🐼 14 🐼
Part 14
||🌺🌺🌺||
Ali memandang tak suka keberadaan Digo dan Sisy saat ini. Melihat tautan kedua tangan mereka, ingin sekali Ali menghampiri keduanya dan menyeret Sisy untuk menjauhkan Sisy dari Digo.
Baru saja kakinya melangkah, deringan ponselnya membuat Ali mengurungkan niatnya. Ia raih ponselnya yang berdering tanpa henti itu. Tanpa melihat siapa nama si pemanggil, Ali langsung menerimanya. Karena ia yakin, pasti itu panggilan penting. Mengingat deringan nya tak berhenti sama sekali.
"Ha—" Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, suara seseorang di seberang sana sudah menyelanya.
"Tolongin gue. Markas gue diserang musuh gue," ucap orang di seberang tanpa basa-basi. Ali berdecak.
"Tunggu di sana!" titah Ali yang langsung memutuskan panggilannya.
"Kenapa, Li?" tanya Dani.
"Kita tolongin Zigas. Markasnya diserang." Ali menatap sekilas Digo dan Sisy yang saat ini berlalu. Antah kemana keduanya akan pergi dengan tangan yang masih saling bertautan. Yang jelas, Ali akan memberi pelajaran akan sikap keduanya.
Hey, kenapa Ali harus seperti itu? Apa yang salah dari tautan tangan Digo dan Sisy?
Ali dan ketiga temannya segera berangkat menuju markas Zigas dan membantunya. Ali memang tidak mempunyai kelompok besar seperti Zigas dan kelompok lainnya di kota. Ayolah, Ali malas melakukan hal itu. Akan tetapi, beladiri Ali dan ketiga temannya cukup terkenal kepiawaiannya. Sehingga tak jarang Ali akan dimintai bantuan dalam masalah penyerangan. Akan tetapi, Ali pun juga akan memilih siapa yang akan ia bantu.
Keempatnya telah sampai di markas kelompok Zigas setelah menempuh waktu lima belas menit. Tentu saja dengan mereka yang mengendarai motor mereka dengan kecepatan tinggi.
Keadaan sudah sangat riuh saat mereka sampai di markas kelompok Zigas. Ali mengedarkan pandangannya dan menemukan Zigas yang tengah kewalahan melawan tiga orang sekaligus. Ali kenal ketiganya, ketiganya adalah ketua dari tiga kelompok yang berbeda. Sepertinya, musuh Zigas membentuk koalisi.
"Sepertinya, musuh Zigas yang menyerang saat ini lebih banyak," ucap Liam yang masih setia menyender pada motornya.
"Ya. Tiga kelompok sekaligus," ucap Dani sembari menyugar rambut dengan jarinya. Liam dan Danish menatap Dani secara bersamaan. Seolah mengerti, Dani menunjuk keberadaan Zigas yang tengah melawan tiga orang pemimpin dari kelompok berbeda.
"Pantesan," ucap Liam dan Danish secara bersamaan.
"Kalian atasi yang lain. Biar gue yang bantu Zigas!" titah Ali. Keempatnya pun berpencar untuk membantu Zigas dan kelompoknya.
Ali memukul seseorang yang ingin memukul Zigas dari belakang. Zigas tampak tersenyum melihat kehadirannya. Keduanya sama-sama menempelkan punggung untuk saling melindungi.
"Kelamaan lo," ucap Zigas yang masih memasang kuda-kudanya.
Tak merasa tersinggung, sembari menyisir rambut dengan jari Ali berucap, "Sorry. Lo tau, kan gue artis di sekolah. Ada beberapa cewek yang harus gue layani saat mereka minta tanda tangan gue." Zigas hanya mendengus saat mendengar bualan Ali.
"Maheshali," ucap seseorang yang Ali ketahui bernama David. Ketua kelompok retro. "Gue nggak nyangka Maheshali akan turun tangan membantu cecunguk ini," ucapnya dengan menunjuk Zigas. Zigas, ia hanya memutar bola matanya.
Masih dengan gaya santainya, Ali pun menjawab, "Gue, kan nggak suka pengeroyokan. Apalagi pengeroyokan yang dilakuin pengecut kayak lo pada. Menyerang tanpa ada persetujuan tawuran, meminta bantuan kelompok lain ...," Ali berdecak sembari menggelengkan kepala. "persis kucing jalanan yang nyolong ikan asin di rumah gue lewat belakang. Sampah!" tekan Ali dengan memandang tajam ketiganya.
