🐼 7 🐼

Izinkan Aku Bawa Cinta Ini

Part / 7

||🌺🌺🌺||


Altha meremas kemudi mobilnya, ia merasa marah jika mengingat kejadian di sekolah tadi. Ia merasa dipermalukan, ia merasa direndahkan. Altha tidak terima, ia harus membalasnya.

Saat ini, ia tengah berada di dalam mobilnya. Berada di balik kemudinya menatap tak suka pada seseorang yang berada tepat di depan mobilnya. Meski jaraknya cukup jauh, Altha tahu siapa gadis yang tengah mengayuh sepeda anginnya itu. Siapa lagi kalau bukan Sisy?

Altha ingin membalas apa yang sudah Sisy lakukan padanya. Dan kini, Altha tengah membuntuti Sisy, menunggu waktu yang pas untuk membalas perlakuan Sisy. Perlakuan Sisy? Hey, perlakuan Sisy yang mana Altha?

Saat dirasa jalan mulai sepi, Altha segera menancap gas mobilnya. Ia ingin sedikit memberi pelajaran pada Sisy. Seperti ... menabrak Sisy mungkin. Sebuah seringai tercetak jelas di wajah Altha saat ia merasa kalau saat ini adalah waktu yang tepat.

Namun, baru saja mobilnya melaju, Sisy dan sepedanya sudah berbelok. Segala umpatan dan mengabsen semua nama binatang Altha keluarkan saat ia merasa gagal.

Namun, Altha tidak menyerah begitu saja. Ia pun kembali melajukan mobilnya berjalan ke arah di mana Sisy berbelok. Sebuah jalan kecil yang jika dilewati sebuah mobil, mobil itu tidak akan bisa melaju dengan cepat. Ia pun memutuskan memarkirkan mobilnya di bahu jalan, lalu turun dari mobilnya dan mulai mengikuti Sisy dengan berjalan kaki. Mungkin, menabrak Sisy dengan mobilnya harus ia urungkan saat ini. Mungkin lain kali.

Langkahnya terhenti kala Sisy memasuki pekarangan sebuah rumah. Altha mendekat untuk mengetahuinya lebih jelas. Sebuah rumah yang sangat kecil menurut Altha. Bagi Altha, rumah sekecil ini tidak pantas disebut sebagai rumah.

Karena bagi Altha, ini lebih mirip sebuah gubuk daripada rumah. Jika dibandingkan dengan kandang ayam milik sopirnya, sepertinya lebih baik kandang ayam sang sopir. Altha melihat Sisy menstandarkan sepeda anginnya. Seorang perempuan paruh baya Altha lihat keluar dari rumah kecil itu.

"Assalamualaikum, Bu." Altha mendengar jelas jika Sisy memanggil wanita itu sebagai ibu. Tidak salah lagi, itu pasti ibunya Sisy. Pikir Altha.

"Wa'alaikumsalam." Terlihat Sisy mencium punggung tangan ibunya. Melihat itu, Altha mengingat sesuatu. Kapan terakhir kali dirinya melakukan itu pada mamanya?

"Ibu, maaf. Tadi sebagian kuenya jatuh dan nggak bisa dijual." Altha tertegun mendengar ucapan Sisy. Mengapa Sisy tidak mengatakan yang sebenarnya pada ibunya? Mengapa Sisy tidak mengatakan jika sebenarnya kue-kuenya sudah dihancurkan oleh Altha dan yang lainnya. Sisy memberikan box kue pada ibunya yang berisikan kue-kue yang sudah hancur.

Sinta melihatnya sebentar, lalu pandangannya jatuh pada wajah putrinya. "Tapi kamu nggak papa, kan?" Altha melihat Sisy yang menggeleng. "Ya sudah. Kamu mandi dulu terus makan sana." Setelahnya, Sisy memasuki rumahnya.

Pandangan Altha jatuh pada etalase kecil di depan rumah Sisy. Ia melihat kue yang sama dengan kue yang Sisy jual si sekolah di dalam etalase itu. Dan juga sebuah banner yang bertuliskan jasa loundry. Entah dorongan dari mana, Altha melangkah mendekati rumah Sisy.
"Permisi," sapa Altha pada Sinta.

"Ya?" Altha tersenyum, ia menggapai tangan Sinta untuk ia cium. Membuat Sinta memandangnya bingung.
Sinta memandang Altha meneliti. "Temannya Sisy, ya?" tanya Sinta saat menyadari seragam yang Altha kenakan sama dengan seragam putrinya. Altha mengangguk dengan senyuman. "Mau cari Sisy?"

"Ah, enggak, Tante. Sa-saya mau beli kuenya," ucap Altha saat kembali melihat kue yang ada di dalam etalase. Sungguh! Ia pun tidak tahu apa yang ingin ia lakukan, tiba-tiba saja ia merasa sesuatu mendorongnya untuk mendatangi rumah Sisy.
"Oh, pasti nggak kebagian ya tadi." Sinta, mulai menyiapkan plastik pembungkus kue. "Mau kue apa?" tanya Sinta.

"Semuanya, Bu," jawab Altha.

"Semuanya?" Sinta terlihat terkejut. Menampakkan senyuman yang tak pernah Altha tunjukkan, Altha mengangguk. Tentu saja hal itu membuat Sinta merasa senang. Dengan semangatnya, ia mulai mengemas kue-kue yang ada di etalase.

"Tadi, kata Sisy kuenya jatuh. Mungkin karena itu adik nggak kebagian," ucap Sinta.
"Ibu percaya kalau kue itu jatuh?" tanya Ali.

