Ka Esa," jawab Kaira.
"Lo entar latihan, kan, Kai?" tanya Julia tiba-tiba seraya melirik Jairo, ingat melihat reaksi cowok itu.
Kaira yang semula sedang bertatapan dengan Jairo mengalihkan pandangan pada Julia. Ia mengangguk yang dibalas ancungan jempol sahabat perempuannya. Merasa bersyukur karena pertanyaan itu bisa membantunya menghentikan kontak mata dengan lelaki yang ia sadar kalau saat ini masih menatapnya.
Kaira melihat ponselnya yang memunculkan pesan dari Hessan, mengatakan kalau coowk itu sedang ada di ruang klub dance sekarang. Ia lantas melambaikan tangan pada teman-temannya dan masuk kembali ke sekolah.
Di tempatnya, Jairo melihat Kaira yang berlari menjauh. Tanpa sadar mengepalkan tangan. Berarti sehabis menemui Hessan, gadis itu akan bertemu dengan Azka. Pikirnya.
Lelaki itu berdecak. Lalu dengan kesal akhirnya memutuskan mengemudikan motornya menuju rumah sakit tempat Ibu Clara dirawat.
🌍
Kaira mengintip dari celah pintu yang sengaja ia buka sedikit. Matanya menyapu ruangan itu dan menemukan hanya ada dua orang di sana.
"Masuk aja, Kak!" seru Natsuo yang langsung berhenti menggerakkan tubuhnya.
Kaira masuk ke dalam dan berjalan pelan seolah takut mengganggu Yoandri dan Natsuo yang sedang latihan. Perempuan itu duduk di sofa panjang di sudut ruangan.
Hessan muncul dengan baju kaos dan celana training dari satu ruangan kecil di sana. Memegang seragam di tangan kanan yang kemudian ia masukkan ke dalam tas yang tergeletak di samping sofa.
"Nggak jadi pergi sama Jairo?" tanya Hessan yang dibalas wajah bingung Kaira. Hessan mengedikkan dagu ke arah Natsuo. "Dia sama Nat hari ini rencananya mau latihan bareng, tapi gak jadi karena katanya dia ada janji sama kamu. Nggak papasan tadi? Mau Kak Esa telpon?" Hessan hendak meraih ponselnya di atas meja.
"Eh, jangan!" cegah Kaira cepat. Hessan menaikkan sebelah alis. Kaira tampak salah tingkah. Dan Hessan terlalu pintar untuk bisa menebak respon gadis itu. Ia menduga Kaira ingin mengatakan sesuatu padanya lalu bergantian melirik ke arah dua lelaki yang tengah berlatih di tengah ruangan dan Kaira. "Nunggu Kak Esa selesai nggak papa, kan?"
Kaira menatap Hessan sebentar. Terkejut dengan pertanyaan dan kepekaan lelaki itu. Tetapi kemudian ia mengangguk.
Waktu terus berjalan, satu jam telah terlewati. Dan selama itu juga Kaira hanya menggulir layar sosial media dan menonton youtube. Sesekali memperhatikan gerakan tiga lelaki di depannya.
Hampir pukul tiga sore, Yoandri dan Natsuo membaringkan diri di lantai dengan keringat di sekujur tubuh mereka. Sementara Hessan mematikan lagu dari speaker lalu duduk di lantai dan bersandar pada dinding.
Tak berapa lama, Natsuo dan Yoandri pamit pulang duluan. Saat itu pula Hessan pergi mengganti pakaiannya. Kemudian membanting diri di samping Kaira sehingga gadis itu terlonjak.
"Ngagetin banget, sih," keluhnya.
"Jadi ... kenapa?" Hessan membuka tutup botol air mineral dan meneguknya hingga setengah.
Kaira menyandarkan punggung dan menarik napas berat.
"Kenapa?" tanya Hesaan sembari menutup botolnya.
Kaira terus menunduk dan walaupun matanya melihat ponsel, tapi pikirannya melayang. Tiba-tiba saja merasa emosional. Apalagi dengan nada lembut dari pertanyaan Hessan. Membuat gadis itu berpikir kalau ia memang tidak salah menemui orang.
"Kak."
Hessan berdeham dan menoleh pada Kaira. Menunggu perempuan itu untuk kembali membuka suara.
Kaira menelan ludah. "Kayaknya ... Aku jatuh cinta sama Jairo, deh." Ia mendongak dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya sesak bahkan hanya memikirkannya saja. Matanya bertemu dengan milik Hessan. Dan air mata Kaira semakin mengalir karena merasa tatapan Hessan seolah mengizinkan ia untuk mengeluarkan perasaannya yang sesungguhnya.
"Loh, loh, kok nangis?" Hessan panik. Kepalanya terus mencari kesempatan untuk melihat wajah Kaira yang perempuan itu tutup dengan kedua tangan.
"Dek, Dek?"
