Part 4. Desa Gaib
Arwah mawar yang berada di tubuh Ria, tiba di rumah Fendi. Bagus sudah menyambutnya. Ia langsung memeluk tubuh wanita yang sangat dicintainya itu." Sudah lama kita tidak bertemu Mawar, aku sangat merindukanmu?" isak pria itu.
"Aku juga Mas," ucap Ria lirih.
"Lalu, apa yang kamu lakukan di sini, bagaimana bisa kamu berada di tubuh wanita ini?" tanya Bagus.
"Wanita ini yang membantuku keluar dari desa Gaib itu Mas, sekarang aku ingin menuntut balas atas kematianku pada pria itu," ucap Ria seraya menatap ke rumah berlantai tiga itu.
"Tapi itu berbahaya, Fendi memiliki kalung jimat di lehernya, apa kamu tidak akan terluka?" tanya Bagus.
"Dengan tubuh yang aku pakai sekarang, aku tidak takut dengan apapun Mas."
"Baiklah, ikutlah denganku." Bagus menarik tangan wanita itu dan membawanya ke kamar Fendi.
Fendi saat itu sedang minum-minum sendiri. Melihat ada wanita yang wajahnya ia kenal, pria itu terperanjat.
"Kamu, bukannya kamu sudah mati!" ucap Fendi seraya beranjak dari duduknya.
"Kamu kira, aku tidak akan menemukanmu, kamu kira, aku tidak bisa membunuhmu," bantah Mawar seraya mengeluarkan kukunya yang panjang.
"Penjaga! penjaga, Bagus, ke mana kalian semua, tolong aku!" teriak pria itu memanggil orang-orang, tapi tak ada satupun yang datang.
Bagus sudah menyuruh semua pengawal mengerjakan hal lain. Dan ia yang bertugas menunggu pintu.
Mawar langsung mencekik pria yang sudah membuat hidupnya hancur itu. Ia menarik kalung jimat yang sudah tak berfungsi itu dan membuangnya ke lantai. Fendi mengerang kesakitan. Ia mendorong tubuh wanita itu dan segera berlari ke pintu. Tapi pintu itu terkunci. Ia pergi ke balconi yang ada di kamar itu.
Dengan mukanya yang pucat pasi dan tubuhnya yang basah kuyup. Mawar berjalan mendekati pria itu.
"Tolong ampuni aku, aku sudah bertobat, aku juga sudah berdoa kepada leluhur untuk kematian kalian semua," rintih pria itu memohon ampun seraya berlutut pada Mawar.
"Kamu kira dengan maaf bisa menghidupkan orang yang sudah mati, kamu harus mendapatkan hukuman atas semua dosa-dosamu."
Mawar langsung mengangkat tubuh pria itu dan melemparkannya dari lantai tiga rumah itu, hingga kepala pria itu tertancap ranting kayu dan menembus hingga ke bola mata. Tewaslah Fendi dengan bersimbah darah. Mawar tersenyum puas.
Dari pinggir rumah yang besar itu, mobil Richo terparkir. "Apa kamu lihat itu Ric! bukankah itu Ria?" ucap Nessa seraya tak percaya dan ingin keluar menemui Ria.
Richo menahannya.
"Itu bukan Ria, tapi ada roh yang merasukinya."
"Apa dia wanita yang loncat dari air terjun itu?" tanya Nessa.
"Kurasa iya, dia berhasil lolos dari desa Gaib itu melalui tubuh Ria, itulah sebabnya aku merasakan hal aneh ketika bersama Ria," sahut Richo.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang Ric?" tanya Nessa.
"Kita harus menunggu."
Petang itu juga polisi sudah membanjiri rumah penulis itu. Bagus sudah menyuruh Mawar untuk pergi terlebih dahulu. Bagus juga sudah menyiapkan surat wasiat yang di tulis oleh Fendi seolah-olah ia bunuh diri. Polisi melihat surat itu dan menggiring Bagus untuk dimintai keterangan.
Di kantor polisi, Bagus mengatakan, bahwa Fendi sering sekali ingin bunuh diri, karena teringat kesalahannya di masa lalu. Dan Bagus sudah beberapa kali menghentikan aksinya itu. Bagus memang penipu yang ulung. Akhirnya polisi membebaskan dia karena tidak terbukti terlibat dalam kematian Fendi.
Paginya, Richo dan teman-temannya datang ke rumah Ria. Tapi Ria mengurung diri dan tak ingin bertemu siapapun.
"Ria sayang, ini teman-temanmu datang Nak, apa kamu nggak mau keluar juga," teriak ibunya dari balik pintu kamar yang Ria kunci dari dalam.
"Aku capek Ma, mau istirahat, suruh mereka besok aja datang lagi," jawab Ria.
"Tante minta maaf ya, entah kenapa Ria berlaku seperti ini."
"Iya, nggak papa kok Tante, kami ngerti," ucap Nessa.
Di luar pagar rumah Ria.
