Jadi Gue Salah Ya?
"Len, temenin gue keluar hari ini, dong! Hari ini aja. Kan gue baru pindah kesini, belom kenal sama daerah sini."
Len menengok. "Oke. Sana mandi, Shir! Lu bau."
Remaja yang dipanggil 'Shir' langsung melempar bantal dengan sarung bermotif pisang ke wajah Len.
"Ngaca, kampret! Gue mah bersih, ga kayak elu!"
"Au ah. Pusing gua ngurusin Shiro gaje kaya lu. Sana, huss huss!" Len mengibaskan tangannya, mengusir 'Shiro' dari kamarnya.
jejekeju presents
Jadi Gue Salah Ya?
A LenKu / MiLen fanfiction
Remember, don't judge a book by its cover.
"Set dah! Lu lama amat kayak nenek nenek dandan!" Keluh Len sambil melirik jam tangannya. Menunggu orang yang tadi ia suruh mandi.
"NENEK NENEK PALA LU! Rambut gue emang putih gini, tapi gue masih muda!" Protes kawannya yang masih di kamar.
Gimana Len nggak sebel? Temennya udah ngabisin waktu 2 jam buat milih baju. Nggak cuma itu, Len yakin lemari bajunya sekarang udah amburadul modal madul semua. Nanti dia juga yang kena semprot emaknya.
"Baju lu gede semua! Kaga ada yang kecil apa?" Keluh 'Shiro' lagi.
"Elunya yang kecekingan! Dasar tulang belulang!"
"MENDING LU NYARIIN BAJU BUAT GUE, NDUT!"
"Hadeeeh! Yaudah, lu pake baju Rin aja!" Teriak Len sambil menuju kamar kakak kembarnya, Rin.
TOK TOK TOK!
"WOY RIN! KELUAR LOE! JANGAN NGEVOKEP MULU!" seru Len emosi.
CKLEK!
"Ngevokep ndasmu! Ngapain kesini?" Tukas Rin dengan muka kusut ala mahasiswi begadang nyelesain skripsi.
"Pinjem baju lu. Shiro bilang baju gue kegedean."
"PFFFT! Berarti lu genduuuu~ut!" Rin menahan tawa sambil mencari baju yang cocok di lemarinya.
"Bangke."
"Celananya juga nggak?" Tanya Rin.
"Jangan yang ketat ketat banget!" seru Len sambil ngebayangin gimana jadinya kalau temennya yang rambutnya putih itu pake celana legging.
"Nyoh!"
"..."
"MALAH NGELAMUN! BAWA NIH!" bentak Rin. "Gua mau selesein nih skripsi kampret!"
BLAM!
KRAK! [dinding kamar Rin agak retak]
"Wakaka... Dasar anak kuliahan..." tawa Len pelan. Lalu ia melempar baju yang sudah ia pinjam dari Rin ke kamar.
"Kerempeng."
Len berkomentar singkat ketika melihat Shiro yang dalam keadaan topless dan cuma pake celana Len yang kegedean.
"Huh!"
"Dah sana cepet pake!" Perintah si pirang.
***
Len merapikan lengan kaos kuningnya. Mengecek resleting celana jeansnya yang kadang-kadang suka kebuka sendiri.
Di sebelahnya, ada seseorang dengan rambut putih keperakan sebahu. Ia mengenakan kaos biru muda dan celana kain hitam selutut. Lengkap dengan headset putih tergantung di lehernya yang jenjang.
"Nyet, dari sini ke kampus Karakuri berapa kilo?"
"Hah?" Respon Len lemot.
"Sini ke kampus Karakuri berapa kilo?"
"Ngg, 2 setengah kayaknya. Nanti gue tanya Rin lagi dah." Ucap Len.
"Hoh gitu."
Kimi ga shuyaku no Crazy NighT~
"Eh, stop. Ada yang telpon. Halo?"
"Len? Katanya mau ke Rikumi hari ini? Aku udah nunggu di halte deket Mirota, lho." Kata seseorang dengan suara manis di seberang sana.
WADUH GUE LUPA. HARI INI GUE HARUSNYA JALAN SAMA MIKU.
