Gak papa kok!

Raut masam terpampang di pemuda berambut navy, berbanding terbalik dengan makhluk disampingnya yang memasang senyum lebar.
Helaan nafas berat dikeluarkannya dan gerutuan yang terus menerus keluar dari mulutnya.
Tak lama mereka berdua sampai di asrama. Setelah melepas sepatu dan memakai sandal rumah, Tamaki segera berlari ke ruang tengah. Dengan tak sabaran ia membuka pintu.

"Aku pulang!!!" teriak Tamaki dan segera berlari ke Sougo. Di susul Iori yang berjalan lesu di belakangnya.
"Sou-chan! Sou-chan! Lihat lihat aku dapat nilai 100 di pelajaran matematika lo!! "

Sougo yang sedang membantu menyiapkan makan malam hari itu. Menatap heran kertas yang disodorkan Tamaki. Ia menerima kertas itu dan membacanya sebentar, tak lama senyum lebar terbit di wajahnya. Tangannya telulur mengacak pelan rambut Tamaki.
"Bagus Tamaki!! Selamat ya! Pertahankan nilai bagusmu ini! "
Si empu rambut yang diacak cengegesan.

Iori menatap iri dua makhluk yang sedang tertawa riang dihadapannya. Mitsuki yang mengetahui raut masam adiknya segara menghampirinya.
"Iori, bagaimana dengan nilaimu? "
Begitu kakaknya menanyakan pertanyaan magis itu, raut wajah Iori semakin ia tekuk, pokoknya lecek banget kayak uang seribuan yang buat beli permen itu lo.

"Eh kenapa? Ah! Pasti kamu dapat nilai 100 juga kan?! Tamaki saja mendapatkan nilai sempurna, kau juga iya, kan? "
"..."

Apa yang kamu katakan itu jehong lo bang... Peka dikit napa...

Iori berusaha menguatkan hati, jiwa, dan raganya setelah tidak sengaja 'dibanding-bandingkan' dengan orang lain oleh kakaknya sendiri.
"Sebenarnya... Aku tidak dapat nilai sempurna saat ulangan tadi. Satu soal ada tertinggal dan tidak sengaja tak kukerjakan, jadi... "
Mitsuki menatap wajah Iori yang semakin murung. Ia menghela nafas lalu mengangkat tangannya guna mengelus lembut rambut kelam adiknya walau sedikit kesusahan.

Merasakan sentuhan lembut di kepalanya, Iori menatap wajah kakaknya yang tengah tersenyum lebar.
"Tenang saja Iori. Manusia tak ada yang sempurna. Berbuat salah juga tak apa, yang penting jangan sampai kita mengulanginya lagi. Jadikan pelajaran agar tidak teledor kedepannya. Ya? "
Dengan wajah masih tertekuk, Iori menggangguk pelan. Mitsuki menghela nafas saat melihat raut wajah adiknya yang masih masam.

"Ayolah Iori... Mana senyum manisnya? " Kata Mitsuki dengan kedua tangan disamping pipi adiknya lalu dengan pelan jarinya menarik kedua pipi adik semata wayangnya.
"Niiu-syan... Syakit... Tyolong lepyaskan... "
Tawa muncul dari mulut Mitsuki saat mendengar ucapan tak jelas dari adiknya. Ia semakin mengencangkan cubitannya dengan senyum lebar terpatri di bibirnya.

"Senyum dulu, Iori" ucap Mitsuki dengan gemas tak lupa memainkan pipi adiknya. Dengan susah payah Iori melebarkan bibirnya membentuk senyuman yang mengundang hawa untuk menertawakan wajahnya.
"Niiu-syan... Syudah cyukup... Pipiuku syakit... " ujar Iori dengan sedikit tidak jelas. Mitsuki masih memainkan pipi Iori dengan senyum lebar dibibirnya tanpa memperdulikan wajah adiknya yang terlihat tersiksa.
"Sebentar lagi. Rasanya sudah lama kakak tidak memainkan pipimu seperti ini. Kenapa kau cepat sekali besar sih?! " kata Mitsuki dengan sedikit emosi, tangannya semakin gencar menarik dan menabok-nabok pipi adiknya. Iori yang wajahnya sudah tak berbentuk berusaha menjawab pertanyaan kakaknya.

"Tyidak tahyu.... Jyagan tanya akyu... "
"Iori... Bisa hentikan gaya bicaramu... Rasanya telinga kakak gatal dan geli mendengarnya"
"Kyalau begyitu... Lepyaskan tyagan Niiu-syan... "
"Tidak mau! Aku masih ingin memainkan wajah imut adikku ini! "
"Niiu-syan... "

Sementara itu di pojok ruangan yang sama...

"Sou-chan... Gimana? Udah kerekam semuanya kan? "
"Hooh... Tenang aja Tamaki-kun. Aman kok! "
"Siap... Mayan buat disebarin ama member lain. Rikkun pasti seneng nih, gara-gara koleksi 'aib' di handphone nya bertambah..."

______________________________________

UwU sih... Tapi geli juga kalo Iori gaya ngomongnya jadi kek Nagi :")

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top