Part 2 Rumah sakit Angker

"Duh jepit rambutku ke mana ya, kok di tas nggak ada sih," ucap Wati yang sibuk mencari jepit rambut kesayangannya.

"Apa mungkin ketinggalan di rumah sakit tadi ya," ujar Ria menebak.

"Bisa juga tuh," sahut Mella.

"Ah males lah mau ke sana lagi, biarin aja deh," ucap Wati yang masih kesal dan duduk di kursi kayu.

Nessa datang membawa beberapa minuman untuk teman-temannya.

"Duh calon istrinya siapa nih, pagi-pagi udah bikinin kopi, dah pantes di pinang kamu Sa," celetuk Radit dan menatap ke Richo yang duduk tak bergeming di kursi kayu.

"Apa an sih kamu Dit, udah minum kopinya," ucap Nessa sedikit malu.

"Apa kamu mendapat informasi lain Sa tentang rumah sakit itu?" tanya Richo padanya seraya menyeruput kopi yang ia buatkan.

Nessa mengeluarkan laptop dan mengetik beberapa huruf dan munculnya sebuah artikel. "Lihat nih," ucapnya.

Rumah sakit itu sudah di tinggalkan selama 10 tahun, karena dulu ada wabah penyakit yang menyerang semua pasien. Di duga semua pasien adalah anak kecil dan mereka meninggal karena wabah itu. Lalu 2 tahun kemudian rumah sakit itu di beli atas nama Sudirman.

"Coba profilnya Sudirman kayak apa sih?" tanya Radit penasaran.

"Kalian nggak bakal nyangka kalau Sudirman itu ternyata orang yang kita temui tadi pagi," ucap Nessa sembari mengetik dan menunjukkan wajah pria yang ia maksud.

"Apa!" Mereka semua terkejut.

"Iya, inikan pria yang kita temui tadi pagi," ucap Wati menunjuk ke photo itu.

"Yang lebih anehnya lagi, Sudirman ini bekerja menjadi pengimpor sayuran di pasar, kalian tau kan berapa penghasilan rata-rata pekerjaan seperti itu, tapi dia punya aset kekayaan melebihi Syahrini," ucap Nessa menjelaskan.

"Alah ngaco kamu Sa," bantah Ria tak percaya dengan ucapannya.

Nessa menunjukkan beberapa aset kekayaan milik Sudirman, "lihat nih, dalam 2 tahun terakhir dia bisa membeli 4 rumah sekaligus atas namanya, dan juga membeli beberapa tanah di sekitar perumahannya, apa kalian nggak ngerasa aneh."

"Sepertinya ini menyangkut pesugihan," ucap Richo seraya meletakkan gelas kopinya.

"Haduhhh, aku paling benci melawan dukun," celetuk Radit.

***

Pria berkumis itu adalah Sudirman. Ia tampak membaca mantra dan membubuhi serbuk ke dalam api kemenyan. Lalu melemparkan jepit rambut yang ia temukan ke dalam kemenyan itu. "Kalian akan merasakan akibatnya, karena bermain-main denganku," ucap pria itu beringas.

Di tengah malam yang sangat sunyi. Wati tidur di ranjangnya. Mendadak dia mendengar suara beberapa anak kecil di telinganya. Ia terbangun dan mencari ke arah suara itu. Ia melihat tiga sosok anak kecil sedang bermain kelereng di ruang tamu, satu dari anak itu tidak memiliki kepala. Dan yang lainnya wajahnya berantakan. Ia menutup mulutnya menahan jeritan. Dan kembali ke kamar menata nafasnya. "Duh gimana ini," gumamnya.

Ia mulai panik dan mencari ponselnya tapi malah menjatuhkan benda berbentuk persegi panjang itu, "haduhhhh," rintihnya.

Pintu kamar Wati langsung di buka, dan berdirilah tiga anak kecil tadi seraya melotot padanya. Mereka langsung menghampiri Wati dan mencekik lehernya. Anak kecil itu memperlihatkan taring di giginya dan langsung menggigit kaki dan lengan Wati. Ia berteriak meronta kesakitan.

Ibu dan ayahnya mendengar teriakan itu, lalu segera menuju ke kamar Wati. Mereka melihat Wati kejang-kejang di pinggir ranjang.

"Astagfirullah Wati, kenapa kamu sayang?" tanya ibunya cemas melihat anak semata wayangnya itu.

"Ayo bu, kita angkat ke kasur dulu," pinta suaminya seraya mengangkat tubuh Wati ke atas ranjang.

Wati berteriak, "archhhhhh lepasin, lepassss."

"Istighfar Nak, istighfar Wati ini Ibu," ucap wanita itu seraya mengelus rambut anaknya.

Mendadak Wati langsung pingsan.

"Wati!" teriak kedua orang tuanya.

Teman-teman Wati datang menjenguk. Mereka melihat keadaan Wati yang terlihat buruk.

"Aku yakin ini pasti ada hubungannya dengan Sudirman, aku akan mendatanginya," bentak Radit emosi melihat wanita yang dia sukai terluka.

"Tenanglah Dit, dia bukan tandingan kamu!" ujar Nessa menahan temannya yang sudah emosi itu.

"Sepertinya malam ini aku harus bermalam di sini untuk menjaga wati, aku yakin orang itu akan mengirim sesuatu lagi," ucap Richo.

