3
JOHANNA
3.
Keesokan harinya, Johanna berhasil mendapatkan informasi karir dan kehidupan Anna. Data pribadi Anna memang sengaja ditutupi oleh pihak manajemen artis, tapi Wildi berhasil mendapatkannya.
Tidak ada yang spesial. Kelebihan Anna hanyalah terlahir dari keluarga luar biasa kaya. Ayahnya seorang pria berdarah Inggris. Dia adalah pemilik brand fashion ternama yang berhasil di kancah internasional. Sedangkan sang ibu, seorang desainer kenamaan di Korea.
Di dalam dokumen itu juga tertulis tentang awal mula karir Anna di dunia keartisan Korea Selatan. Tidak banyak yang dituliskan di dalam sana. Hanya beberapa informasi tentang relasi kehidupan Anna dan beberapa gosip miring yang berhasil ditepis.
Dering telepon berhasil memecah fokus Johanna. Wanita yang mengenakan blus biru muda, berpadu dengan rok span selutut itu meraih gagang telepon, Johanna menyandarkan tubuhnya, tidak terganggu saat ikatan rambutnya sedikit berantakan saat terkena punggung kursi. “Ya?”
“WHAT ARE YOU DOING, FUCKING BITCH!”
Johanna menjauhkan gagang telepon dari telinganya saat suara besar Junsuk menggema. Sepertinya, isu yang tadi dibuat oleh Axel sudah berembus dan sampai ke telinga si korban artikel pengalihan, Junsuk, salah satu anggota boygroup yang saat ini tengah menyiapkan album comeback mereka.
“Kau tahu, proyek comeback kami terancam hancur karena hal ini. CEO Min memintaku untuk menghadapnya. Astaga, Johanna! Aku dan Sungjin memintamu untuk berjaga-jaga kalau-kalau hubungan kami ketahuan publik. Sekarang, kau malah menuliskannya besar-besar di segala tempat.”
Ya, Johanna sudah terbiasa dihina seperti itu, dihina oleh Junsuk lebih tepatnya. Sebenarnya, Johanna dulu adalah kekasih Sungjin, tapi karena dia tahu kalau Sungjin seorang …. Jadi mereka memutuskan untuk berteman saja. Sungjin juga yang membantu Johanna dari segi materi untuk mendirikan HARAS, sebutlah dia sebagai investor terbesar HARAS.
“Junsuk-ah ….” Johanna berucap dengan nada tenang sambil menggoyang-goyangkan kaki. “Jangan terlalu heboh. Foto ciuman mesramu dengan Sungjin tidak akan membuatmu jatuh sampai ke dasar neraka. Isu ini akan aku luruskan dalam beberapa hari. Tenang saja, hm.”
Penjelasan yang keluar dari bibir Johanna tidak begitu didengarkan oleh Junsuk, dia sibuk mengumpat dan bersumpah akan membuat Johanna turut hancur bersamanya.
“Jadi … kau tidak mau kontrak drama itu? Ah, padahal aku sudah mendapatkan tiket emas agar kau menjadi pemeran utamanya.”
“Drama apa? Maksudmu? Drama yang disutradarai Lee Minji?!” Junsuk bukan lagi berteriak karena kesal, tapi karena terkejut. “Tapi kenap—ah, bayaran karena artikel homo itu?”
Telepon ditutup setelah Junsuk berkata bahwa dia akan menahan diri selama beberapa hari. Ya, memang, sebelumnya Johanna sudah bicara pada CEO Hanji Group untuk membantu mengalihkan isu bunuh diri yang menimpa perusahaan tersebut. Dengan syarat kalau dia harus mendapatkan tiket emas untuk menjadi pemeran utama sebuah drama yang mereka sponsori.
Kembali pada laporan yang diberikan oleh Wildi tadi. Dari sana, Johanna menemukan sebuah ikatan yang cukup mengganggu benaknya. Anna dan Lee Mina adalah teman saat mereka duduk di bangku SMA. Hubungan itu ternyata masih terjalin hingga mereka memilih pekerjaan yang bertolak belakang, sampai pada saat Anna memutuskan untuk vakum.
Dalam waktu sekian menit, Johanna diam, sibuk dengan pikirannya. Sekali lagi, Johanna mengingat kasus bunuh diri Lee Mina. Menurutnya, jika daftar nama yang disebutkan oleh media tentang Lee Mina itu benar, artinya wanita itu bukan hanya mengalami pelecehan, tapi perbudakan seks.
