J-13; Kapal KM Kelud

Siang itu, tepat pukul dua belas, kapal yang kami tumpangi perlahan-lahan merangkak meninggalkan dermaga. Karena Jack tidak ingin membuat aku tidak nyaman selama berada di kapal jadi dia sengaja membeli tiket kelas 1A.

Dan karena aku sedang tidak ingin menjelajahi kapal KM Kelud ini, jadi aku lebih memilih untuk berbaring sambil menonton tv. Sedangkan Jack keluar entah kemana, dia bilang sih tadi mau cari udara segar.

Aku pikir aku akan kehilangan sinyal, namun ternyata aku salah. Di dalam kabin aku masih mendapatkan sinyal, jadi aku masih bisa mengabari Ruddy kalau aku akan berada di Jakarta hari minggu.

Untung saja kabin kelas 1A ini menyediakan fasilitas yang memadai, seperti contohnya; fasilitas kamar mandi dalam dan wastafel, jadi aku tidak perlu keluar untuk mencari kamar mandi.

Rasa malas yang menyerang seluruh tubuhku membuat aku tidak ingin pergi mengelilingi kapal ini. Ketika seratus persen fokusku aku berikan pada ponsel, tiba-tiba pintu kabin terbuka. Perempuan dengan kaos berpotongan v-neck berwarna hijau army itu masuk dengan menenteng plastik.

"Daritadi kamu cuma main hp?"

Aku mendongak menatap Jack, lalu mengangguk menanggapi pertanyaannya. Kemudian setelah membaca pesan terakhir dari Ruddy, ponselku aku taruh di atas meja, dan mulai memperhatikan Jack yang berjalan ke arah kamar mandi.

"Kamu darimana?"

"Dari Alfamart, beli pop mie sama susu."

Jack berteriak dari dalam kamar mandi, dahiku mengernyit ketika mendengar nama Alfamart disebut. Alfamart?

"Di kapal ini ada Alfamart?"

"Iya. Makanya kamu keluar biar tahu."

Aku mendengus mendengar teriakan Jack. Perempuan yang baru saja selesai dengan urusan kamar mandi itu keluar dan duduk di kasur sebelahku. Di dalam kabin ini memang tersedia dua single bed. Kasur sebelah kiri untukku, dan kasur sebelah kanan untuk Jack.

"Jam berapa ini?"

Jack melihat jam yang melingkari tangan kirinya, "Baru jam 1. Perjalanan kita masih lama, kamu tidur aja kalau bosen. Nanti kalau udah jam makan malam aku bangunin."

Aku mengangguk tapi masih memperhatikan Jack, sedangkan perempuan yang aku perhatikan itu hanya melihatkan raut wajah bingungnya.

"Kenapa gitu ngeliatin akunya?"

Bibirku otomatis mengerucut ketika mendengar pertanyaan Jack. Ya jelas aku ingin dia tidur sekasur dengan aku. Masa dia tidak paham, sih?!

"Sini. Macam lagi musuhan aja tidurnya pisahan."

Jack tertawa, tanpa aku suruh dua kali, perempuan itu menghampiriku dan berbaring disampingku. Aku mendekatinya, dan menaruh kepalaku di atas dadanya. Ini adalah posisi yang aku suka. Tangan kirinya aku gunakan untuk bantal, sedangkan tangan kananku melingkari perutnya, dan sebelah tangannya yang terbebas ikut menggengam tanganku yang melingkari perutnya.

"Kenapa kamu tidak pernah bilang kalau bakal pulang naik kapal?"

"Karena kamu tidak pernah bertanya."

"Ya setidaknya kalau aku nggak nanya, kamu kasih tahu aku dong. Biar aku nggak kaget kayak tadi."

Jack terkekeh, aku mendongak untuk melihat ekspresinya. Perempuan yang aku tatap itu sedang menatap langit-langit kabin, dia masih terkekeh.

"Ya besok-besok lagi aku bakal ngasih tahu kamu. Tapi melihat mukamu yang kaget itu lucu sih."

"Huh!"

Karena kesal, perut Jack sengaja aku cubit. Jack mengaduh dan sedikit menunduk agar matanya bisa sejajar dengan mataku.

"Apaan deh sukanya nyubit!"

"Ya biarin, daripada kamu sukanya ngilang."

"Mulai deh."

Aku menghela nafas, kembali menundukkan kepala agar tidak berpandangan mata dengan Jack lagi. Perempuan yang tidak bisa mengatakan huruf 'r' dengan baik itu memang suka menghilang. Jack memang suka sekali menyibukan diri.

"Ini pertama kalinya kamu naik kapal, 'kan?"

"Iya. Karena kamu aku jadi nggak penasaran lagi rasanya naik kapal. Makasih ya, sayang."

Aku menggengam tangan Jack lalu membimbing tangan itu agar bisa aku kecup.

"Nah, itulah salah satu alasan kenapa aku lebih memilih pulang naik kapal daripada naik pesawat, karena kamu belum pernah naik kapal. Biar kamu ada pengalaman, jadi kamu bisa cerita ke keponak-keponakan kamu."