Kegiatan Sinta terhenti, ia memandang Altha, merasa aneh akan pertanyaan yang diberikan Altha. Sinta tersenyum sebelum menjawab, "Percaya."

Sinta kembali melanjutkan kegiatannya, terlihat kue terakhir sudah di kemas. "Sisy itu nggak pernah bohong kalau sama ibu," ucapnya dengan senyuman. Sinta memberikan kue-kue yang sudah dibungkus rapi kepada Altha. "Ini. Terima kasih ya, Nak." Altha menerima kantong plastik yang diberikan Sinta.

"Berapa, Bu?"

"Seratus dua puluh ribu," jawab Sinta. Altha memberikan dua lembar uang berwarna merah pada Sinta.
"Sebentar! Ibu ambilkan kembaliannya dulu."

"Tidak usah, Bu. Buat Ibu saja kembaliannya." Mendengar itu, Sinta mengucapkan terima kasih berkali-kali pada Altha.
Tak ingin Sisy mengetahui keberadaannya, Altha dengan segera bergegas pergi dari rumah Sisy dengan sekantung kue di tangannya.

🌺🌺🌺

Altha memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. Meraih kantung berisikan kue yang ia beli dari ibunya Sisy, Altha memasuki rumahnya. Suasana yang dingin dan sepi Altha rasakan. Sebenarnya, bukan hal baru juga bagi Altha. Karena setiap harinya, inilah yang ia rasakan.
Meletakkan bungkusan berisi kue di atas meja, Altha menghempaskan tubuhnya pada sofa ruang tamu. "Bi Ira," panggilnya.

Seorang wanita tua paruh baya muncul dari arah dapur. "Den Al? Den Al sudah pulang? Mau minum apa, Den?" tanyanya dengan semangat. Karena tidak biasanya, Tuan mudanya ini pulang ke rumah di saat hari masih siang.

"Sini deh, Bi." Bukannya menjawab pertanyaan yang diajukan padanya, Altha malah meminta Bi Ira untuk mendekat ke arahnya.

Tak menunggu waktu lama, Bi Ira segera mendekati Tuan mudanya. Ia mendudukkan dirinya pada karpet di sebelah kaki Altha, membuat Altha berdecak akan itu. "Apaan sih, Bi? Sini duduk sama Al." Altha mendudukkan Bi Ira di sampingnya. Altha yang memang sudah dirawat oleh Bi Ira sedari kecil, membuatnya bisa lebih dekat dengan Bi Ira. Sehingga Altha menganggap Bi Ira adalah ibu keduanya.

Altha meraih kantung plastik di atas meja. "Nih, Bi. Al tadi beli kue. Cobain." Bi Ira meraih satu kue dan memakannya. "Enak?" tanya Altha.
"Enak, Den. Beli di mana?" tanya Bi Ira yang masih memakan kuenya.
"Teman Al yang jual, Bi." Teman? Sejak kapan Altha menganggap Sisy temannya? Bahkan yang ada, ia selalu benci jika bertemu hadis itu.
"Bi, Al mau ngomong." Altha tampak menimang apa yang akan ia ucapkan.

"Sebenarnya gini, Bi. Tadi teman Al yang dagang kue ini, dagangannya Al hancurin sampai nggak bisa di jual lagi."

"Astagfirullah! Kenapa begitu, Den?" Altha memejamkan mata mendengar ucapan Bi Ira.

"Ada masalah gitu lah, Bi. Terus, Al ikutin dia sepulang sekolah sampai rumahnya. Saat di rumahnya, dia bilang sama ibunya kalau kuenya itu jatuh. Bukan karena dirusak sama Al. Kenapa dia seperti itu ya, Bi?" tanya Altha penasaran.

Bi Ira tersenyum. "Itu karena teman Den Al tidak mau memperpanjang masalahnya. Atau juga dia tidak mau ibunya merasa khawatir karena anaknya mendapat perlakuan buruk di sekolahnya," jelas Bi Ira.
"Tapi, kata ibunya dia nggak pernah bohong sama ibunya. Padahal, apa yang dia ucapkan tadi kan kebohongan, Bi."

Lagi-lagi Bi Ira tersenyum. "Den Al, berbohong memang tidak dianjurkan. Tapi, ada kalanya kita membutuhkan hal itu dalam keadaan tertentu." Bi Ira mengatakan hal itu dengan lembut. Berusaha menjelaskan sebaik mungkin agar Tuan mudanya mengerti.

"Mungkin, teman Den Al tidak suka yang namanya keributan." Altha mencerna baik-baik ucapan Bi Ira.
"Apa yang harus Al lakukan, Bi?" tanya Altha dengan nada lirih.
"Bibi tahu Den Al adalah orang baik. Kalau semisalnya Den Al meminta maaf sama temannya, mau? " Altha menunduk mendengar ucapan Bi Ira.

Meminta maaf? Setelah Sisy mempermalukannya? Tidak. Tidak ada kata maaf di kamus Altha. Apalagi, perkataan Sisy di sekolah tadi benar benar membuat Altha merasa dipermalukan. Tanpa kata, Altha bangkit dan meninggalkan Bi Ira menaiki tangga ke kamarnya. Bi Ira, ia hanya bisa menggeleng dan tersenyum.

||🌺🌺🌺||

Senin pagi.

Mom up lagi ☺️☺️☺️☺️

yang suka rela vote dan comment silahkan.

Jangan lupa juga,
Follow Ig mom ya

evi_edha94.

Ok 👌👌👌👌😉

🐼Salam🐼
🍓EdhaStory🍓
💔💔💔💔💔

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top