"Aku juga ikut bermalam, aku nggak akan ngebiarin orang itu menyakiti Wati," ucap Radit bersemangat.

"Aku juga," ucap Ria.

"Aku jangan di tinggalin," ucap Mella.

"Baiklah kita semua akan bermalam di sini, sampai keadaan Wati membaik," sahut Nessa.

"Terima kasih ya kalian semua begitu perhatian pada Wati, Tante harap masalah ini akan segera selesai," ucap ibunya Wati.

"Iya, Tante tenang aja kami akan menjaga Wati dengan baik," ujar Radit.

"Tante, Om, saya hanya berpesan, jangan pernah keluar dari kamar Om sama Tante ya, walaupun mendengar teriakan atau apapun itu," ucap Richo memperingatkan.

"Iya kami akan mengikuti perintahmu Nak Richo, karena kami percaya padamu, tolong jaga Wati dengan baik ya," ucap ayahnya Wati.

Malam itu Richo terduduk di lantai yang beralaskan sajadah. Ia tak berhenti berdzikir untuk kesembuhan temannya itu. Sedangkan Radit begitu risau, entah apa yang akan terjadi nanti.

Mendadak Wati menjerit, "tidaaaaaaaaakkkk! lepaskan sakittttt!" teriaknya seraya menutupi kedua telinga dengan tangan.

"Wati, kamu kenapa?" tanya Radit yang ada di sampingnya.

Wati masih saja mengerang, dan langsung mencekik Radit, "lepasin Ti, ini aku Radit," ucapnya seraya melepaskan tangan Wati yang mencekiknya. Teman lainnya berusaha membantu.

"Istighfar Wati!" teriak Nessa menahan tangan wanita itu.

Richo segera menaruh tangannya di kepala Wati dan membaca beberapa doa, membuat tubuh Wati bergetar. Ia melepaskan cekikannya dan tiba-tiba asap putih keluar dari mulut wanita berambut panjang itu.

"Wati!" teriak teman-temannya dan wanita itu langsung lemas.

Asap putih itu berkumpul di atas langit-langit kamar Wati. Richo segera duduk bersila di lantai dan berdoa membaca beberapa ayat Al-Qur'an. Asap itu mulai mengelilinginya. Nessa dan Radit ikut bersila membantu Richo membaca doa. Dan asap itu mulai berubah menjadi beberapa roh anak kecil dan berdiri menatap mereka.

Ada yang mukanya rata, ada yang matanya hilang satu, ada yang wajahnya hancur, anak-anak itu berwajah menyeramkan. Radit dan Nessa sempat bergidik.

"Tolong kami Kak, tolong kami, kami tak ingin melakukan ini semua, bantu kami lepas dari tuan kami," kata salah satu anak yang botak itu.

Richo melihat tangan mereka semua di ikat menggunakan benang merah. Agar mereka tidak bisa kabur.

Richo bergegas mengambil sebuah gunting dari dalam tasnya, dan meneteskan sedikit darah di gunting itu. Dengan cepat ia menggunting benang merah yang melilit tangan anak-anak itu. Mereka tersenyum puas karena bisa bebas, mereka mohon pamit pada Richo dan teman-temannya.

Sudirman masih bersemedi. Mendadak cincin aki yang tersemat di jempolnya terbakar hingga jarinya terputus.

"Archhhhhhhhhhh," teriaknya menahan sakit.

Semua roh anak kecil itu bermunculan dan menyerbu tubuh Sudirman, ada yang mencekik, menjambak, menggigit, dan menarik-narik kakinya hingga putus dari tubuhnya. Sudirman langsung tewas seketika.

Esoknya polisi langsung mengamankan tempat itu, dan menyita semua aset kekayaan Sudirman yang dia peroleh selama ini. Tiada yang tahu apa penyebab kematian pria itu. Tapi mereka semua tau. Apa yang di tanam seseorang itulah yang akan di petik nantinya. Mereka tahu Sudirman memang menyembah iblis, dan kini iblis itu menuntut balas kepadanya.

Wati sudah mulai baikan, kini wajahnya tak pucat lagi. Teman-temannya masih mendapinginya.

"Nih buat kamu," ucap Radit seraya memberikan sebuah kotak berpita biru pada Wati.

"Apa an nih." Ia membukanya. Terdapat jepit rambut elmo yang sangat cantik di sana. Radit memang selalu tau kesukaan wanita itu. "Makasih ya Dit," ucap Wati dan tersenyum manis padanya.

"Cieee, yang ada kemajuan, ehemmm," ejek Mella yang melihat mereka berdua menjadi akrab.

"Apa an sih kalian, itu kan cuman buat pengganti karena jepit rambutnya kemaren hilang," bantah Radit menahan malu.

Mereka semua pun tersenyum.

***

Nessa pulang ke rumah. Merebahkan tubuhnya di sofa. Ia tampak lelah. Lalu beberapa kelereng menggelinding di kakinya.

"Kelereng siapa nih!" Ia memungutnya lalu menatap ke bawah meja makan, terlihat 3 sosok anak kecil sedang tersenyum menatapnya, "Kakak, ayo main sama aku," sosok itu mendekat menghampiri Nessa. Nessa berlari sekencang-kencangnya, "tidakkkkkkkk, siapa juga yang mau main sama setan," umpatnya dan terus berlari keluar rumah.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top