Len menarik napas, bersiap dimarahi. "Ngg, sori Mik! Hari ini gue ga bisa!"
"Kok gitu?" Suara di seberang menunjukkan nada kecewa.
"Miku, dengerin. Sekarang gue lagi pergi sama temen gue. Hari ini kita ga jadi pergi. Oke? Gapapa, ya?" Len berusaha bernegoisasi.
"Nggak. Kita udah rencanain ini lama banget, Len!" Miku mulai ngambek. Len mengambil kantong plastik di dalam tasnya.
"KRSSSK KRSSSK--Apa, Mik?--KRSSK KRSSK--Wah ngga jelas nih! Udah dulu ya!"
"Heh! Len!"
Tut tut tut.
"Pacar lu?" 'Shiro' memasang headsetnya.
"Iya." Jawab Len cuek.
"Wah, gue kalah dong. Masih jomblo gue."
"Udah pacaran juga belom tentu bahagia, coy. Jalanin aja." ujar Len sambil mengacak rambut pucat kawannya.
"Anjay, gue udah sisiran lu acak-acak lagi!"
"EMANG TADI LU NGGAK NGACAK-NGACAK LEMARI GUE!?"
Ting ting ting! Ronde ke--ah, author ga tau mereka udah berantem berapa kali.
***
"Tumben Len ngebatalin janji. Kayaknya ada apa-apa nih." Gumam Miku sambil memandang ke luar jendela bis. "Coba ntar gue tanya Rin."
Tak lama kemudian, bis itu berhenti di sebuah halte dekat perumahan kecil. Setelah membayar dan turun, Miku berjalan menuju kediaman Kagamine.
TEET~
"Ngg, permisi?"
CKLEK!
"Hee, Miku-chan! Masuk, masuk!" ucap Rin ramah. Miku hanya mengangguk dan melangkah masuk.
"Nyari Len, ya?" tebak Rin sambil membuka toples kue di meja.
"Iya. Len kemana, ya? Heran deh. Nggak biasanya dia batalin acara." Miku menghela nafas. Mencomot cookies choco chips di toples.
"Oh, tadi pergi sama Shiro. Mereka ke arah Kyouka. Katanya sih mau nganter Shiro pulang. Tadi malem Shiro nginap disini."
Eh? Shiro? Len kok nggak pernah bilang kalau punya temen namanya Shiro? Sampe nginep di rumah Kagamine segala tuh orang. Wah tanda-tanda apa nih?
"Jadi gue juga yang kena. Len seenaknya banget nyuruh gue ngelayanin temennya itu. Ya gue emang udah kenal lama juga, tapi masa gitu sih? Len yang nyuruh nginap, malah gue yang repot." Curhat Rin panjang lebar.
Kenal lama? Len nyuruh nginap? Repot? Ini juga apa maksudnya?
"Rin? Perginya udah lama?" Tanya Miku.
"Nggak, barusan. Susulin aja, mereka jalan kaki kok! Nyari mereka juga gampang. Len pake baju kuning favoritnya." Ucap Rin.
"Oke gue susulin. Pergi dulu ya!" Miku tersenyum dan pamit pada calon kakak (kakak apa adek? Kok saya kurang yakin?) iparnya.
"Ya! Wish u luck!" Jawab Rin.
***
Matahari berada tepat di atas kepala. Len tetap merasa sejuk.
Sebab ia sedang berada di salah satu toko buku, melihat-lihat manga yang sedang diobral. Ia juga menunggu kawannya yang sedang mencari beberapa buku panduan untuk kuliahnya.
"Udah?" Tanya Len waktu melihat si rambut putih meninggalkan antrian di depan kasir.
"Dah. Lu ngga beli apa-apa?" Tanyanya balik.
"Males kalo ngantri. Makan yok." Ajak Len.
"Makan apa?"
"Nanti lu juga tau." Ucap Len.
Saat mereka keluar dari toko buku, ada sepasang iris teal yang mengawasi mereka.
"Oh, jadi Len nggak mau jalan sama gue gara-gara cewek ubanan itu, ya?" Geram Miku. Ketika melihat gestur tubuh mereka yang menunjukkan keakraban yang luar biasa, Miku tambah cemburu.
