🐼 15 🐼
Part 15
||🌺🌺🌺||
Naira keluar dari minimarket setelah ia membeli minuman. Saat membuka pintu mobil, sopirnya berkata, "Non, ponselnya bunyi beberapa kali."
Naira meraih ponselnya dan melihat panggilan dari Sisy yang begitu banyak. Merasa ada yang penting, Naira berniat menghubungi Sisy kembali. Namun, ponselnya kembali berdering yang menampakkan dari Sisy.
Naira segera meraihnya. Belum sempat ia berbicara, suara Sisy sudah terdengar. "To—tol—long guda—ng ak—" belum juga ia mendengar sepenuhnya ucapan Sisy, Naira mendengar suara sesuatu terjatuh. Mungkin itu adalah ponsel Sisy. Karena setelah suara itu terdengar, panggilan itu terputus.
"Pak, ke sekolah cepet!" pintanya pada sang sopir. Naira bukanlah orang bodoh yang harus berulang kali berpikir untuk mengartikan apa ucapan Sisy yang terbata. Sisy meminta tolong padanya, dan gudang, itu pasti adalah tempat keberadaan Sisy.
Untungnya ia masih berada di dekat sekolahnya. Naira yang biasanya menggerutu karena rasa haus mengharuskannya mampir di minimarket, kali ini ia merasa bersyukur akan hal itu.
"Cepet pak!" Rasa khawatir tercetak jelas di wajahnya. Naira langsung turun dari mobil saat mobil sudah sampai di depan gerbang. Bahkan sebelum mobil berhenti pun, Naira sudah membuka pintunya.
Naira segera berlari memasuki gerbang tanpa menutup pintu mobil. Ia melihat Digo yang berjalan ke arahnya. "Naira. Ka—" tanpa ingin mendengar ucapan Digo, Naira menarik tangan Digo begitu saja. Membuat Digo mau tak mau mengikutinya.
"Naira. Mau ke mana?" tanya Digo tang masih mengikuti larinya Naira.
"Nolongin Sisy, Digo. Sisy ada di gudang." Mendengar itu, Digo segera mempercepat larinya. Bahkan, saat ini ialah yang berada di depan Naira.
Saat sampai di sana, keduanya melihat pintu gudang yang terpasang gembok. Ada kunci yang menggantung di gemboknya. Segera lah Digo membuka gembok itu dan membuka pintu gudang.
Keduanya terkejut melihat Sisy yang tak tergeletak di bawah. Digo mendekati Sisy dan memepuk pelan pipinya.
"Sisy," panggil keduanya. Digo melihat kelopak mata Sisy yang bergerak.
"Kak ...." ucap Sisy lemah.
"Bawa segera ke rumah sakit, Go." Diraihnya tubuh Sisy oleh Digo dan membawanya keluar dari gudang.
"Mobil aku, Go" Digo berlari membawa tubuh lemah Sisy menuju mobil Naira.
"Rumah sakit terdekat, Pak!" pinta Naira.
"Baik, Non." Supir Naira melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat. Sepanjang perjalanan, Digo berusaha untuk membuat Sisy tetap sadar.
🌺🌺🌺
Ali, Liam dan juga Danish memasuki apartemen Ali dengan tawa mereka
Suara tawa yang saling bersahutan membuat Dani yang tengah asyik dengan PSnya mengalihkan pandangannya pada teman-temannya yang baru saja datang.
"Seneng bener kalian," ucap Dani pada ketiganya. Dani kembali mengalihkan atensinya pada permainan gamenya.
"Ya pasti lah. Apalagi si Ali, nih," jawab Danish yang sudah mendudukkan dirinya di samping Dani.
Dani menarik salah satu bibirnya sembari berucap, "Pasti habis ngerjain Sisy lagi," tebak Dani yang sesuai sasaran.
"Kok tau, sih?" tanya ketiganya secara bersamaan. Sesaat kemudian, ketiganya tertawa dengan tingkah konyol mereka. Dani, selalu setia dengan gelengan kecil dsn senyum tipisnya.
"Kali ini, kalian apain lagi tuh anak?" Tangan Dani masih setia dengan Stik di tangannya.
"Coba tebak," ucap Danish dengan menaik turunkan alisnya.
"Nggak guna," balas Dani dengan senyum miringnya.
"CK, Ada Dani nggak asyik," ucap Liam dengan nada manjanya. Seolah tengah merajuk pada Dani.
"Jijik, Yam." Danish melempar Liam dengan kulit kacang bekas Dani yang malah membuat Liam tertawa lebar.
Pandangan Danish kini beralih pada Dani kembali. "Kita, baru aja ngunciin Sisy di gudang sekolah," ucap Danish. Membuat Dani menghentikan permainannya seketika. Mengalihkan pandangannya pada dua orang yang masih tertawa.
Sesaat kemudian, Dani menatap tajam Ali yang baru saja kuat dari kamar mandi. "Lo gila!" ucap Dani tajam.
Ali yang mendapatkan ucapan tajam Dani merasa bingung. "Lu kunciin anak orang di dalam gudang? Itu bahaya, Li."
"Nanti sore gue bukain, kok," ucap Ali santai. Ali merebahkan tubuhnya di atas kasur yang semakin membuat Dani geram.
"Mending lo bukain dia."
"CK. Nanti aja lah." Dani sudah habis kesabaran. Ia menarik Ali begitu saja dan menyeretnya keluar.