Johanna mengambil ponsel sekali pakai yang diberikan oleh Wildi. Menggunakan ponsel tersebut, Johanna menghubungi Aldino. “Aku bakal bantuin kamu. Bukan secara profesional dan melalui prosedur perusahaan. Aku bakal bantuin kamu secara pribadi. Kita ketemu di apartemenku, setelah jam kerja selesai.”
*
Apartemen yang Johanna tempati bukan sebuah apartemen besar sebenarnya. Ruang tamu menyatu dengan dapur, ada dua buah kamar, dan balkon, bonus sebuah ruang untuk penyimpanan wine. Seluruh dinding ruangan dicat hijau seluruhnya, sedangkan perabotan rata-rata berwarna putih dan jingga.
Kali ini, Johanna membawa dua cangkir kopi ke balkon, tempat di mana Aldino menunggunya. “Apa kamu sadar, kalo kasus Anna dan kasus bunuh diri Lee Mina saling berkaitan?” tanya Johanna saat Aldino menerima uluran cangkir kopi darinya.
Kopi itu masih berada di antara tangan Johanna dan Aldino saat si pria bertanya, “Maksudmu?”
Tatapan Johanna yang tadi masih terarah ke cangkir kopi, kini beralih menatap kedua mata Aldino. “Aku melihatnya. Nama-nama oknum yang berkaitan dengan kematian Lee Mina. Di sana, ada nama CEO Anshin, CEO manajemen adikmu.”
Tiba-tiba, raut wajah Aldino berubah. Senyum tipis yang sedari tadi menghiasi bibirnya, seketika hilang. Binar mata yang tercipta karena Johanna mau membantunya, juga mendadak pudar. Cangkir kopi dia ambil, lalu berdiri di sisi pagar pembatas. “Anna juga bilang itu sama aku,” ucapnya tanpa ekspresi. “Sebelum dia hilang, diculik lebih tepatnya, Anna bilang kalau CEO Anshin nggak ngizinin dia buat comeback, padahal waktu itu, ada sebuah proyek drama yang dia inginin banget. Dia cuma dapet kerjaan dari iklan dan acara televisi.”
Johanna menyesap kopinya, turut berdiri di sisi Aldino sambil menumpukan siku ke pagar pembatas. Sedangkan Aldino hanya mengusap tepi cangkir dengan jemari tangan kirinya. “Saat itu dia ngalamin tekanan dan aku nggak bisa bantu. Aku masih di London. Berminggu-minggu setelah itu, dia bilang kalau dia divakumkan oleh manajemen tanpa sepengetahuan dia. Terus dia nemuin cara buat ngancem Anshin dan bikin dia comeback.”
“Setelah itu Anna diculik?” ucap Johanna dengan nada menebak dan langsung diangguki Aldino. “Karena … dia tahu kalau CEO Anshin juga pernah memakai Lee Mina?” Kali ini Johanna hanya menebak. Tadi dia meminta Wildi untuk memeriksa apa yang Anna lakukan di luar jadwal keartisannya dan … memang, sebelum divakumkan, Anna pernah bertemu atau berkomunikasi via telepon dengan Lee Mina.
“Ya. Anna cuma bilang kalau Lee Mina menjadi pemuas orang-orang itu demi membantu keluarga.”
Johanna menoleh saat Aldino meminum kopinya. Rasa tak nyaman sekali lagi berhasil merayap di dada Johanna. “Jadi, kamu menghubungiku untuk mengungkapkan hal ini?”
Sontak Aldino menoleh, lalu mendesah. “Nyelamatin Anna lebih tepatnya. Aku mau nunjukin kalau Anna tidak vakum, tapi diculik oleh bosnya sendiri.”
Johanna hanya diam. Dia adalah penculik Anna—orang yang mengatur penculikan Anna, menjaga rumah kurungan, dan memberikan sedikit kabar palsu ke media tentang kehidupan Anna yang tengah vakum.
Johanna sadar kalau dia tidak bisa menyesali semua perbuatannya. Oleh sebab itu, sekarang Johanna ingin memberikan sedikit bantuan pada Aldino dengan cara mengirim beberapa pasukan untuk membebaskan Anna dari rumah kurungan. Bantuan yang tidak akan membuat dia bermasalah dengan Hanji Group maupun AS Entertainment karena dia juga turut berusaha untuk menggagalkan usaha pembebasan itu.
*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top