"Tuh anak aneh banget sih! nggak biasanya dia kayak gitu," ucap Radit masih heran.
"Kamu kan tau Dit, dia bukan Ria sekarang, dia itu kemasukan roh," timpal Wati yang sudah diberitahu keadaan Ria sejak pagi oleh Nessa.
"Aku akan berjaga-jaga di sini, aku yakin Ria akan segera keluar dari rumah ini," ucap Richo.
"Aku juga ikut," timpal Radit.
"Udah, kita semua jaga aja di sini, kita ini kan teman, jadi harus selalu bersama," ucap Mella merangkul mereka semua.
"Ya udah, kita tunggu di mobil aja, nanti aku cari makanan buat kalian," jawab Nessa.
Saat malam hari, terlihat Ria sedang menggeret koper kecil ke luar rumah. Ia langsung memanggil taxi dan melaju.
"Wah, mau ke mana tuh Ria, malam-malam gini geret koper?" tanya Wati yang melihat Ria dari dalam mobil.
"Mencurigakan banget tu anak," timpal Radit.
"Ya udah kita ikutin aja," pinta Nessa.
Richo segera melaju mengikuti taxi yang ditumpangi Ria.
Setelah mereka sampai. "Loh kok di bandara, jangan-jangan si Ria mau kabur nih!" celetuk Radit yang nggak sabaran.
"Kalian turun dulu ya, cepat susulin Ria, jangan sampai kehilangan dia, aku harus markir mobil dulu," pinta Richo.
Mereka semua turun dan menyusul Ria. Seorang pria sudah menunggu kedatangan Ria, pria itu tak lain adalah Bagus. Ia ingin pergi bersama Mawar yang ada di tubuh Ria.
"Makasih Mas, karena masih menungguku," ucap Ria dan memeluk pria itu.
"Aku tak pernah lelah menunggumu Mawar, kini kita akan hidup bersama selamanya," sahut Bagus seraya mengecup kening Ria.
Mendadak tangan Ria ditarik dari belakang. "Wah! cari kesempatan nih orang, main kecup aja, situ waras!" bentak Radit yang emang suka emosian.
"Lepasin nggak, lepas!" Ria meronta karena dipegang teman-temannya.
"Sadar Ria, ini bukan kamu yang sebenarnya, istighfar Ria," ucap Wati yang masih memegangi temannya itu.
Richo datang dan langsung memegang kepala Ria, ia membaca doa agar arwah Mawar keluar dari tubuh Ria. Tak berapa lama asap putih keluar dari mulut Ria dan wanita itu langsung tak sadarkan diri.
"Tidaaaaaakkkk!!!" teriak Bagus yang melihat kekasihnya keluar dari tubuh Ria.
Ia menangis dan berlutut dihadapan arwah Mawar yang sudah semakin menghilang. "Maafin aku Mas, aku berharap kita bisa ketemu dikehidupan selanjutnya, aku mencintaimu Mas," ucap Mawar sebelum ia lenyap menjadi asap.
"Tidaakkkkkk, Mawarrrr!!!" Isak Bagus menyesali semua perbuatannya.
Ayah Nessa dan anak buahnya datang untuk meringkus Bagus. Karena sebelumnya Nessa sudah menceritakan via telpon dengan ayahnya. Akhirnya polisi menangkap Bagus dan ia mengakui semua kejahatannya. Ia juga yang telah membunuh kedua temannya lantaran dendam karena menyebabkan calon istrinya terjun ke jurang. Bagus juga mengakui bahwa dia dan teman-temannya telah menghancurkan sebuah desa yang dulu di sebut desa permai.
Kini desa itu tidak bisa dijumpai dan hanya orang-orang yang mempunyai kemampuan khusus yang bisa menemukan desa itu. Maka banyak orang menamai desa itu sebagai Desa Gaib.
Di dalam mobil. Ria baru saja sadar. Tapi ia tak ingat apa yang sudah dilaluinya. "Syukurlah, kamu sudah kembali Ria," ucap Mella memeluk teman kesayangannya itu.
"Ada apa ini, aku kok nggak ingat apapun! jangan bilang aku amnesia ya," sahutnya bingung dan mencoba mengingat.
"Kamu nggak amnesia kok, tapi pikun akut," ejek Radit dan diikuti tawaan teman lainnya.
"Sialan kamu Dit," bantah Ria.
***
Wati baru saja sampai di rumah. Dan duduk di sofa sembari menonton TV. Ia mulai haus dan berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air. Saat ia menuangkan air dari ceret, mendadak ada tetesan air dari atas kepalanya.
Ia mendongak ke atas. "Astagfirullah." Ia dikagetkan dengan sesosok wanita yang bergelantungan di atap rumahnya. Matanya hitam, tubuhnya basah dan berlendir. Sosok itu merangkak mendekati Wati. Ia segera berlari menghindarinya.
"Dasar hantu sialannnn!!!" teriak wanita itu sambil terus berlari.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top