Ketiganya mulai geram akan ucapan Ali. Tak menunggu lagi, ketiganya mulai menyerang bersamaan. Bagi Ali dan Zigas, mereka berdua sudah cukup untuk melawan ketiga begundal tak diundang itu. Dengan gerakan gesit, Ali dan Zigas sama-sama melawan musuh mereka dengan tetap saling melindungi satu sama lain.
Tawuran sengit itu terjadi tidak terlalu lama, setelah Ali dan ketiga temannya datang, Zigas cukup terbantu untuk mempertahankan wilayahnya.
"Mundur," ucap David saat ia melihat penyerangannya tak sesuai ekspetasinya. Sebagian besar orang yang ia bawa pun, sudan tampak kelelahan.
Ali dan Zigas yang mendengar teriakan David tersenyum miring. Mereka menatap satu persatu musuh yang melangkah mundur hingga tak tersisa lagi di halaman markas kelompok Zigas.
Satu tepukan Zigas daratkan pada pundak Ali. "Thanks, ya udah bantuin kelompok gue."
"Santai aja." Ali menatap ketiga temannya yang berjalan mendekat ke arahnya. Ketiganya dalam kondisi yang tak jauh berbeda. Beberapa luka lebam terukir di wajah mereka.
"Kalian masuk aja dulu. Nanti gue panggilin dokter untuk obatin luka kalian," ucap Zigas merasa tak enak akan kondisi Ali dan ketiga temannya.
"Kuy lah. Gue juga laper." Danish mengusap perutnya dan memasang wajah kelaparan.
"Kalian aja. Gue mau ada urusan."
"Ke mana, Li?" tanya Zigas.
"Udah dibilang gue ada urusan. Gue cabut dulu." Ali berlalu dari tempat itu. Sayup-sayup Ali masih bisa mendengar suara Zigas yang berteriak padanya untuk mengucapkan terima kasih.
Tanpa berbalik, Ali hanya mengangkat jari jempolnya. Segera ia menaiki motornya untuk menuju suatu tempat.
🐰🐰🐰
Masih dengan beberapa luka lebam di wajahnya, Ali memarkirkan mobilnya tak jauh dari rumah Sisy. Setelah siang tadi ia tak mendapati Sisy di rumahnya, kini ia kembali lagi untuk mencari Sisy.
Baru saja ia akan turun dari mobilnya, namun niatnya urung kala ia melihat mobil yang ia ketahui siapa pemiliknya.
Ali menatap tajam saat seorang laki-laki seusianya keluar dari mobil itu. Itu adalah Digo. Pandangannya semakin menyiratkan ke tidaksukaan saat Digo membuka pintu sisi mobil lainnya dan memperlihatkan sisy yang baru saja turun dari mobil itu.
Terlihat keduanya masih berbicara di samping mobil Digo. Karena posisi mobil Ali yang sedikit jauh, Ali tidak dapat mendengar apa yang keduanya bicarakan.
Tak lama, Digo memasuki mobilnya dan pergi dari kediaman Sisy. Segeralah Ali turun saat melihat Sisy akan melangkah menuju rumahnya.
"Enak, ya jalan berduaan?" Suara Ali menghentikan langkah Sisy. Sisy segera menoleh dan cukup terkejut dengan keberadaan Ali di belakangnya. "Sejak kapan?" pikirnya
"Kak Ali?" cicit Sisy.
"Enak, ya jalan berdua," ulang Ali. "sampai lupa waktu dan pulang jam segini," sambungnya kemudian.
"Eh?" Sisy mengerjap polos.
"Ck. Nggak usah berlaga nggak ngerti. Habis dari mana, lo sama Digo?" tanya Ali kemudian.
"Ah, i—itu. Kak Digo ngajak aku ke rumahnya untuk ketemu sama Mamanya," jawab Sisy yang sukses membuat Ali melotot.
"Wah, udah seserius itu, ya hubungan kalian?" Sisy mengerjap seakan mengerti arah pembicaraan Ali.
"Eh, Kak Ali sa—"
"Dah lah. Lo udah balik. Kalau gitu gue udah selesai. Masuk sana! Ibu lo nungguin, tuh."
