🐼 16. 🐼


Part / 16

||🌺🌺🌺||


Setelah menemani Sisy di rumah sakit, Naira pun akhirnya meminta izin untuk pulang. Dikarenakan waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, keadaan jalan sudah nampak sepi. Jalan yang ia lalui sangat lancar. Naira pun memilih untuk memejamkan matanya sembari menyandarkan kepala pada sandaran kursi mobilnya untuk mengurangi rasa lelahnya.

Hingga ketenangan yang baru saja ia dapat harus terganggu saat merasakan mobil yang ia tumpangi berhenti. "Ada apa, Pak?" tanya Naira pada supirnya.

"Anu, Non. Ada orang yang menghalangi mobil kita." Naira melihat ke depan dan melihat beberapa motor sudah menghadang mobilnya. Ada sekitar lima orang di sana. Kelima orang itu pun, mulai mendekati mobil Naira.

"Pak, perasaan saya nggak enak. Bapak jangan keluar." Naira berucap dengan suara yang sedikit bergetar. Menandakan ia merasa takut. Bohong memang jika ia tidak merasakan takut.

"Hey, buka kacanya." Suara dari salah satu orang itu terdengar bersamaan dengan ketukan di kaca mobil. Membuat Naira semakin dilanda perasaan takut.

"Pak, mereka mau apa?" tanya Naira. Matanya tak lepas dari orang yang baru saja mengetuk kaca mobil sembari berteriak.

"Hey, buka kacanya atau gue pecahin, nih," ancam orang itu kembali.

"Non, saya harus keluar."

"Jangan, Pak. Bahaya. Nanti Bapak kenapa-napa."

"Ayo keluar!" teriak orang itu lagi.

"Kalau kita nggak nurutin mereka, nanti Non malah celaka."

"Tap—" Supir Naira memberanikan diri untuk keluar mobil. Mencoba menghadapi mereka.

Namun tidak disangka, salah satu yang lainnya membuka pintu mobil bagian belakang. Membuat Naira terkejut seketika. Tak mampu melawan saat ia dipaksa keluar dari mobilnya.

"Ada ceweknya," ucapnya saat berhasil membuat Naira keluar dari mobil.

"Jangan. Jangan apa-apakan majikan saya," ucap supir Naira. Kelima orang itu hanya tertawa. Hingga saat salah satunya memekik kesakitan, saat itulah mereka menghentikan tawa mereka.

Keempat orang itu menatap seseorang yang baru saja membuat teman mereka kesakitan. Seorang pemuda dengan tatapan tajamnya membuat keempatnya bungkam.

"Pergi, sekarang!" tekan pemuda itu penuh peringatan. Sontak saja kelima orang itu pergi begitu saja, dengan salah satu dari mereka yang masih menahan rasa sakit. Mereka tahu siapa pemuda itu. Salah satu keturunan orang paling berpengaruh di kota ini.

"Non nggak papa?" supir Naira membantu Naira yanga sempat terjatuh untuk berdiri.

Naira menatap pemuda itu yang berlalu. Mengingat ia yang belum mengucapkan terima kasih membuat Naira mengejar pemuda itu.

"Tunggu!" teriak Naira yang masih mengejar pemuda itu.

"Tunggu dulu," ucapnya lagi saat Naira berhasil menggapai tangan pemuda itu. Apa yang Naira dapat? Hanya tatapan datar saja.

"Terima kasih karena lo udah nolongin gue." Ucapan Naira hanya dibalas gumaman saja lalu pergi meninggalkan Naira. Membuat Naira tidak merasa puas akan respons yang ia terima.

"Gue traktir minum untuk tanda terima kasih." Pemuda itu tetap melangkah.

"Makan?" Langkah kaki pemuda itu berhenti. Membuat senyum Naira terbit.

"Nggak usah. Nggak butuh." Senyum yang sebelumnya mengembang kini berganti menjadi raut kesal di wajah Naira.

"Heh! Dasar cowok sombong. Angkuh. Kayak patung. Nggak ada ekspresi. Muka datar!" teriak Naira yang tetap tak mendapatkan respons sama sekali.

Hingga kemudian Naira mengingat sesuatu. "Hey, Dani. Gue tahu, ya kalau yang ngurung Sisy di gudang itu sepupu, lo. Kalian emang manusia tega. Nggak punya hati. Setan. Tetesan iblis." Pemuda yang sebenarnya Dani itu menghentikan langkahnya kembali.

