Embrace Her (3)

Hello, good morning

We meet again in Saturday 😁😁😁

Finally, I can update in this morning, although it is almost afternoon 🤭🤭🤭

Hope you all are healthy and in good condition

Please enjoy this story

Happy reading

😉😉😉










🌹🌹🌹🌹🌹


















Bu Fida pun menceritakan semua kejadian yang dia dengar dari Nina dan Dian. Bahkan bu Fida juga menceritakan bahwa mereka sebenarnya hanya akan dihukum menata buku di perpustakaan. Tetapi karena mereka bertengkar hampir 3 kali, akhirnya bu Fida terpaksa memanggil orang tua masing-masing.

"ya salah anak itu lah bu. Sudah tahu laki-laki yang bernama Danu itu pacarnya putri saya. Kok dia bisa - bisanya malah deket dengannya," kata mama Dian yang tetap menyalahkan Nina dan bu Fida menghembuskan napasnya mendengar ucapan mama Dian

"dia itu malah bikin hubungan anak saya dan pacarnya berantakan," kata Mama Dian dan kemudian dia berjalan menuju tempat Nina duduk, "kamu itu bikin rusak hubungan orang, mau jadi selingkuhan. Apa jangan - jangan orang tuamu juga seperti itu."

"maaf bu, jangan berkata kasar seperti itu," kata bu Fida

"lho, bener kan bu. Buah kan ngga jauh dari Pohonnya. Kalo anaknya kayak gini, berarti orang tuanya juga pasti berkelakuan seperti ini juga," kata Mama Dian tidak mau kalah.

Disisi lain, seorang perempuan bergamis yang dari tadi mendengar percakapan di ruangan itu mulai geram. Akhirnya dia masuk ke dalam ruangan itu karena sudah merasa risih dengan ucapan ibu - ibu yang menyalahkan seorang siswi.

"Assalamualaikum…." sapanya sambil masuk ke ruangan itu

"wa'alaikumsalam…. Maaf, anda cari siapa ya?" tanya Bu Fida

"saya bundanya Nina. Tadi pihak sekolah menelepon dan meminta saya untuk ke sekolah," kata wanita yang mengaku bundanya Nina dan Nina yang melihat kedatangan wanita itu memperlihatkan ekspresi malas dan acuhnya.

"oh..  Ini orang tua siswi ini," kata mama Dian menilai penampilan wanita bergamis itu dan kemudian menunjuk Nina

"tolong anda ajari putri anda untuk tidak jadi perusak hubungan orang. Masak ibunya alim kayak gini, anaknya kelakuannya seperti itu. Apa jangan - jangan anda berpenampilan alim cuman ikut tren aja," kata mama Dian

"maaf bu sebelumnya, tolong jaga ucapan anda. Ucapan anda itu tidak pantas didengar oleh mereka," balas wanita bergamis itu

"lha memang saya benar kan? Biar mereka tahu kebenarannya," balas mama Dian

"kalo pun yang dikatakan anda memang benar, tetapi ucapan seperti itu tidak pantas didengar oleh mereka. Telinga mereka harus mendengar kata - kata baik dan materi pembelajaran saja," kata wanita yang mengaku bundanya Nina dan Nina hanya memutar matanya mendengar ucapan wanita itu

"saya tadi sudah mendengar permasalahannya. Dari yang saya tahu, putri saya tidak bersalah dan yang bersalah dari awal adalah putri anda," lanjut wanita itu

"apa anda membela kelakuan putri anda yang menjadi selingkuh pacar putri saya? Ternyata memang orang tua anak ini ngga bener," kata mama Dian tidak terima anaknya disalahkan

"maaf bu, tapi sudah jelas kan? Dari cerita bu guru BP, bahwa yang memulai pertengkaran putri anda," kata wanita itu

"dan seharusnya putri anda yang meminta penjelasan kepada pacarnya. Bukan malah menyalahkan putri saya. Jelas - jelas laki-laki itu yang mendekati putri saya. Putri saya juga tidak suka dan menjauhinya. Berarti yang bersalah itu yang laki-laki," kata wanita itu

"dan sebagai orang tua, anda tahu jelas bahwa putri anda bersalah. Harusnya anda menasihatinya, bukan malah melimpahkan kesalahan kepada orang lain. Pantas anak anda menyalahkan putri saya, karena orang tuanya juga mendidiknya seperti itu," lanjut wanita itu dan mama Dian terlihat marah dan akan membalas ucapan wanita itu, tetapi terpotong.

"anda mungkin tidak merasa jika anda mendidiknya seperti itu. Tapi tahukah anda, jika anak itu meniru dan mendengar dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Dan semua itu didapat dari orang tua. Karena hampir setengah hari lebih, mereka Berkomunikasi dengan keluarganya," ucap wanita itu dengan nada halus

Sekarang Nina dan wanita yang mengaku sebagai bundanya itu berada di taman yang tidak jauh dari ruang BP tadi. Setelah adu mulut antara wanita itu dan mama Dian, bu fida, sang guru BP memberikan wejangan untuk kedua siswi tersebut. Kemudian mereka dipersilakan untuk meninggalkannya ruangan BP. Dian dan mamanya tidak tahu kemana, karena setelah keluar dari ruangan tersebut, mereka langsung pergi.

Wanita yang mengaku orang tua Nina adalah Ai. Dia adalah ibu tiri Nina. Ai memberikan Nina sebotol minuman yang dia ambil dari tasnya. Tadi sebelum Ai berangkat, dia membawa sebotol air dari rumah.
"diminum Nina, ayo!" kata Ai memaksa dan Nina hanya diam saja.

Ai membuka tutup botol itu. Dia menarik tangan Nina dan menaruh botol itu di tangan Nina. Dengan terpaksa, Nina meminum air itu. Melihat Nina meminum air tersebut, Ai duduk di samping Nina.