"Mau nggak mau, Lo bukain sekarang."
"Iya-iya. Nggak usah tarik-tarik juga kali, gue bisa jalan sendiri." Ali mengikuti Dani yang keluar dari apartemennya. Melihat itu, Danish dan Liam otomatis mengikuti keduanya.
🌺🌺🌺
Digo memandang sendu Sisy yang saat ini terbaring lemah di atas brankarnya. Digo masih belum percaya sepenuhnya tentang keadaan Sisy saat ini. Digo meremas tangan Sisy pelan, dan semua itu, tak luput dari pengamatan Naira yang duduk di sisi lain brankar.
Awalnya, dokter yang menangani sisy tak memberi tahu Digo tentang penyakit Sisy di karenakan Digo bukan lah keluarga Sisy. Namun, Digo tetap memaksanya. Setelah melalui perdebatan alot, akhirnya Digo mengetahui semuanya.
Sungguh, Digo tak habis pikir. Penyakit berbahaya itu bisa bersarang di tubuh mungil Sisy. Menggerogoti dan mengancam nyawa Sisy.
Kenapa harus Sisy? Pertanyaan itu tak lelah memenuhi pikirannya. Gadis yang ia kenal baik hati dan ceria itu, tengah berada di dalam kerapuhan. Kapan saja, bisa terjadi sesuatu yang buruk padanya.
Contohnya, kejadian tadi. Terlambat sedikit saja Naira datang, mungkin Digo akan kehilangan Sisy. Pandangan sendu itu kini berubah menajam. Satu nama terbesit dalam pikirannya mengenai pelaku yang dengan tega mengurung Sisy di gudang. Setelah ini, ia tidak akan memberi ampun lagi padanya.
"Keadaan Sisy, baik-baik aja, kan, Dig?" Pertanyaan Naira membuatnya tersadar dari lamunannya.
Menarik nafas dalam, Digo pun menjawab, "Dia cuma kelelahan aja, kok Nai." Kebohongan lah yang saat ini bisa Digo katakan pada Naira. Memberi tahu kondisi Sisy pada Naira bukanlah ranahnya. Sekalipun Naira adalah sahabat Sisy. Digo pun juga yakin, jika Sisy pasti tidak menginginkan orang lain mengetahui tentang penyakitnya.
Digo beralih menatap Naira. "Lo udah hubungi Ibunya Sisy?" tanya Digo.
"Udah. Mungkin sebentar lagi." Keduanya menoleh pada Sisy saat mendengar suara rintihan. Mereka melihat Sisy yang mulai tersadar.
"Sisy?" Digo menahan Sisy agar tidak bangun terlebih dahulu.
"Lo tiduran aja, Sy. Baru sadar juga," ucap Naira yang sepertinya merasa jengkel akan kelakuan Sisy.
"Ada yang sakit? Atau ada yang kamu butuhkan?" tanya Digo.
"Minum." Digo segera meraih gelas dan membantu Sisy untuk meminumnya. Setelahnya, Sisy kembali terbaring.
"Si, Kakak mau tanya." Sisy mengangguk. "Apa yang ngiring kamu di gudang Ali dan yang lainnya?" tanya Digo tanpa basa-basi.
Naira yang mendengar pertanyaan Digo segera merutuki dirinya. Kenapa hal itu tidak terpikirkan olehnya sedari tadi. Sisy, ia cukup terkejut dengan dugaan Digo yang tepat sasaran.
"Jawab, Sy. Biar gue abisin tuh orang," ucap Naira bersemangat. Membuat Sisy dapat menetralkan rasa terkejutnya.
"Bukan, Kak," jawab Sisy. Sisy tahu, jika ia mengatakan yang sejujurnya, pasti Digo dan Ali akan kembali bertengkar. Sisy tidak ingin ada yang pertengkaran yang disebabkan dirinya.
"Kamu yakin?" tanya Digo dengan tatapan memicingnya. Tatapan yang membuat Sisy menjadi kikuk.
"Iya, Kak." Tak ingin lagi merasa tersudut, Sisy beralih menatap Naira. "Terima kasih, ya Ra. Udah nolongin aku."
"Digo juga," ucap Naira yang berniat menggoda.
"Terima kasih, Kak." Digo hanya mengangguk sekilas. Jujur, ia tak percaya dengan jawaban Sisy. Ia akan memastikannya sendiri.
🌺🌺🌺
Ali dan ketiga temannya telah sampai di sekolah. Mereka segera menuju ke gudang belakang sekolah untuk melihat Sisy. Empat orang itu melihat pintu yang sudah terbuka dari kejauhan. Membuat mereka berlari setelahnya.
"See? Dia udah diselametin orang," ucap Ali setelah mereka memeriksa gudang dan tak mendapati keberadaan Sisy.
Dani menatap Ali tajam. "Kelakuan Lo kali ini udah keterlaluan, Li. Gue harap, Lo nggak bakal nyesel nantinya," ucap Dani tajam. Setelahnya, Dani memilih pergi meninggalkan ketiganya begitu saja. Membuat ketiganya memandang tak mengerti pada Dani.
||🌺🌺🌺||
Mom back.
Typo spam ya.✌️✌️✌️
Lope you all
Jangan lupa tekan lovenya.
Komentarnya apalai
🐼Salam🐼
🍓 EdhaStory🍓
💔💔💔💔💔
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top