Len dan si uban pun memasuki restoran steak tak jauh dari sana. Miku menyeberang jalan dan mencari sudut pandang yang lebih leluasa.
Ia pun duduk di bangku panjang yang untungnya tidak terlihat dari dalam restoran karena terhalang semak-semak.
"Mas, double beefnya dua." Ucap Len pada si pelayan.
"Minumnya?"
"Cappucino Float sama Banana Float ya."
"Wah, dua-duanya lagi kosong dek." jawab si pelayan.
"Yang harganya gak sampe 10 rebu adanya apa, mas?"
"Vanilla Milkshake yang versi couple. Mau yang itu?"
"Oke deh. Dua ya mas."
"Gede lho gelasnya. Yakin mas sama mbaknya bisa ngabisin?"
"Ya udah satu aja." Len menyerahkan nota yang tadi ia isi.
Meanwhile, Miku di luar...
"HAH!? Beli minum couple!?"
JLEB! Miku tertohok dalam. Kenapa si uban itu lebih diperhatiin!?
Kita kembali ke Len.
"Gak papa ya, minumnya itu. Lagi low budget eh." Ucap Len sambil menatap mata heterokromia si uban.
"Ya." Si uban masih fokus pada PSPnya.
"Main game terus. Perhatiin gue kek." Ujar Len sambil memegang wajah 'Shiro' dan mencubiti pipinya.
"Ish! Jangan ganggu ah!" 'Shiro' menepis tangan Len.
Miku yang mengintip di luar semakin merasa mak jleb.
"Main game aja terus, sampe mata lu juling. Udah mata warnanya junjing (lain sebelah sebelah), juling pula. Aneh." Ejek Len.
"Bodo amat."
"Udah gitu rambut putih kayak salju gini. Ada antenanya lagi. Lu keramas pake obat kuat, ya? Kok bisa berdiri gini?" Ejek Len lagi sambil menarik-narik ahoge putih itu.
"Len mah ganggu terus!"
"Pesanannya, mas." Pelayan datang dan meletakkan makanan yang dipesan Len sebelumnya. Len baru saja ingin mengeluarkan uang dari dompet, tapi tidak jadi begitu mendengar perkataan si pelayan.
"Selamat, ya! Kalian adalah pasangan ke-100 yang pesan minuman couple kami!"
"Eeh, tunggu, kayaknya--" kalimat Shiro terpotong oleh ucapan pelayan tadi.
"Maka pesanan kalian hari ini gratis! Dan kalian dapat bonus, yaitu jadi model untuk promosi minuman couple restoran ini!" Lanjut si pelayan sambil ngeluarin kamera digital.
"Masnya, mbaknya, sambil diminum aja vanillanya. Gayanya biasa aja, nanti saya yang foto!"
"Hadeh, jadi malu gue..." keluh si uban dengan wajah memerah.
"Udah, jalanin aja. Cuma foto doang, kok!" Len mengelus rambut putih temannya.
JEPRET!
Yak! Kamera memotret pada saat yang tepat.
JLEB!
Hati Miku seolah tertancap panah tepat di tengah.
"Ha-harusnya gue yang dapet kehormatan itu sama Len... Kan biasanya kita yang makan disana!" jerit Miku.
Setelah para pemotret bubar, Len melanjutkan makan. Sesaat, pandangannya tertuju pada buku kuliah orang yang ia panggil Shiro.
"Gue jadi pengen cepet kuliah..."
"Mending jangan. Awal bulan gue mulai skripsi, tengah bulan gue harus revisi, akhir bulan gue ditolak dan nangis sambil makan indomi. Nikmatinlah masa sekolah lu." Ceramah Shiro.
"Ya kan gue ngerasa tertinggal aja, ngeliat kakak kembar gue udah kuliah." Ucap Len.
"Salah sendiri gak naik kelas pas SD! Sekarang baru nyesel!" Sindir si uban.
"Hm! Kan gue nakalnya dulu! Sekarang kan nggak!" Elak Len.
'Oh, pantes si Len masih kelas 3 SMA, padahal setau gue orang seumurnya harusnya udah kuliah.' batin Miku yang masih menguping.
