5
JOHANNA
5.
Aldino dan Johanna memang teman dekat. Namun mereka hanya dekat dalam konteks perkuliahan. Saat itu, Aldino yang pemalas memberikan tugas-tugasnya pada Johanna untuk dikerjakan, beserta uang tugas dan uang upah.
Setelah mereka lulus, mereka berpisah. Dan bertemu lagi empat tahun sesudahnya, saat Johanna dan Albert--ayah Aldino--menjadi salah satu investor terbesar di HARAS. Saat itu Johanna baru tahu kalau Albert adalah salah satu keluarga Aldino.
Perkenalan mereka dilakukan secara singkat. Selanjutnya hubungan profesional pun terjadi.
Setahu Johanna, Aldino ini bekerja sebagai manajer keuangan di perusahaan milik sang ayah, di London. Kehidupannya tidak menonjol. Banyak orang yang tidak tahu kalau Aldino dan Anastasia adalah anak Albert, termasuk Johanna.
Sosok Aldino yang Johanna kenal memang terkenal malas. Dia hanya ingin melakukan hal yang praktis dan tidak merepotkan. Tanpa Johanna sadari, Aldino yang dia kenal dulu juga sudah banyak berubah.
Benar. Dia lebih suka hal praktis. Itu sebabnya Aldino memilih untuk mendekati Johanna.
Johanna adalah CEO perusahaan besar dan perusahaan itu bergerak di bidang jasa elit, mengatur opini publik.
Di dalam dunia bisnis, ada banyak hal yang sedang dan akan terjadi. Perusahaan sang ayah dan Hanji Group tengah berada dalam lomba produk di pasaran luas.
Sebuah tugas diberikan pada sang anak, mengambil alih Hanji Group.
Albert sudah menyiapkan beberapa orang-orang setia yang bekerja padanya. Mereka sudah menunggu saat-saat di mana perusahaan yang dipimpin oleh CEO Han hancur dan jatuh ke salah satu dari mereka.
Aldino adalah seorang manajer keuangan rendahan. Dia lebih mudah bergerak untuk memberikan sebuah ledakan-ledakan ringan di gedung Hanji Group.
Ditambah lagi telepon sang adik yg berkata bahwa dia diculik. Sudah lengkaplah alasan Aldino untuk mengancurkan Hanji Group.
Pertama, hal yang mereka serang adalah mental Lee Mina. Aldino sengaja membuat Mina merasa dirinya sangat memalukan dan tidak berdaya. Berniat ingin membuat Mina melaporkan Hanji Group, Aldino malah mendapatkan hadiah yang luar biasa mengejutkan.
Sebuah kasus bunuh diri.
Aldino hanya perlu mengipas bara yang sudah mulai menyala. Memanfaatkan rasa balas budi Johanna dan sikap Anna yang menurut, Aldino berhasil mendapat keduanya.
Membalaskan rasa sakit hati Anna, termasuk Lee Mina. Juga menghancurkan dan mengambil alih posisi seorang CEO di gedung tersebut.
"Kau senang?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir Aldino saat mereka berada di ruang tunggu bandara.
"Tidak juga."
"Kenapa?"
Ana memiringkan kepalanya, lalu bersandar di pundak Aldino. "Karena tidak ada Mina."
"Mina sudah bahagia." Aldino mengusap pelan puncak kepala Anna.
"Kau datang karena Mina meninggal, 'kan?" Anna mendongak, menatap Aldino yang juga turut menatapnya. "Kau masih mencintainya."
Aldino berdecak. "Aku pulang karena ayah memberikan tugas. Lagipula, aku dan Mina sudah selesai setelah aku masuk kuliah. Jadi, jangan berpikiran macam-macam."
Anna ikut berdecak, kepalanya kembali bersandar di pundak Aldino. "Kau mencintai penculikku itu? Siapa namanya?"
"Johanna."
"Ah, ya, Johanna. Kau menyukainya?" Mata Anna perlahan terpejam. "Bisa disimpulkan kalau kau memang menyukainya. Sayang, dia tidak menyukaimu. Iya, 'kan? Sudah kuduga."
Aldino tidak menjawab setelah itu. Mereka masuk ke pesawat dan tidak saling bicara lagi. Masing-masing dari mereka sibuk dengan pikiran sendiri.
