Part 2 Kereta Berhantu
Richo dan teman-temannya membuka mata dan sudah kembali ke dunia mereka lagi.
"Wah jadi seperti itu ya, jahat juga si Burhan itu," celetuk Wati.
"Terus si Fitri itu ke mana ya? apa dia nggak bertanggung jawab atas perbuatannya?" tanya Radit ikut tak terima.
"Dia di rumah sakit jiwa, setelah kejadian itu, dia mulai nggak bicara dan selalu menyendiri, mungkin dia di hantui rasa bersalah," jawab Nessa.
"Itu hukuman yang pantas sih buat si Burhan, tapi kasihan si Fitri juga," ucap Wati.
"Udah yuk kita tidur, dah malam nih," rengek Mella sambil menguap.
"Ya udah semuanya tidur ya, besok pagi kita pulang," ucap Richo seraya beranjak.
Mereka mengeluarkan kasur lipat yang biasa di jual di online shop.
Saat tengah malam ketika mereka tertidur lelap. Sebuah kabut putih mengelilingi gerbong kereta tempat mereka beristirahat.
"Sa, bangun Sa, woi Sa!" bentak Radit dan teman-temannya.
Nessa membuka mata dan kaget. Ia sudah berada di gerbong kereta tempat Burhan dan Fitri tadi. "Ngapain kita ke sini lagi?" tanyanya bingung.
"Bukan aku yang membawa kalian kemari, tapi orang lain," jawab Richo yang juga ikut bingung.
"Haduhhh, gimana ini, cara kita balik gimana Ric?" tanya Mella yang mulai panik.
Belum sempat mereka berfikir. Pintu gerbong kereta di depan mereka terbuka lebar. Asap putih menyelimuti area itu. Muncullah sesosok pria yang wajahnya hancur menyapa mereka.
"Ada tamu tak di undang ternyata," ucapnya beringas.
Mella menutup mulut menahan teriakannya.
"Kenapa kalian membawa kami ke sini!" bentak Richo.
"Bukannya kalian sendiri yang sudah lancang masuk ke duniaku ini," ucap pria itu yang tak lain adalah arwah Burhan.
"Kami hanya singgah dan tak mengganggu kalian bukan," sahut Nessa.
"Cantik sekali wanita ini," ucap Burhan seraya mendekati Nessa. Tapi dengan cepat Richo menariknya. "Tinggalkan kami sendiri!" bentaknya.
Burhan Tampak marah dan membuat angin kencang bercampur kabut putih. Richo dan teman-temannya terpisah entah ke mana.
"Uhuk, uhuk, uhuk." Mereka batuk-batuk dan mencoba mengipasi asap putih itu agar hilang. "Kalian nggak papa kan?" tanya Richo pada mereka semua.
"Iya nggak papa kok," jawab Ria yang masih batuk.
Richo tak melihat Nessa, "ada yang ngelihat Nessa nggak?"
"Eh iya Nessa ke mana ya?" tanya Mella ikut mencari.
"Sa, Nessa, di mana kamu," teriak mereka memanggil temannya itu.
Richo menutup mata batinnya dan melihat di mana Nessa.
Nessa di bawa oleh Burhan dan anak buahnya. Bau badan Burhan yang di kelilingi belatung di tubuhnya membuat Nessa ingin muntah.
"Lepasin aku," ucap Nessa meronta.
"Kamu sangat mirip dengannya, aku sangat merindukan dia," ucap Burhan yang membelai pipi Nessa menggunakan tangan yang di penuhi belatung. Nessa menahan untuk muntah. Ia hanya memalingkan muka tak ingin memandang wajah pria yang sudah jadi setengah tengkorak itu.
Richo membuat lingkaran berupa air di sana. Itu adalah jalan menuju ke dunianya.
"Sebelum fajar kita harus sudah meninggalkan tempat ini, jika tidak roh kita akan tertahan di sini," ucap Richo pada teman-temannya.
"Tapi Ric, bagaimana dengan Nessa, kita tidak boleh meninggalkanya," sahut Wati.
"Aku tau itu, kalian bertiga tunggulah di sini, biarkan aku dan Radit mencari Nessa."
"Kalian hati-hati ya," ucap Mella.
Richo mengangguk. Ia dan Radit pergi mencari Nessa, "Dit bawa tasbih ini, jika mereka ingin melukaimu tempelkan ini ke tubuh mereka," ucap Richo.
