BAB 13

                  


Jean, mas Radit dan Hana tertegun. Mereka bertiga bahkan tak ada yang bergerak barang sesenti pun. Sedangkan Ganesa yang berada di ruangan itu pun ikut tertegun, lebih tepatnya kaget.

"Ka-kamu ngapain, Ga?" tanya Radit tergagap.

Siapa sangka, jika seorang Ganesa yang di mata Jean dan Hana adalah laki-laki yang kalem dan jaim kini tengah melakukan hal yang begitu lucu di mata mereka. Kalau mas Radit, sudah pasti tahu kelakuan adiknya itu, hanya saja ia ikut terkejut karena ia pikir Ganesa hanya akan melakukan hal konyol di rumah, tapi ternyata ia salah, di kantor pun ternyata Ganesa juga melakukan hal konyol. Seperti saat ini, Ganesa tengah mengikat kepalanya menggunakan dasinya, kemejanya bahkan sudah aut-autan. Mungkin di mata orang itu biasa saja, tapi di mata Jean, Hana dan mas Radit, itu adalah hal yang memalukan, apalagi Ganesa masih berada di ranah kantor. Bagaimana kalau ada karyawan atau orang penting yang datang dan melihat tingkah konyol Ganesa itu?.

Ganesa berdiri dari kursi singgasananya. Tidak lupa melepas dasi yang mengikat kepalanya dengan erat. Seperti sedang ketahuan tidak berpakaian rapi oleh guru BK, Ganesa buru-buru merapikan bajunya, bahkan berkas dan dokumen yang berserakan di atas mejanya pun tak luput dari aksi beres-beres dadakannya.

Terdengar umpatan kesal dari mulut Ganesa, membuat tamu tak diundangnya pun tergelak geli.

"Ck ck ck. Jadi begini kelakuan seorang Ganesa? Gaga suaminya Jean? Hmmm." Ujar Hana menggoda Ganesa yang mulai tampak uring-uringan.

Jean menghela napas pelan, mencoba menghentikan tawanya. "Aduh, Mas. Kenapa itu dasi jadi pindah fungsi?"

Ganesa mendengus pelan dan menatap malas ke arah istrinya itu. "Lagi sakit kepala, Je. Liat tuh, kertas-kertas sialan itu bikin kepalaku mau pecah."

Jean memukul pelan lengan Ganesa. "Hush! Mulutnya, jangan ngomong kasar."

"Iya, iya. Daripada kamu bawel, sini pijitin kepalaku." Ganesa mengambil posisi pada sofa yang ada di ruangannya, sementara Hana dan mas Radit ikut mendudukkan dirinya pada sofa yang ada di seberang Ganesa.

Jean ikut duduk di samping Ganesa dan mulai memijat pelan kepala suaminya itu. "Kan Jean udah bilang, Mas. Kalau masih sakit nggak usah ke kantor dulu. Atau kalo sakit kepala, mending pulang dulu, istirahat." Omel Jean panjang lebar.

"Beruntung kamu Ga dapet istri kayak Jean. Diomelin tapi tetep mijit. Kalo Mbakmu ini sih boro-boro." Ucap mas Radit seraya melirik Hana yang tengah sibuk mengeluarkan isi tas yang berisi kotak bekal untuk mereka.

"Sembarangan." Balas Hana tak terima.

"Tolong ya, Mas, Mbak, kalo mau bertengkar mending di kamar aja nanti. Nggak usah di sini. Bikin kepalaku tambah pusing tau nggak." Timpal Ganesa sambil menutup kedua matanya menikmati pijatan Jean di kepalanya.

Hana mendengus pelan lalu membuka penutup masing-masing kotak yang sudah ditata di atas meja. "Pijatnya lanjut nanti, Ga. Kasian Jean, belum makan apa-apa itu."

"Ck, Mbak ini. Nggak bisa liat Gaga seneng ya." Ucap Ganesa dengan nada kesal.

"Udah, Je. Sini makan aja dulu." Ajak mas Radit yang mulai mengambil lauk untuk disimpan di dalam kotaknya.

Jean tersenyum tipis lalu menyudahi pijatannya. "Mas, makan dulu ya."

Ganesa membuka kedua matanya dan menatap nyalang telur dadar gulung yang ada di atas meja. Wow. Makanan kesukaannya kini tengah memanggil-manggil untuk segera masuk ke dalam perutnya.

Menelan saliva, Ganesa segera mencomot satu telur dadar gulung yang ternyata berisi sosis dan tomat itu. "Ya Allah, enak banget ini. Hmm, pasti yang masak Mami nih." Ujar Ganesa kembali mencomot satu telur dadar gulungnya.

"Ya Jean sama Mbak juga ikut bantu dooong." Balas Hana tak mau kalah.

"Hmm, hmm. Enak, enak." Puji Ganesa. "Hm, btw, kenapa kalian kok nggak ngabarin ke aku kalo mau dateng?"

"Itu saran Mami sih. Biar sureprise katanya." Jawab Jean sambil mengambilkan beberapa lauk lainnya ke dalam kotak makan Ganesa.

"Hmm dasar tuh, Mami. Untung aja aku lagi nggak sedang sibuk." Omel Ganesa

Mas Radit mengibaskan tangannya di depan wajah. "Alesan kamu aja. Sok sibuk. Sibuk apa? Selingkuh? Hahaha."

