-04⚡-
Kaira mengetukkan jari di meja bulat berukuran sedang di depannya. Sesekali matanya melirik ke arah pintu kaca yang berjarak empat meja darinya. Terkadang bergumam tidak jelas, merutuk Jairo yang mengajaknya bertemu tetapi juga cowok itu yang terlambat.
Seperti yang dikatakan Jairo, kemarin malam ia mengirim pesan pada Kaira. Cowok itu mengajakknya bertemu di sebuah kedai yang baru katanya baru saja dibuka bmdan berkata akan mentraktirnya. Hal itu membuat Kaira tiba-tiba berinisiatif untuk sedikit berdandan feminim, sesekali tidak apa, kan. Dan dengan terpaksa mengajak Julia ber-videocall demi membantunya memilih pakaian yang cocok. Jadilah sekarang ia terlihat sangat manis dengan blouse dan rok selutut yang memperlihatkan kaki jenjangnya. Rambutnya diikat sebagian dengan rapi. Tak lupa menambahkan beberapa polesan natural di wajahnya.
Kaira merasa hari ini ia berlebihan, tetapi di satu sisi gadis itu juga semangat. Ingin cepat-cepat Jairo melihat penampilannya dan terpukau. Karna dengan begitu, cowok itu tidak lagi akan mengejeknya jelek atau pun tidak tahu fashion.
Kaira melihat pantulan diri di ponsel. Kembali memperbaiki rambutnya yang sebenarnya tidak berantakan. Setelahnya membuka ruang obrolan dengan Jairo, kalau-kalau cowok itu mengirim pesan.
Kaira kadang tidak habis pikir dengan tabiat terlambat cowok itu. Apa menyenangkan membuat gadis cantik sepertinya menunggu seperti ini?
Kaira bertekad suatu saat nanti ia harus membalas dendam dan membuat Jairo merasakan bagaimana rasanya menunggu seseorang.
Lagi dan lagi Kaira menoleh pada pintu kedai dan mendapati seseorang yang baru saja masuk dan seperti melangkah ke arahnya.
Seketika Kaira membeku. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa sampai cowok itu mengisayartakan apakah ia boleh duduk di bangku kosong depan Kaira. Gadis itu refleks mengangguk kaku.
Diam-diam Kaira mengepalkan tangannya di bawah meja. Ia teramat kesal sampai rasanya ingin menangis.
"Lho, Jiro mana?" tanya Azka.
Kaira memaksakan tawanya. "Dia pasti sengaja temuin kita berdua," katanya. Tetapi detik berikutnya ia menyesal mengatakan itu karna menyadari nada tidak sukanya pasti membuat Azka tidak nyaman. Terbukti, cowok itu berdeham sekarang.
"Sorry, Ra, gue-"
Kaira mengibaskan tangannya dengan canggung. "Nggak papa 'kok santai aja."
Azka merupakan tetangga Jairo juga Kaira. Rumah cowok itu berhadapan dengan rumah Kaira. Dan bukan rahasia besar kalau Azka sudah lama menaruh perasaan pada Kaira. Seringkali cowok itu membawa kue atau makanan apa pun untuk diantarkan ke rumah Kaira. Ia juga terkadang mengirim pesan dan mengajak Kaira keluar bersama, sayang hal ini selalu gadis itu tolak dengan alasan apa pun.
Azka tampan dan juga baik hati. Hampir tidak ada yang tidak menyukainya. Begitu pun Kaira. Namun, Ia selalu merasa tidak nyaman jika bersama Azka. Rasanya terlalu canggung dan percakapan mereka tidak mengalir adanya. Awalnya Kaira tidak tahu apa alasannya, tetapi kemudian ia sadar kalau sangat aneh berada dekat dengan seseorang yang niatnya sangat jelas-menyukai dan mengharapakan hubungan lebih dengan kita.
"Gue mesen, ya." Azka kemudian melambaikan tangan pada seorang pelayan yang berdiri di samping meja kasir dengan buku kecil di tangan.
🌍
Kaira berjalan menyusuri jalanan kompleks ketika hari sudah gelap. Sebenarnya tadi Azka sempat ingin mengantarnya pulang. Tetapi seperti biasa, Kaira bersikukuh menolak niat baik cowok itu. Ia memberi alasan bahwa masih ingin singgah sebentar ke toko buka. Sebuah alasan yang akhirnya ia jalankan karena tidak ingin tiba-tiba bertemu Azka saat memasuki kompleks perumahan. Itu akan sangat tidak baik dan lebih dari pada itu Kaira tidak ingin berada dalam situasi canggung dengan Azka, baik di dalam mobil cowok itu saat Kaira mengiyakan ajakan Azka atau pun mereka yang tidak sengaja berpapasan.