"putri bunda kenapa berantakan begini?" hati Nina merasa aneh saat ibu tirinya itu membelai kepalanya sambil berkata lembut. Ai merapikan rambut panjang Nina yang berantakan. Dia menyisir rambut panjang Nina yang lembut itu dengan pelan menggunakan jarinya untuk merapikannya.

"wajah putri bunda ada lukanya, ini pasti sakit ya?" Nina merasakan usapan lembut di pipinya yang terdapat luka gores dari kuku Dian

Nina hampir menangis ketika merasakan elusan lembut itu. Elusan kepala yang tidak pernah dia dapatkan dari seorang ibu. Suara lembut yang tidak pernah dia dapatkan dari seorang yang telah melahirkannya. Bahkan rasa khawatir sekalipun. Bahkan Nina tidak pernah merasa kecupan sayang yang sekarang dia dapatkan dari ibu tirinya itu.

"Nina sekarang masuk kelas ya! Sudah jam segini. Nina harus masuk kelas biar tidak tertinggal pelajaran," kata Ai

Nina menggelengkan kepalanya dan berkata dengan pelan, "Nina mau pulang."

Ai diam sejenak. Sebenarnya Nina harus kembali ke kelasnya dan Ai tidak suka jika Nina membolos. Tetapi karena suara pelan Nina dan terdengar gemetar seperti menangis, akhirnya Ai mengajaknya untuk pulang. Apalagi insiden tadi, mungkin membuat Nina sedikit takut.

Ai dan Nina sudah sampai di rumahnya. Tadi saat Nina pergi ke kelasnya untuk mengemasi barang - barangnya, Ai meminta ijin kepada guru BP, untuk membawanya pulang, dengan alasan 'akan menasehati Nina di rumah.' mereka kemudian pulang bersama pak Diman, karena Ai tadi diantar oleh pak Diman ketika akan ke sekolah.

"Nina istirahat di kamar ya. Jangan lupa makan siang dan shalat dhuhur!" kata Ai dan Nina hanya menganggukkan kepalanya

Di dalam kamar, Nina langsung mengganti bajunya. Kemudian dia mencuci muka dan kaki tangannya. Di kamar mandi, Nina sempat menangis saat dia merasakan kasih sayang dari ibu tirinya itu. Dia membelanya tadi, padahal Nina selalu berbuat jahat kepadanya.

"aku harus minta maaf ke bunda," kata Nina sambil menghapus air matanya

Nina berjalan menuju kamar papanya. Dia berhenti di depan pintu itu. Ada keraguan untuk menemui ibu tirinya itu. Takut jika nanti ibu tirinya menyalahkannya, bahkan mungkin akan memarahinya. Takut juga jika ibu tirinya itu tidak memperdulikannya.

"tapi aku ngga mau, kalo dia ninggalin aku. Dia sayang kan sama aku. Adek Dion aja disayang. Masak aku ngga disayang," ucapnya pelan

Tok tok tok

"masuk!" jawab suara wanita dari dalam kamar

"bunda…. " panggil Nina setelah dia membuka pintu
Ai yang terkejut dengan panggilan itu

Panggilan yang terucap dari seorang perempuan, membuat Ai menolehkan kepalanya ke pintu kamar ketika dia sedang menggendong Dion untuk menidurkannya. Ada perasaan bahagia ketika panggilan itu berasal dari perempuan itu.

Dengan senyum bahagia, Ai berkata "masuk, sayang!"

Setelah mendapat ijin dari sang bunda, Nina berjalan memasuki kamar papa nya itu. Ai pun berjalan menuju ranjang, "sini, sayang. Duduk di samping bunda!" ajak Ai sambil menepuk sisi ranjang yang kosong.

"kenapa, sayang?" tanya Ai sambil membelai rambut Nina dengan sayang sambil menggendong Dion

"mmm….. Nina boleh tidur siang disini, sama bunda?" tanya Nina dengan suara pelan

"boleh, sayang," kata Ai dan Nina tersenyum senang mendengar jawaban bundanya itu

"Nina susah makan?" tanya Ai dan dianggui oleh Nina

"Nina sudah shalat dhuhur?" Nina menggelengkan kepalanya pelan

"Nina shalat dhuhur dulu ya, bunda tunggu disini, okay?" kata Ai

Nina menganggukkan kepala dengan dengan kuat dan tersenyum senang, "okay, bunda."

Nina berjalan keluar kamar dengan suasana hati senang. Dia berjalan menuju kamarnya untuk menunaikan ibadah shalat dhuhur. Sudah lama sekali Nina tidak melakukan shalat sejak TK dulu. Nina melaksanakan shalat jika dia ingat saja. Tapi Nina masih mengingat gerakan dan bacaan shalat serta wudhu.

Setelahnya Nina langsung pergi menuju kamar dimana bundanya berada. Dia mengetuk pintu kemudian masuk ke dalam tanpa menunggu jawaban dari bundanya. Nina melihat Ai sedang tiduran bersama dengan Dion.

"sini, sayang! Katanya mau tidur sama bunda, ayo!" ajak Ai dan Nina pun langsung berlari dan membaringkan tubuhnya di samping bundanya.

"tidurnya sama Dion ngga apa - apa ya?" tanya Ai dan Nina menganggukkan kepalanya sambil memeluk tubuh Ai. Ai pun memeluk tubuh Nina dengan tangan yang satunya sambil mencium ujung kepala Nina.

'Nina sayang bunda Ai,' kata Nina dalam hati sambil tersenyum












🌹🌹🌹🌹🌹















Enough for today

Tunggu lanjutannya di sabtu depan ya 😊😊😊

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top