BAB 13: EFEKTIVITAS KALIMAT
"Gimana, sih, caranya supaya naskah kita enggak berbelit-belit?"
Salah satu hal yang menjadi sorotan krusial para editor di Haebara adalah soal efektivitas kalimat. Masih banyak di antara penulis yang menuliskan paragraf secara panjang, dalam kasus ini, berupa kata/kalimat repetisi (pengulangan), penambahan kata yang tidak perlu sehingga jatuhnya membuat berlebihan, sampai makna kalimat yang kabur. Hari ini kita akan belajar dasar-dasarnya, ya!
1. Kata/kalimat repetisi
Repetisi nama lainnya pengulangan. Maksudnya, di dalam suatu paragraf, biasanya ada banyak penggunaan kata yang tidak perlu, sehingga bikin kalimat enggak enak dibaca. Nih, contohnya:
"Kau melukai mereka!" Aku mencicit dengan suara bergetar. Aku tak tahan dengan tatapannya yang begitu mengunciku. Aku pasti sudah sangat gila jika aku mau berurusan dengannya. Benar-benar aku merasa dia sinting. Sam si kutu buku ganteng berubah menjadi serigala kelaparan yang kejam. Aku memperhatikan empat orang disekelilingku, lalu aku menjadi takut.
Coba lihat, ada berapa kata "Aku" dalam paragraf tersebut?
Padahal, kata "Aku" bisa dihapus atau diganti dengan kata imbuhan "-ku".
Kalau menerapkan efektivitas kalimat, kira-kira paragrafnya menjadi seperti ini:
"Kau melukai mereka!" cicitku dengan suara bergetar, tak tahan dengan tatapannya yang begitu mengunci. Aku pasti sudah sangat gila jika mau berurusan dengannya. Benar-benar sinting. Sam si kutu buku ganteng berubah menjadi serigala kelaparan yang kejam. Kuperhatikan empat orang di sekelilingku dengan takut.
Coba, hayo, lebih enak yang mana? Pasti yang kedua, kan?
Dalam satu paragraf, umumnya bisa memakai dua atau tiga kali kata yang direpetisi, ya. Lebih dari itu, coba potong lagi atau diganti dengan sinonim.
2. Penambahan kata yang tidak perlu
Penambahan kata yang tidak perlu juga masih banyak dilakukan penulis. Biasanya hal ini tak sengaja dilakukan karena penulis melupakan dua atau lebih kata yang memiliki arti yang sama. Seperti ini contohnya:
"Mary, apa yang kaulakukan?" kata suara di belakangku yang sepertinya kukenal. Ketika berputar ke sumber suara, aku sedikit kaget karena suara itu tiba-tiba muncul sehingga membuat sikut tanganku tak sengaja nyaris menyenggol gelas es. Sambil menahan gelas yang hampir saja jatuh karena senggolanku, aku mendongak. Kulihat Bibi May tersenyum mengejek dan meledek pada diriku. Aku lupa kalau sedari tadi dia ada bersamaku. Dia adalah satu-satunya dari kenalanku yang punya kemampuan membaca pikiran. Terkutuklah aku karena tak sengaja membiarkan Bibi May masuk ke dalam privasiku dan membaca pikiranku. Itu kan tidak sopan!
Kalau Sunnies lihat, kata yang sengaja saya tebalkan itu tidak akan mengubah makna apabila saya hapus, sebab kalimat sebelumnya sudah memuat informasi yang dibutuhkan. Jadi, kalau diedit akan seperti ini:
"Mary, apa yang kaulakukan?" kata suara di belakangku. Ketika berputar, sikutku tak sengaja menyenggol gelas es. Sambil menahan gelas yang hampir jatuh, aku mendongak. Kulihat Bibi May tersenyum mengejek. Aku lupa kalau sedari tadi dia bersamaku. Dia adalah satu-satunya kenalanku yang punya kemampuan membaca pikiran. Terkutuklah aku karena tak sengaja membiarkan Bibi May memasuki privasiku. Itu kan tidak sopan!
3. Makna kalimat yang kabur
Nah, siapa Sunnies di sini yang masih suka memakai kata yang tidak sesuai konteks? Beberapa kali saya temukan naskah yang demikian. Terkadang penulisnya menulis paragraf yang memiliki arti ambigu, atau tidak logis, sehingga perlu disusun ulang. Seperti ini contohnya:
"Sam meninggalkanku, lalu keesokan harinya raganya merayap mendekat dengan pesona kutu bukunya." jawabku ringan. Memori itu kembali berputar-putar pada hari pasca insiden pertengkaran itu menggauli benakku. Tatapan Sam ganjilnya tak lagi apatis dan stagnan, melainkan begitu suam dan melipur hati. Jari-jarinya tak lagi lengket di pundak, tapi justru bertengger di karpalku, bercokol amat erat tetapi ramah. Tak ada pertelingkahan repot, tak ada adu senggak dari dua mulut insan, tak ada raungan menggoda dari serigala itu lagi. Yang ada hanyalah si makhluk kutu buku bertitel Sam. Dia sesap keinginan bertukar firman dan kata mengenai limpahan mandat universitas dari Pak Billy dan anggap seolah-olah kenang-kenang pertelingkahan itu tak sekalipun jejak tertaut di napasnya, lalu meniti menit berikutnya, aku sudah berposisi sebagai puan kaulnya, dan kemarin berakhir dengan titahnya untuk merajut rasa lebih dalam, laiknya kekasih.
Saya tidak pernah melarang Sunnies untuk berhenti berkreasi tentang olahan diksi, tetapi kalau boleh bersaran, mohon tempatkan kalimat pada konteks yang tepat dan benar, bukan hanya membanjiri paragraf sampai membuat artinya ambigu dan mengaburkan alur. Kalau saya dihadapkan dengan naskah seperti ini, terus terang akan sulit untuk mengeditnya, karena biasanya artinya berbeda dengan apa yang saya pikirkan. Takutnya saya mikir A, eh penulis punya maksud B.
Namun karena paragraf di atas adalah buatan saya (saya sengaja buat semirip mungkin dengan tipe tulisan yang sering saya baca), jadi saya bisa edit kalimatnya lagi seperti ini:
"Sam meninggalkanku, lalu keesokan harinya dia datang dengan pesona kutu bukunya," jawabku ringan. Memori itu kembali pada insiden pertengkaran kami. Tatapan Sam anehnya tak lagi dingin, melainkan begitu hangat. Tangannya tak lagi mencengkeram pundakku, tetapi justru menggandeng tanganku dengan lembut. Tak ada pertengkaran, tak ada adu mulut, tak ada serigala itu lagi. Yang ada hanyalah Sam si Kutu Buku. Dia mengajakku mengobrol tentang esai Pak Billy dan menganggap pertengkaran itu tak pernah terjadi. Beberapa menit kemudian aku sudah menjadi teman mengobrol, lalu berakhir dengan ajakan kencannya.
Nah, ketika Sunnies mengedit naskah, mohon perhatikan konteks dan gaya bicara tokohnya, ya. Siapakah tokohnya? Dia hidup di tahun kapan? Apakah masih pantas bila gaya menulisnya dibuat puitis atau harusnya bisa lebih informal? Hal-hal kecil seperti itu, kalau dipertimbangkan baik-baik, bisa menentukan lingkup target pembaca yang cocok, loh.
Nah, sudah dulu, deh bahasan kali ini. Kita ketemu lagi dengan bahasan menarik buat minggu depan, ya^^
Bubhaaay!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top