"Lagian kakak lu berani juga ngambil sistem kuliah cepet." Puji Shiro.
"Kalo gak nekat, ya bukan Rin namanya. Respek gue. Udah ngurus rumah sendiri, jago masak, kuliah juga lancar. Wah, jadi males nyari istri kalo di rumah ada kakak merangkap babu." Len nyengir.
"Heh, gak boleh gitu. Kalo Rin babu elu, sebulan elu bayar berapa?" Canda Shiro.
"PFFT--Ya suka suka gue!" Ucap Len seenaknya. Mereka berdua ketawa.
"Heh, Len."
"Apa, Shir?"
PLEK! Saos sambel menempel di pipi Len.
"Hehehe..."
"Ngajak berantem?"
PLEK! Giliran saos tomat yang menempel di pipi Len. Len menggeram emosi.
"Nih!"
SRET!
"HACING!"
"Wakakakakaka!" Tawa Len melihat si uban yang kepalanya goyang-goyang kayak orang dugem gara-gara bersin-bersin.
"Jangan mainan merica, ah! HACING!"
"Hahahaa! Dulu waktu kita bikin kue bareng Rin kita juga sering gini, ya?" Ucap Len riang.
"Kita mah bukannya bantuin tapi ganggu!"
"Lu aja kali yang ganggu! Gue sih bantu!"
"Bantu makan doang! Pantes gendut!"
JLEB!
Len tertohok lagi karena di cerita ini dia dikatain gendut melulu.
'Oh, si uban itu temen masa kecilnya ya. Saingan gue berat, nih.' Batin Miku.
***
Miku masih mengamati Len dan si uban. Mereka sudah keluar dari restoran. Sekarang Len mengantar si uban itu pulang.
Argh. Miku cemburu berat.
Dia nggak pernah diantar sampai depan rumah sama Len.
Dia nggak pernah bercandaan seakrab itu sama Len.
Padahal dia pacarnya Len. Mungkinkah Len ikut-ikutan tren temen rasa pacar?
"Tuan Putri, kita telah tiba di depan istana. Mau saya antar masuk?" Len berlagak ala butler berkharisma.
"Pft. Gak usah banyak gaya deh." Shiro tertawa. "Dah ah, gue mau masuk!"
"Nanti." Ucap Len pendek.
"Ha?"
"Kiss bye duluuu~"
TWITCH!
Yak! Miku ada di ambang kemarahan. Dia langsung keluar dari tumpukan beton yang jadi tempat persembunyiannya.
"LEN! Jadi gini, ya?" bentak Miku pada Len yang tengah tersenyum manis genit.
"E-ehhh? Miku-cccchan...? Kenapa marah-marah?" Len gelap gelapan ehh gelagapan.
"JADI GARA-GARA DIA INI KAMU BATALIN PERGI SAMA AKU!?"
"Ehhh.... ngggg...." Len merinding karena Miku seolah mengeluarkan aura membunuh.
"EMANG APA SIH SPESIALNYA BOCAH INI!?" Teriak Miku. Len tak berani berkata apa-apa karena dia tau cewek selalu menang kalo urusan debat.
"LU JUGA. BOCAH UBANAN SOK KECENTILAN! Ngapain deket-deket cowo gua!? Cari masalah!?" amuk Miku kepada bocah berambut putih ala uban yang menjadi alasan kemarahannya sekarang.
"Mmm, mbak, saya mau jelasin semuanya, oke?" Ucap Shiro sambil merapikan rambutnya. "Saya cuma sahabatnya Len, nggak lebih! Mbak salah paham!"
"EMANG APA BUKTINYA KALO KAMU CUMA SAHABAT LEN, HAH!?" teriak Miku dengan suara hampir berfrekuensi ultrasonik yang membuat para penghuni kos-kosan penasaran. Mereka mulai menyimak sambil duduk di teras.
"Oke. Kenalin, saya Utatane Piko. Saya teman Len sejak kecil. Len nemenin saya kesini, karena mulai besok saya mau pindah ke kos-kosan ini. Jadi dia nunjukin jalannya." Jelas Piko yang dari tadi kita sebut Shiro.
Miku masih diam, menunggu bukti lain.