Gadis itu melirik ponselnya yang terus berkedip. Sengaja ia matikan deringnya karena terlalu menganggu. Jairo sedari tadi terus menelpon dan mengiriminya pesan. Menanyakan bagaimana acara kencannya dengan Azka. Tentu saja Kaira tidak membalas pesannya atau pun menerima panggilan itu.
Tujuh langkah lagi dan Kaira sampai di rumahnya. Tetapi matanya menangkap punggung seorang cowok yang tengah fokus dengan ponsel sedang berdiri di depan pagar rumahnya.
Tanpa menunggu lama Kaira membawa langkahnya berbalik. Lelaki di depan rumah gadis itu tidak sengaja menoleh dan mendapati Kaira yang pergi sehingga ia mengejarnya.
"Ra, Ra, bentar." Jairo menahan lengan Kaira tetapi langsung ditepis gadis itu. Tidak menyerah, Jairo kembali menahannya lagi.
"Apa, sih?" ketus Kaira.
"Gimana, gimana? Sukses? Kok telpon gue nggak diangkat sih? Seru, ya, pasti?" Jairo berceloteh panjang lebar.
Sedangkan Kaira hanya menatap sahabatnya sebentar lalu membuang muka.
Raut wajah Kaira akhirnya membuat Jairo sadar akan sesuatu. "Lo ... marah?"
Kaira tidak menjawab. Ia berbelok menuju ke taman di samping lapangan dengan Jairo yang mengekor di belakang. Gadis itu duduk di salah satu bangku besi berpernis coklat tua.
"Lo beneran marah, Ra?" Jairo mengulangi pertanyaannya dengan hati-hati.
Kaira membuang napas dengan kasar. "Gue udah berapa kali bilang sama lo, kalo gue nggak nyaman sama Azka."
"Iya. Tapi gue cuman mau lo bisa have fun sama cowok-"
"Tapi gak gini caranya, Ji!" Bahkan Kaira tidak sadar dengan nada bentakkan yang diberikannya membuat Jairo terdiam.
"Maaf," kata Jairo pelan. Ekspresinya menunjukkan penyesalan, Kaira bisa melihat itu.
Lagi, Kaira menarik napas. "Lagian, gie have fun 'kok sama lo. Gue have fun juga sama Serhan. Sama Kak Hessan, juga." Kaira memelankan suaranya pada kalimat terkahir. Sengaja memancing Jairo karena sebenarnya ia merasa bersalah telaj membentak cowok itu. Jairo membulatkan matanya.
"Kak Esa?" Jiro menggelengkan kepala. "Wah, gila! Gue tahu sih kalian deket, tapi kalo lo naksir dia gue beneran nggak tau apa-apa, sumpah!"
Kaira tertawa. Wajah Jairo ketika baru mengetahui sesuatu yang penting memang sangat lucu dan selalu berhasil membuatnya terbahak.
"Apa, sih! Nggak kok." Kaira memukul punggung Jairo dengan tangan kanannya, masih sambil tertawa.
"Tapi, cocok loh, Ra. Seneng juga gue kalo sahabat-sahabat gue akhirnya jadian. Gue yakin 100% Kak Esa gak mungkin nyakitin lo.
"Nggak, ah. Gila aja lo! Ngelantur banget sih." Kaira menggelengkan kepala, merasa tidak setuju dengan perkataan Jairo barusan. Dan tiba-tiba ia mulai merasa kesal.
"Loh, kenapa? Beneran 'kok cocok."
Kaira memutar matanya malas.
"Eh, seriusan, Ra. Gue bisa bantu deketin kalian berdua."
"Jiro!"
"Iya-iya, enggak Kaira."
Orang-orang selalu mengira ia dan Jairo pacaran, banyak juga yang mengatakan kalau Kaira menyukai cowok itu. Tetapi Kaira selalu dengan tegas berkata tidak. Maksudnya, ia memang menyukai dan sangat menyayangi cowok itu. Iya tentu saja, Jairo sahabatnya. Tetapi kalau perasaan yang lebih dari itu, sama sekali tidak. Karena sesungguhnya ia sendiri tidak tahu bagaiman rasanya jatuh cinta. Dan bayangan ia yang menyukai Jairo lebih dari sahabat pun sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya.
Atau jangan-jangan, Kaira sendiri yang tidak menyadari kalau ia memang sudah jatuh cinta dengan sahabatnya itu?
🌍
Hola!
Well, gimana aku nulis cerita ini dan salah satu cerita aku yang comingsoon itu sama banget, lancar jaya pokoknya!
Sehari bisa nulis dua part atau lebih, dan menurut aku pribadi yang biasa nulisnya tegantung mood, itu udah hebattt banget, wkwk🤒
Karena itu kalian tenang aja karna aku ada beberapa tabungan part, jadinya semoga kalian nggak kelamaan nunggunya, hehe.
Udah ah, itu aja. Keep vomment!
zypherdust💋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top