"Baiklah," sahut Radit seraya mengambil tasbih itu.
Mereka berdua sampai di depan pintu gerbong yang di tinggali Burhan.
"Duhh, bau banget," ucap Radit seraya menutup hidungnya.
Beberapa dari anak buah Burhan datang dan melawan mereka berdua. Richo dan Radit tak tinggal diam, mereka menempelkan tasbih itu dan mulai berdoa, membuat roh mereka lenyap satu per satu.
Burhan keluar dan meraung," ini adalah duniaku, kalian tidak akan pernah menang melawanku!" bentaknya seraya mengeluarkan beberapa belatung dari tubuhnya dan menyerang Richo dan Radit.
"Aichhh, geli, geli, duh kampret nih uler, geli tau," umpat Radit seraya berlompatan agar belatung itu tak memanjat ke tubuhnya.
Richo menghentakkan kakinya beberapa kali dan membuat belatung itu lenyap. "Dit aku akan melawan Burhan, pergilah membawa Nessa," pinta Richo.
"Baiklah Ric,"? sahut Radit seraya meninggalkan Richo.
Burhan makin marah. Dan menghidupkan lagi para anak buahnya dan mendatangi Richo.
Radit segera menolong Nessa yang terduduk di pinggir pintu, "Sa ayo ikut aku," pintanya menarik temannya itu.
"Radit, kok kamu bisa di sini?"
"Udah ayo cepat, kita harus pergi dari sini." Radit menggiring Nessa untuk keluar dari ruangan itu.
Richo masih membaca doa." Allahu akbar, Allahuakbar, Allahuakbar," ucapnya sambil menyentuh arwah-arwah itu hingga mereka lenyap.
Radit dan Nessa sudah kembali bersama dengan yang lainnya, "oh syukurlah Sa, kamu selamat, aku khawatir banget," ucap Wati dan memeluknya.
"Iya, Richo masih melawan mereka ya?" tanya Nessa yang tak melihat Richo.
"Itu tuh Richo datang kok," ucap Ria yang melihat pria beralis tebal itu berlari datang.
"Cepat masuk, jangan sampai mereka mengikuti kita," pinta Richo yang terengah-engah. Keempat temannya sudah melewati lingkaran itu.
Burhan dan anak buahnya makin dekat. "Kapan lingkaran ini akan hilang Ric?" tanya Nessa.
"Kurasa 10 menit lagi," jawab Richo seraya mengatur nafasnya.
"Itu waktu yang lama, kita harus menahan mereka dulu, jangan sampai mereka ikut ke dunia kita," ucap Nessa.
"Apa maksud kamu Sa!" Richo bingung dengan ucapan Nessa.
Nessa merampas tasbih yang ada di tangan Richo lalu mendorong tubuh pria yang di sukainya itu untuk melewati lingkaran air.
"Pergilah aku akan menahan mereka, aku yakin kamu akan menyelamatkanku," ucap Nessa seraya tersenyum pada pria itu.
"Nesssaaaa!!" teriak Richo dan membuka matanya.
"Apa yang terjadi Ric, kenapa Nessa belum bangun juga?" tanya Wati dengan cemas.
"Nessa berusaha menahan Burhan dan anak buahnya agar tidak mengikuti kita," ucapnya cemas.
"Bodoh sekali Nessa itu, haduhh gimana ini," Radit ikut cemas.
"Kita harus segera membawa Nessa pulang, kita tidak punya banyak waktu," pinta Richo dan beranjak.
"Baiklah ayo kita semua pulang," ajak Radit dan membereskan barang bawaannya.
Mereka segera meninggalkan gerbong kereta api yang menyeramkan itu. Tubuh Nessa lemas karena rohnya kini tidak bersamanya. Richo segera bergegas menuju ke rumah Nessa.
Orang tuanya Nessa kaget melihat keadaan anaknya. Apalagi yang menimpanya.
"Bagaimana bisa ini terjadi Ric?" tanya ayahnya Nessa khawatir.
"Maafkan kami Om, Nessa berusaha menyelamatkan kami semua," jawab Richo dengan menyesal.
Ia lalu menceritakan semuanya. Dan ayahnya Nessa tampak mengerti.
Ibunya Nessa duduk di samping ranjang seraya mengelus rambut anak semata wayangnya itu. Ia sedih melihat anaknya harus tertimpa masalah seperti ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top