"Dari pulang sekolah hingga saat ini, gue sendiri. Belum gabung sama Ali." Dani kembali melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Naira yang semakin dibuatnya kesal.

"Ih, tuh cowok." Naira mengepalkan tangannya di depan wajah sembari menghentakkan kakinya.

"Non, ayo kita pulang saja. Dari pada nanti kelima orang tadi kembali." Merasa apa yang dikatakan supirnya benar, Naira pun segera memasuki mobil dan meninggalkan tempat itu.

🌺🌺🌺

Ali sudah tak sabar untuk kembali mengerjai Sisy. Dengan semangatnya, ia dan ketiga temannya melangkah menuju ke arah kantin di istirahat pertama ini. Namun, apa yang ia cari tidak ia temui. Ali melihat Naira sahabat Sisy yang tengah duduk bersama Digo dan yang lainnya. Akan tetapi, ia tidak mendapati keberadaan Sisy.

Merasa penasaran, Ali pun mendatangi tempat duduk mereka. "Waw, sekumpulan para pecundang." Ucapan Ali sama sekali tak mereka hiraukan.

"Mana si upik abu?" tanya Ali sembari meneliti wajah-wajah yang duduk di meja itu.

"Kenapa pada diem bae dah?" Liam turun menimpali. "Pada bisu apa ya?" Lagi. Tidak ada yang menghiraukan sama sekali.

"Katanya murid teladan, tapi suka bolos juga, ya si upik abu." Ucapan Ali kali ini membuat Naira geram. Naira mencoba bangkit untuk menyumpal mulut Ali namun pergerakannya di tahan oleh Digo yang kebetulan duduk di sampingnya.

"Ternyata mereka beneran bisu, Li." Liam berbisik pada Ali namun bisikan itu dapat didengar semuanya.

Naira hanya bisa menghembuskan nafas dalam untuk mengontrol emosinya. Ia hanya bisa memberi lirikan tajam pada Ali dan teman-temannya. Hingga lirikannya sampai pada Dani yang malah dibalas satu tarikan alis oleh Dani.

"Kalian sudah semua, kan? Kita balik ke kelas aja, yuk!" Semua mengangguki ucapan Digo.

Naira yang memang berada paling dekat dengan Ali Cs, sengaja menabrakkan bahunya pada bahu Ali. Berniat untuk memberi peringatan pada Ali. Sayangnya, malah ia sendiri yang merasa sakit pada pundaknya. Belum lagi badannya yang terhuyung ke depan membuatnya melotot. Meratapi nasibnya yang sebentar lagi akan mencium lantai.

Tapi, gerakan tak terduga dari seseorang mengejutkannya. Dani memeluk pinggangnya menghalau tubuhnya agar tidak terjatuh. Mendapatkan hal itu, tidak sama sekali membuat Naira bersyukur. Belum lagi saat ucapan Dani yang membuatnya semakin menumbuhkan tanduk di kepalanya.

"Berhentilah bersikap ceroboh dan berhentilah membahayakan diri," ucap Dani tanpa ekspresi.

Segeralah Naira melepaskan diri dari rengkuhan Dani. "Serah gue. Hidup-hidup gue." Naira berucap ketus. Setelahmya, Naira pun pergi.

"Shitt." Siapa sangka, jika sebelum pergi, Naira menyempatkan diri untuk menginjak kaki Dani. Menjulurkan lidah, dan lari begitu saja. Bermaksud untuk mengejek Dani.

🌺🌺🌺

Hari berikutnya masih sama. Ali masih mencari keberadaan Sisy dengan dalih ingin mengerjai Sisy. Lagi, hal yang ia cari, tidak ia dapati. Sisy, masih tak terlihat olehnya di saat ia melihat keberadaan teman-teman Sisy.

Hingga di hari ketiga, ia melihat keberadaan Sisy di salah satu bangku kantin bersama teman-temannya. Ada senyum terbit di bibirnya. Senyum yang sebenarnya memiliki rasa berbeda. Seperti senyum kelegaan akan penemuan suatu hal. Akan tetapi, Ali selalu menepisnya.

"Kalian mau makanan gratis?" tanya Ali pada ketiga temannya.

"Weh, ya mau lah." Danish tentu saja bersorak paling keras jika mengenai makanan gratis.