Tanpa aku suruh senyuman ini mulai terkembang. Aku merindukan kebaikan hati Jack. Orang sebaik Jack kenapa harus menghadapi masalah hidup yang berat, sih?

"Jangan sok baik kamu."

"Loh aku itu memang baik, bukan sok baik."

"Iya, iya aku percaya kok."

Aku kembali mencium tangan Jack, lalu memejamkan mata. Aku hanya ingin menikmati momenku bersama dengan Jack, perempuan yang sudah setahun ini menghilang dari kehidupanku dan sekarang kembali lagi ke dalam pelukan dan hidupku.

≠≠≠≠

Sore itu, aku tidak tahu pukul berapa, Jack membangunkan aku dengan menempelkan tangannya yang basah ke atas pipiku. Aku mengerjap dan melihat Jack yang tersenyum.

Seketika nyawaku terkumpul ketika melihat tubuh Jack yang terlilit handuk. Melihat buliran-buliran air yang menghiasi tubuh putihnya membuatku menelan ludah.

"Bangun, Putri Tidur. Mandi sana, habis itu nanti kita makan."

Aku mengusap-usap mataku, bangun dari berbaring, dan duduk di tepian ranjang. Dengan tanpa malu, Jack menurunkan handuknya agar berpindah untuk meliliti pinggangnya, membuat punggungnya terkekspos dengan sempurna.

Ketika melihat tangan Jack yang sedang mencoba mengaitkan pengait bra-nya tapi tidak kena-kena juga, aku hanya tersenyum dan mendekati dirinya untuk membantu mengaitkan pengait itu.

"Kalau butuh bantuan itu bilang, kan di dalam kabin ini ada aku yang bisa bantu kamu mengaitkan ini."

Jack menoleh terkejut ketika mengetahui ada tangan lain yang membantunya mengaitkan pengait bra. Kemudian dia tersenyum, aku pun ikut tersenyum.

Jack membalikkan badannya, sekarang dadanya sudah tertutup dengan bra berwarna hitam polos. Fokus mataku langsung tertuju pada perut datar milik Jack ketika dia membalikkan badan. Aku hanya bisa menelan ludahku. Jack memang memiliki bentuk tubuh yang bagus, kadang aku iri dengan perempuan itu.

"Jangan gitu ngeliatinnya, bikin aku 'laper'. 'Makan' yuk? Mau nggak?"

Jack menaik turunkan alisnya, dia mendekatiku dengan senyum yang menggoda. Aku yang sudah kepalang ingin menggigit roti di perut Jack hanya bisa membalas senyumannya dengan tidak kalah menggoda.

Perempuan itu mendekatiku, dan melingkarkan kedua tangannya pada pinggangku. Akupun melingkarkan kedua tanganku pada lehernya. Bibir kami saling mendekat dan memakan satu sama lain.

Kecupan lembutnya makin lama makin menuntut. Aku mengeratkan tubuhku pada tubuhnya, aroma sabun menyeruak ke dalam indra penciumanku. Aku sangat menyukai kondisi Jack yang sehabis mandi seperti ini, dia terlihat segar dan menggoda.

Sambil masih saling merasakan bibir satu sama lain, Jack mulai mendorongku dengan pelan hingga tubuhku rebah di kasur yang tadi aku pakai untuk tidur.

Jack mulai merangkak naik ke atasku, ketika tangan kirinya hendak melepas kaos yang aku kenakan, aku menahan gerakannya dan memberikan tatapan menggoda.

"Laper banget, huh?"

Pipi perempuan yang sedang menindihku itu memerah, dia tersipu malu mendengar perkataanku. Aku mendekati wajahnya dan memberikan kecupan pada bibirnya. Setelah itu aku mencoba menyingkirkan perempuan itu agar tidak menindihku lagi.

"Tapi sayangnya, aku mau mandi."

Jack menghela nafas, dia berbaring di kasur hanya dengan mengenakan bra dan handuk yang sedikit tersingkap ke atas. Sedangkan aku duduk di tepian ranjang menatap perempuan itu dengan nakal.

"Nanggung banget sih! Nanti aja mandinya, di terusin dulu."

Aku tersenyum ketika melihat raut wajah Jack yang menggemaskan. Antara sangat ingin melanjutkan dan marah karena aku goda. Aku kembali mendekati Jack dan mengecup bibirnya. Ketika Jack mulai memainkan lidahnya di bibirku, aku kembali menarik diri.

"Aku mandi dulu ya, sayang."

Jack mendengus, "Nakal banget sih!"

Sembari berjalan ke arah kamar mandi, aku terkekeh melihat Jack yang terbaring kesal.

"Ngaca sana, muka kamu lucu banget. Haha."

Lalu setelah itu aku menghilang ke kamar mandi untuk mandi, meninggalkan perempuan yang sedang menggerutu karena aku goda.

Jahat banget ya aku? Haha.

-0000-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top