"Dan selain itu, saya nggak mungkin jadi pacar Len, karena saya cowok walaupun muka saya imut gini."
Saya cowok.
Saya cowok.
Saya cowok.
WAH.
Miku memerah malu. Udah salah paham, sama cowok imut pula.
"Mbak ngerti kan sekarang?"
"Iya, Pik. Maaf ya, marah-marah ngga jelas. Saya kesel aja."
"Gapapa kok."
"Len?"
"Apa?"
GYUT
"Maaf ya udah salah paham." Miku memeluk dan membenamkan wajahnya di dada Len. Modus biar ekspresi malunya ngga keliatan.
"Hehe, nggak papa." Len menepuk bahu Miku. "Eh, udah sore, nih. Pulang yuk."
"Yuk!" Seru Piko dan Miku.
***
"Len, besok jadi jalan ya!" Ucap Miku.
"Wah, besok gue mau bantu Shiro ngurusin barangnya eh. Lusa aja gimana?" Tawar Len.
"Shiro siapa?"
"Piko maksudku. Hehehee." Len terkekeh.
"Kenapa panggilannya Shiro?" Miku menelengkan kepala.
"Soalnya rambutnya putih."
"Lah, Shiro kan nama anjingku!"
"Iya, kan dia imut, lucu, kayak anjingmu itu. Hehehehe."
"Gak boleh ngejek gitu, Len! Lagian kamu juga imut-imut SHOTA."
Kata terakhir yang sengaja ditekankan oleh Miku menbuat urat di dahi Len membentuk perempatan.
"AKU GA SHOTA!"
Miku tertawa. Lalu dia teringat sesuatu.
"Lah, terus kissbye-kissbye tadi? Yang waktu di depan kos-kosan?"
Len terdiam. Tidak mengatakan apapun. Mereka tetap berjalan beriringan.
Sesampainya di depan kediaman Hatsune, Len menepuk bahu Miku.
"Mik, bakal gue tunjukin kissbye yang tadi lu maksud."
Len mendekatkan wajahnya. Miku merasakan pipinya memanas.
Perlahan tapi pasti. Hidung mereka bersentuhan. Miku memejamkan mata.
Mendadak ia tersentak.
"WADUH! LEN! Kamu ngapain cubit-cubit pipiku!?" Teriak Miku. Perasaannya campur aduk sekarang. Kaget, berdebar, senang, sebal, semua jadi satu.
"Iya. Kiss ala sengatan tawon, hehehe. Kan enggak mungkin aku nyium cowok!" Len nyengir, tangannya masih membenyek-benyek pipi tembem Miku.
"Ah! Len mah! STOP!"
***
Remember, don't judge a book by its cover.
Yang cantik belom tentu cewek :v
***
*THE END ^^*
Req from anggapsajaRika
Dakuh sudah berjuang membuat romance yang fluffy fluffy kocak. Ternyafa susah juga, ya. _*(:3)_ /rebahan
Mari kita sebarkan virus pairing MiLenPi (MikuLenPiko) di dunia Wattpad XD #dihajar
Maaf ya kalo belom bisa memuaskan hasrat shotacon anda #teplakk!
Request lainnya saya tunggu XD
.
.
.
~OMAKE XD~
"Ngg... Acaranya udah selesai?" Celetuk cowok berambut biru yang sedang mengemil popcorn. Ya, dia salah satu penghuni kos-kosan yang nonton drama dadakan.
"Gue kira ini kerjaan tim Anti Putus! Padahal gue pengen ketemu sama Komo Roko! Argh!" keluh gadis bersurai cokelat pendek.
"Kaito?"
"Ya, bu?" Kaito menoleh pada ibu kost sambil merapikan rambut birunya.
"Popcorn-nya juga termasuk biaya kost bulan ini. Oke?" Ibu kost dengan rambut pink itu tersenyum manis. Tapi Kaito merasa ngeri karena urusannya sudah menyangkut DUIT.
"TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!"
~OMAKE END!~
Apaan tuh omake gaje amat /pundung
Jangan lupa komen dan pencet bintang di pojok kiri /tunjuktunjuk
Dan jangan lupa,
keju itu enak. XD
Sign, Chiizu24
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top