Part 1. Tempat Berkumpulnya Mereka

Mereka berenam berdiri dan menatap bangunan bertingkat lima itu.

"Akhirnya selesai juga tugas skripsi kita, ini yang terakhir kan?" tanya Ria.

"Iya sekolahan ini yang terakhir, semoga kita juga mendapat petunjuk di sini," ucap Richo.

"Asyik, pasti hantunya cantik-cantik nih," celetuk Radit.

"Wah, belum pernah digigit kuntilanak nih orang, Wati! sini, gigit si Radit!" teriak Mella padanya.

"Kurang ajar kamu Mel, dikira aku setan apa," bantah Wati dan cemberut.

Mereka semua tertawa.

"Ayo masuk, kuharap kita bisa menemukan apa yang kita cari di sini," ujar Nessa bersemangat.

Mereka melangkah perlahan melihat beberapa ruang kelas yang sudah tak terpakai. Lalu mereka berkumpul di salah satu ruangan yang masih cukup bersih.

"Ih, kok banyak tikus sih," ucap Mella yang melihat hewan kecil itu berkeliaran ke mana-mana.

"Masih mending tikus, daripada setan," bantah Ria.

"Iya juga ya."

"Malam ini kita akan tidur di ruangan ini, ayo kita bersihkan yang bagian sini aja," ucap Nessa memerintah teman-temannya.

Mereka bersama-sama membersihkan sebagian tempat itu agar mereka bisa beristirahat di sana.

"Eh Sa, ini sekolah kenapa ditinggalin gini sih?" tanya Wati penasaran.

"Informasi tentang sekolah ini, sudah ditutup sama pembeli gedung ini, jadi aku agak susah nyari infonya, cuman yang aku denger, dulu ada salah satu murid sekolah ini yang bunuh diri loncat dari atap, dan arwahnya menghantui para siswa dan juga guru-guru di sini, makanya sekolah ini langsung ditutup dan ditinggalkan begitu saja," ujar Nessa menjelaskan.

"Siapa orang bodoh yang membeli sekolahan yang bobrok ini," celetuk Radit.

"Orang bodoh itu seorang arsitek yang rencananya akan merobohkan gedung ini dan akan dibangun mall di sini," jawab Nessa.

"Kereenn, bikin mall di atas sekolahan berhantu, ntar yang beli Mbak Kunti ama Genderuwo," tawa Radit memecah.

"Resek banget sih kamu Dit," bantah Wati.

Setelah selesai membersihkan tempat itu. Mereka melakukan ritual pemanggilan Jailangkung seperti biasa.

"Jailangkung, Jailangset, di sini ada pesta, pestanya pesta kecil, datang tak dijemput pulang tak diantar," ucap mereka semua.

Mendadak boneka yang dipegang Nessa seakan bergerak sendiri. Ia terbang ke udara dan langsung jatuh tergeletak di lantai.

"Wah, langsung datang ya ketika di panggil," ucap Wati lirih.

"Duh merinding aku," rintih Mella.

Mereka segera membereskan bekas ritual itu.

"Ehem, ada yang mau ke kamar mandi nggak?" ucap Radit tiba-tiba.

"Halah, bilang aja kamu takut sendirian kan Dit," ejek Wati.

"Nggak juga tuh, kalau nggak mau ya udah," ucap Radit nyelonong pergi.

"Dit aku ikut," ucap Mella dan menarik tangan Ria dan Wati.

"Duh tukang beser nih, main tarik aja," celetuk Ria yang akhirnya ikut ke kamar mandi juga.

"Sa, Ric, mau ikut nggak?" tanya Wati sebelum pergi.

"Nggak usah, aku di sini aja," jawab Nessa.

Mereka berempat pergi ke kamar mandi. Mereka berjalan di lorong yang sangat sepi. Hanya berbekal senter di tangan mereka untuk menyinari jalan.

"Duh, serem banget sih, berasa ada yang natapin kita dari tadi," ucap Mella tiba-tiba.

"Udah ah jangan mikir yang enggak-enggak, tuh kamar mandinya di depan," ujar Wati seraya menunjuk.

"Eh, aku ikut ke kamar mandi kalian boleh?" pinta Radit.