"Noh, lihat," tunjuk Ali pada salah satu bangku yang diduduki oleh Sisy dan teman-temannya.

"Kita jarah makanan mereka." Ali memandang ketiga temannya dengan senyum devil. Tentu saja Liam dan Danish mengangguk antusias. Yang penting bagi keduanya, makan gratis. Sedangkan Dani, ia hanya tersenyum dengan gelengan kepalanya.

"Mulai jatuh cinta," ucap Dani lirih saat Ali dan Liam beserta Danish telah berlalu. Ia pun segera mengikuti ketiganya.

Ali mendudukkan dirinya di antara Sisy dan Digo. "Boleh gabung, kan?" Pertanyaan Ali tak sama sekali mendapat jawaban dari semuanya. Lagi, ia dianggap tidak ada. Tapi tak mengapa bagi Ali. Asal ia bisa menjaili Sisy, ia sudah cukup senang.

Sedang di seberang meja, Naira nampak memasang wajah malaikat pencabut nyawanya saat mendapati Dani duduk di sampingnya. "Kenapa?" tanya Dani santai yang sudah berani meminum es milik Naira.

"Ngapain sih, lo duduk di sini?" Dani hanya mengedikkan bahunya acuh.

Makanan yang dipesan Digo dan yang lainnya datang, membuat Ali mengedipkan matanya pada Liam dan Danish seolah memberi kode. "Waduh, pas banget, nih. Gue laper," ucap Ali seraya meraih bekal Sisy. Siay sempat terkejut, namun tatapan tajam Ali membuatnya bungkam.

Liam dan Danish, mereka mengambil alih makanan milik Digo dan salah satu temannya. Jangan tanyakan makanan siapa yang Dani ambil.

Masih, semua tetap diam. Melihat itu pun, Ali yang mengira akan mendapat protesan dari Digo atau yang lain merasa heran. Tidak ada salah satu pun yang memprotes tingkahnya. Malah, ia melihat Digo yang memilih bangkit dari tempat duduknya.

Satu sudut bibir Ali tertarik. Biarlah, Ali lebih suka jika Digo pergi dari sekitarnya dan Sisy.

Eh,

Tunggu. Yang ia maksud adalah pergi dari sekitarnya. Tidak ada sangkut pautnya dengan Sisy.

Dugaan Ali kembali salah. Tidak lama kemudian, Digo sudah kembali dengan dua kantong plastik di tangannya. "Gue udah beli makanan. Dibungkus. Kita makan di kelas aja."

Tatapan Digo beralih pada Sisy. "Kakak juga sudah beliin kamu. Kita ke kelas aja." Sisy dan yang lainnya mengangguk. Membuat Ali meliriknya tajam. Mereka semua kecuali Ali dan ketiga temannya bangkit.

Sebelum berlalu, Digo menatap Ali sejenak. "Nggak papa, Li. Lo makan aja bekal Sisy. Dia ikhlas, kok. Cuman, gue heran aja. Gue masih ingat betul kalau dulu lo pernah bilang kalau lo nggak bakal sudi makan makanan buatan Sisy. Jangankan makan, ngelihat aja lo ogah. Ya, kan?" Digo menepuk pundak Ali sebentar dan kemudian berlalu. Tak lupa juga tangan yang menggandeng tangan Sisy.

Sisy, ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya melihat suasana ini. Ia memilih diam dari pada memperkeruh suasana.

"Shitt." Umpatan itu terdengar dari Dani yang kembali mendapatkan injakan kaki dari Naira. Naira tertawa dan menjulurkan lidah sebentar sebelum berlari menyusul Digo dan yang lainnya.

Mereka meninggalkan Ali yang memandang tak suka pada Digo. Jangan lupakan tangan Ali yang menggenggam sendok dengan kuat. Mengisyaratkan kemarahannya. Mengisyaratkan kebenciannya semakin besar pada Digo dan—Sisy.

||🌺🌺🌺||

Selamat malam. Cuma mau memberitahukan nih. Cerita ini akan terbit. 😍😍😍😍😍

Akan ada sedikit perubahan nantinya. Untuk sekarang, ikuti terus ya jalan ceritanya.

Spam kalau typo
😉😉😉😉😉

Lope you all.
😘😘😘😘

🐼 Salam 🐼
🍓EdhaStory 🍓
💔💔💔💔💔

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top