Kaira masih tetap sesenggukan.
Hessan refleks merangkul gadis itu. Tangan kanan mengusap pundak Kaira dan tangan yang satunya menepuk bahu kiri Kaira.
Kaira menarik napas setelah beberapa saat. Mendadak merasa malu sendiri. Ia menghapus air matanya. "Sorry, Kak."
"Santai." Hessan memberi waktu untuk Kaira sebentar sebelum dia balik bertanya. "Tapi, kenapa kamu nangis?"
Kaira menggeleng. "Nggak tahu. Tapi rasanya sesak." Kaira terdiam dan sedetik kemudian mengangkat wajahnya yang tidak bisa menyembunyikan ketakutan. "Aku nggak seharusnya punya perasaan ini kan? Aku nggak boleh jatuh cinta sama Jairo, kan?"
"Nggak, Kaira. Itu wajar, wajar banget. Dan kamu boleh punya perasaan itu." Hessan Berusaha menenangkan Kaira. Merasa tidak ingin perempuan itu resah seperti ini.
"Gimana ... gimana kalau Jairo tahu? Gimana kalau aku nggak bisa hilangin perasaan ini? Gimana kalau–"
"Kenapa harus dihilangin?" sela Hessan. Sekali lagi, air mata mengalir di salah satu pipi Kaira.
Kaira mengalihkan pandangan. Jemari di atas pahanya saling bertaut erat, seakan ia sengaja melampiaskan kegelisahannya.
Kedua tangan Hessan menggerakan wajah Kaira untuk menatapnya. "Listen, kamu nggak salah Kaira. Perasaan kamu juga. Jangan panik, ok?"
Kaira menahan pergelangan tangan. "Aku harus gimana?"
Hesaan menarik napas. Menurunkan tangannya dari kepala Kaira tetapi masih merangkul gadis itu. Kaira juga sepertinya tidak terganggu. "Kak Esa belum pernah ngalamin ini, jadi nggak tahu harus bilang apa. Cuman kalau kamu nggak mau Jairo tahu, bersikap aja seperti biasa, sampai kamu siap ungkapin itu. Tapi bakal susah, Dek, karena kamu harus pendam perasaan kamu."
"Aku nggak bakal ungkapin," tukas Kaira mantap setelah berpikir dan untuk yang kesekian kalinya menghela napas berat.
Pintu ruangan tahu-tahu terbuka. Memunculkan Yoandri dan Natsuo yang salah tingkah sebab yang mereka lihat adalah Hessan yang sedang merangkul Kaira. Sebenarnya Yoandri hanya diam, menatap mereka sebentar, dan kembali bersikap biasa. Natsuo yang dari wajahnya keliatan kaget bahkan hampir ingin menutup kembali pintu kalau Yoandri tidak menahannya.
"Lah, balik lagi?"
"Charger dia ketinggalan," jawab Yoandri.
Natsuo dan Kaira saling tersenyum canggung. Di sisi lain, Hessan tampak santai dan tetap merangkul Kaira yang di mata Natsuo terlihat seperti lelaki itu tidak masalah jika hubungannya diketahui orang lain. Natsuo melangkah ke meja yang ada di dekat sofa.
"Tolong air dong, Nat," pinta Hessan pada Natsuo yang sedang mencabur charger-nya.
Saat menerima botol, barulah Hessan melepaskan rangkulannya. Dan diam-diam Kaira bersyukur sebab ia terlalu kaget dengan kemunculan Yoandri dan Natsuo sehingga tidak bisa bereaksi seperti apa. Ia hanya berharap kalau kedua orang itu tidak melihat matanya yang bengkak. Juga berdoa agar merahasiakan yang mereka lihat saat ini.
Hessan membuka botol air dan diberikan pada Kaira. Dan saat itu, Natsuo mengambil kesempatan untuk berpamitan pada dua orang kakak kelasnya itu sebelum keluar bersama Yoandri.
Kaira mengusap wajahnya kasar setelah menenggak air. Merasa tidak senang karena kejadian barusan.
"Kenapa?" tanya Hessan bingung, karena perubahaan mood Kaira yang tiba-tiba.
Kaira menarik napas lagi. Ia melihat jam yang menempel di salah satu dinding.
"Mau pulang sekarang?"
Kaira mengangguk. "Mana hari ini aku ada latihan."
"Kita makan dulu kalo gitu. Kak Esa traktir. Hitung-hitung ucapan selamat karena lolos eliminasi kemarin." Hessan mengedipkan sebelah matanya.
"Tapi, Dek." Kaira yang hendak membuka pintu menoleh. "Pembicaraan kita belum selesai. Jadi kalau ada apa-apa, jangan takut buat cerita. Kak Esa tunggu."
🌍
dapat salam dari ka esa💕
btw ges, george atau yang biasa dipanggil oji itu, jake ya. namanya kuganti hehe
luv, zypherdust💋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top