"Mau kuhajar kamu ya, sana ke tempatmu sendiri, dasar hidung belang," umpat Ria.

"Duh, curang banget sih kalian, aku kan sendirian, ntar kalau aku diculik gimana?" ujar Radit memelas.

"Udah sana masuk, berisik amat kamu Dit!" bentak Wati dan mendorong tubuh pria itu masuk ke kamar mandi untuk lelaki.

Di ruangan lain. Nessa berkeliling melihat meja dan kursi kayu yang sudah tidak terpakai. Banyak ukiran tulisan di atas meja itu. Salah satu ukiran yang membuat Nessa sempat berdiri lama adalah sebuah nama yang di tulis di setiap meja ruangan itu. "Andini," gumam Nessa seraya menyentuh tulisan di atas meja yang berdebu itu.

Sebuah angin langsung menyusup ke tubuh wanita berambut panjang itu. Matanya berubah hitam dan wajahnya pucat. Ia langsung mendatangi seorang pria yang terduduk di pinggir pintu, pria itu adalah Richo.

Nessa berdiri menatap pria itu. Richo bisa merasakan bahwa ada arwah yang memasuki tubuh Nessa.

"Berani-beraninya kalian ke sini, cari mati ya!" bentak wanita yang sudah kemasukan roh halus itu.

"Keluarlah baik-baik dari tubuh itu atau kumusnahkan kamu," ujar Richo tak mau kalah.

***

Radit sedang berdiri buang air kecil. Mendadak pundaknya dipegang oleh seseorang.

"Haduh, mau kencing aja pakai di gangguin, bentar lagi napa, nanggung nih!" ucap Radit menahan takut.

Sesosok nenek tua yang rambutnya acak-acakan melongok ke Radit. Ia langsung tersentak. "Archhhhhhhh!!" teriak Radit seraya keluar dari kamar mandi itu.

Wati, Ria dan Mella baru saja selesai buang air. Saat mereka mencuci tangan terdengar suara seorang wanita menyanyi lagu bahasa jawa. 

Mereka penasaran dan melihat ke arah samping. Sesosok wanita yang punggungnya bolong sedang berdiri menatap ke kaca." Archhhhhh!!" teriak mereka semua dan berlari keluar. Wati langsung menubruk badan Radit.

"Acrhhhhh setan," ucap Radit gelagapan.

"Kamu itu yang setan Dit," bentak Wati.

"Ayo cepat balik yuk," pinta Mella.

Mereka segera kembali menemui Richo dan Nessa.

***

Nessa langsung mencekik leher Richo dan menggigit telinga pria itu.

"Ouchhhhh!!" rintih pria itu dan segera membaca doa, lalu membuat arwah itu terpental keluar dari tubuh Nessa. Richo sempat melihat arwah itu seorang gadis remaja yang memakai seragam sekolah. Name tag di dadanya tertulis Andini.

Nessa langsung lemas dipelukan Richo.

Teman-temannya baru datang dan melihat mereka berdua berpelukan.

"Waduh, kesempatan kamu ya Ric," celetuk Radit.

"Tolongin, Nessa baru kerasukan," ucapnya seraya keberatan memindahkan badan Nessa.

"Apaaa!" teriak mereka semua seraya mendekat.

"Kok bisa gitu Ric?" tanya Wati seraya membangunkan Nessa.

"Sa bangun Sa," panggil Mella seraya menepuk pipi wanita itu beberapa kali.

"Habis dicupang Nessa kamu Ric?" ucap Radit yang melihat telinga Richo berdarah.

"Radit, kamu ini, cepat cari hansaplas lah," pinta Wati membentaknya.

"Iya-iya," sahut Radit seraya mencari hansaplas di dalam tas lalu memberikan pada Richo.

"Sini aku pasangin Ric," ucap Ria seraya membantu temannya itu.

Mendadak sekelebat bayangan baru saja melewati ruangan itu. Richo merasa terpanggil dan ingin mengikuti bayangan itu.

"Mau ke mana kamu Ric?" tanya Radit yang melihatnya berdiri seolah mencari sesuatu.

"Aku harus keluar sebentar, kalian jagain Nessa di sini ya," ucap Richo.

"Aku ikut sama kamu Ric," sahut Radit.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top