*
Terkadang, ada beberapa orang yang berani berjalan melawan arus. Banyak orang yang menganggap kalao si pelawan arus tadi adalah pihak yang salah. Namun jika dilihat dari sudut yang berbeda, tidak juga.
Pekerjaan Johanna memang terlihat seperti pekerjaan yang hanya mengutamakan uang dan menutupi orang-orang yang namanya akan rusak karena ulang mereka sendiri. Seperti kasus Mina. Johanna menutupi kasus tersebut karena perusahaan melalaikan berbagai aspek untuk karyawan, padahal faktanya berbeda.
Jika dilihat dari satu sudut pandang, orang-orang akan beranggapan kalau Johanna membela kejahatan, tapi kalau dilihat dari sisi yang berbeda pula. Mina melakukan semua itu untuk keluarga.
Di sini, Johanna malah terlihat seperti orang yang tidak ingin kalau orang tua Mina terpukul karena keputusan sang anak.
Salahnya adalah kenapa Anna harus tahu? Kalau saja Anna tidak tahu, maka seluruh teman dan keluarga tidak akan tahu fakta yang sebenarnya.
Kesedihan dan kerusakan diri Mina tidak akan membuat orang-orang penting di hati Mina tak terluka.
*
"JOHANNA!"
Teriakan melengking kembali mengisi indra pendengaran Johanna. Dia sudah tahu pasti siapa dalang dari pelaku polusi suara yang mengganggunya sekarang, Junsuk, si idol tak tahu diri.
"APA, HAH?! Astaga, Johanna. Untuk apa kau mengunggah fotomu dan ... aish. Kali ini apa? Apa hadiah kalau aku membiarkan gosip kalau kalian sedang pacaran itu benar?"
Johanna bersandar di tepi meja makan. "Kau bebas dari tuduhan homo."
"JOHANNA!" teriaknya lagi. "Kau pikir aku tidak tahu kalau isu itu sudah berlalu?"
Johanna terkekeh renyah sampai air matanya keluar. Pria tinggi, berhidung mancung dengan alis hitam dan bulu mata lentik itu mendesis kesal.
"Kau akan terus menggunakan kami sebagai alat pengalihan?"
Satu jempol naik ke depan wajah Junsuk saat Johanna meminum air mineralnya. "Ya. Aku suka mengganggu kalian. Jadi biarkan aku berkreasi."
Kesal, Junsuk mengangkat tangan, ingin memberikan sentuhan cantik untuk kepala Johanna agar tidak depresi lagi, tapi buru-buru dipotong oleh ucapan Johanna.
"Media kembali mengendus hubungan kalian berdua. Saat kalian kencan, walau tidak romantis, mereka mendapatkannya."
Junsuk membelalak. "Hah?"
"Untuk sementara, jangan lakukan apa pun bersama dia. Jauhi dia."
Junsuk mengenal Johanna dari kekasinya--yang mana ia tahu kalau dua orang ini dulu adalah sepasang kekasih juga. Walau dia tahu kalau sekarang mereka hanya sebatas teman, masih ada sedikit rasa cemburu di dalam benak Junsuk. Dia tidak bisa menutupi rasa irinya karena mereka terlihat lebih dekat dan lebih enak diajak bicara.
Apalagi untuk larangan seperti tadi. "Memangnya kenapa kalau aku bertemu dengannya? Dia seorang CEO. Apa pun yang dia mau, termasuk bertemu denganku, bukan urusan orang lain."
Johanna menepuk dahi Junsuk dengan kencang, lalu melangkah menuju kamarnya. "Pergi kalau cuma mau ngomong kayak gitu," ujarnya dalam bahasa keseharian di Korea.
Junsuk berjalan ke pintu sambil menggerutu tak jelas. Dia mengambil ponsel dan saat beberapa pesan datang padanya, Junsuk segera berlari, menghampiri pintu kamar Johanna yang memang tidak pernah ditutup.
"JOH! Ada banyak wartawan di sana. Joh ... buka pintunya."
Johanna membuka pintu dengan rambut berantakan. "Kamar di sebelah masih kosong. Kalau kamu tidak bisa keluar, menginap saja di sini."
Junsuk menganga. Tak tahu harus berbuat apa pada Johanna.
"Saham perusahaan tidak akan turun hanya karena masalah ini."
*
*
*
DAH /NANGOS
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top