Ganesa berdehem pelan, lalu meminum air yang memang sudah disediakan oleh Jean dan Hana. Mungkin ucapan mas Radit itu hanya bercanda, tapi entah mengapa bisa memukul telak hati Ganesa. Apakah ini perwujudan dari rasa bersalah? Atau rasa takut? Mungkin.

Jean menatap Ganesa yang tiba-tiba terdiam, bahkan sudah menghentikan acara makannya. "Kenapa Mas?" tanya  Jean khawatir.

Ganesa menggeleng pelan lalu tersenyum ke arah Jean. "Nggak papa kok, Je. Ayo lanjut makannya."

Meski Ganesa menutupi perasaannya dengan senyuman, entah mengapa Jean menangkap sesuatu yang lain dari senyuman itu. Seperti sebuah kecanggungan yang berusaha disembunyikan.

Tak mau larut dalam pikirannya yang belum tentu benar, Jean akhirnya ikut menikmati makanan dengan di temani kesunyian. Baik mas Radit dan Hana sama sekali tak ada yang mau bersuara, mungkin juga karena tengah menikmati makan siangnya.

Saat sedang asyik bergelut dengan makanan masing-masing, tiba-tiba pintu ruangan Ganesa terbuka. Menampilkan sosok perempuan yang begitu menawan. Jean yang seorang perempuan pun mengagumi kecantikan perempuan itu. Namun, anehnya Jean seperti menangkap raut wajah terkejut pada wajah cantiknya. Sampai suara mas Radit menginterupsi kekaguman Jean terhadap perempuan itu.

"Kamu." Ucap mas Radit dengan nada suara ditinggikan. Jean sampai mendongak karena suami dari mbak Hana itu tiba-tiba menyentakkan kotak nasinya dan berdiri dengan raut terkejut.

Hana ikut berdiri dan memegang lengan suaminya itu, mencoba menenangkan mas Radit dengan mulai mengelus pelan lengannya. "Mas..." ujar Hana mengingatkan.

Mas Radit menatap Ganesa yang tiba-tiba mematung di tempatnya. Meminta penjelasan melalui sorot matanyanya yang sarat akan berbagai macam pertanyaan. Ganesa menunduk, memilih menatap ubin ruangannya.

Mas Radit mendengus pelan. Merasa tak mendapat jawaban apa-apa dari sang adik, mas Radit beralih menatap perempuan yang masih mematung di pintu ruangan Ganesa dengan tatapan intimidasi.

"Sedang apa kamu di sini, Feby?" tanya mas Radit dengan nada penuh penekanan.

Perempuan yang bernama Feby itu pun menghela napas lalu ikut masuk ke dalam ruangan Ganesa yang tiba-tiba terasa begitu kaku. Jean yang merasa tak tahu apa-apa pun hanya bisa terus menelan salivanya dengan susah payah.

Ada apa ini? Kenapa Mas Radit kelihatan sangat marah?. Batin Jean penasaran.

"Hai, Mas Radit, Mbak Hana." Sapa Feby dengan ramah.

Mas Radit memincingkan kedua matanya tak suka dengan sapaan itu. "Tidak usah berbasa-basi, sedang apa kamu di sini?" kembali mas Radit mengulang pertanyaannya dengan nada suara yang rendah namun sarat akan ketidaksenangan, membuat Jean menebak asal kalau perempuan yang tengah berdiri tak jauh dari posisinya itu punya sisi kelam dengan keluarga ini.

"Mas, aku bawa makan siang. Banyak loh. Ayo kita makan bareng." Ujar Feby tak memedulikan ucapan mas Radit.

"Feby!" teriak mas Radit penuh penekanan. Jean, Hana bahkan Feby tersentak kaget.

"Mas!" desis Ganesa mengingatkan mas Radit.

Mas Radit mengalihkan tatapannya pada Ganesa. Menatapnya dengan tatapan tajam dan mengintimidasi. "Hana, Jean. Bersihkan kotak bekalnya, kita pulang." Titah mas Radit tak mau dibantah. Baik Hana dan Jean segera membereskan sisa makanan itu lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Kamu utang penjelasan sama Mas!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, mas Radit menarik Hana untuk segera keluar dari ruangan itu, begitu pun Jean yang mengekor di belakang iparnya itu. Namun sebelum benar-benar keluar, Jean menatap Ganesa dengan tatapan yang sulit diartikan.

***

Fiuhhhh...

Terjawab sudah rasa penasaran kalian kan? Kan? Hihihihi...

Btw, kalian luar biasa! hahaha, sampe nyepam komen demi update. I'm speechles

Bagaimana part ini? Bikin nyess nyess nggak? Wkwkwk

Tapi mas Radit hebat juga ya, 'Kamu utang penjelasan sama Mas!'. Kalo aku sih mending dibilangin kayak gitu ketimbang dibilangin 'Kamu utang update sama para readers!', huuuu... berasa ditagih utang sama rentenir.

Btw, part ini aku private. Jadi yang bisa baca cuma followers aku aja. Lalalala...

Ekspresi Mas Gaga baca komentar kalian di part kemarin.

Oke deh, itu aja cuap-cuap kali ini. Sampai jumpa di part selanjutnya.

Jangan lupa, vote, komentar, kritik dan sarannya. Dan jangan lupa juga, follow IG-ku (@windyharuno)

Love,

Windy Haruno

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top