"Kak Ali," panggil Sisy. Namun, Ali mengindahkannya. Ali segera memasuki mobilnya dan berlalu dari sana. Meninggalkan Sisy yang masih memandang bingung ke arah kepergian Ali.
🐰🐰🐰
Di jam pulang ini, Sisy berjalan sendirian di koridor sekolah. Seperti biasa, ia selalu menampakkan senyumnya.
"Hay Sisy!" Sapaan itu membuat Sisy menoleh pada dua cowok yang saat ini duduk di undakan tangga.
"Liam? Danish?" Sisy memandang aneh keduanya yang memasang cengiran nya. "Ada apa?" tanya Sisy.
Danish dan Liam bangkit. Mereka menghampiri Sisy dengan senyuman mereka. "Ikut kita yuk!"
"Kemana?"
"Udah, ikut aja!" Danish dan Liam menarik tangan Sisy begitu saja. Membuat Sisy mau tak mau mengikutinya.
Sisy merasa bingung saat ia dibawa ke belakang sekolah. Tak lama, ia melihat keberadaan Ali yang tengah menyandarkan badannya pada dinding. "Mau kemana ini?" tanya Sisy dalam hati.
Ali yang melihat kedatangan kedua temannya dengan Sisy yang mereka tarik membuatnya tersenyum. Segera ia menegakkan tubuhnya untuk menghadap Sisy.
"Kak Ali?" Ali meraih tangan Sisy dan menggenggamnya. Katakan. Gadis mana yang tidak akan merasa bahagia saat laki-laki yang ia cintai menggenggam tangannya. Begitu pula dengan Sisy. Ada rasa hangat yang menjalar di tubuhnya. Tanpa kata, ia mulai mengikuti Ali yang berjalan sembari menggenggam tangannya.
Hingga saat ia dan Ali masuk ke dalam gudang, Sisy mulai merasa aneh. Rasa takut kini mulai hinggap di dirinya. "Ali, kita ngapain di gudang?" tanya Sisy dengan suara lirih.
"Nggak ngapa-ngapain. Cuma mau kunciin lo di gudang," ucap Ali cepat. Ucapan Ali disertai dengan Ali yang mendorong Sisy hingga membuat Sisy terjatuh.
Tak membuang waktu, Ali segera menutup pintu gudang dan menguncinya dari luar. Ali dan kedua temannya merasa puas dengan apa yang mereka lakukan. Ketiganya tertawa terpingkal-pingkal di luar. Tanpa menghiraukan Sisy di dalam yang mulai bangkit dan menggedor pintu gudang dengan rasa takutnya.
"Kak Ali! Buka pintunya!" teriak Sisy dari dalam. Ali masih tertawa.
"Yuk! Cabut!"
"Eh, beneran kita tinggalin?" tanya Danish.
"Nanti sore kita bukain. Gue nggak setega itu kali." Ketiganya mulai berlalu dari sana. Tak menghiraukan Sisy yang terus berteriak meminta untuk membukakan pintu.
"Kak Ali, bukain pintunya," ucap Sisy yang masih menggedor pintu gudang.
Merasa percuma, Sisy menghentikan aksinya. Tak ada jawaban dari Ali, Liam maupun Danish. "Kak Ali ... aku takut ..., " ucapnya dengan suara yang mulai serak.
Sisy mengedarkan pandangannya. Gelap dan berdebu. Ini bisa berbahaya bagi kesehatannya.
Dan benar saja, tak lama dari itu, ia sudah mulai merasakan sesak. Dahinya mulai berkeringat. Sisy segera meraih ponselnya untuk meminta bantuan.
Nomor ibu yang pertama kali ia panggil, tak ada jawaban. Tak ingin berharap lebih, ia mulai mencari nomor lain yang bisa di hubungi.
Naira. Sisy mencoba menghubunginya. Sesak di dadanya makin terasa menyiksa. Sekuat tenaga Sisy tetap terjaga. Panggilan pertama, tak membuahkan hasil. Tangannya mulai gemetar. Pandangannya mulai terasa berat. Akan tetapi, Sisy tetap mencoba membuat dirinya sadar.
Hingga beberapa kali mencoba, panggilan pun terangkat. Setipis senyum Sisy ulas. Dengan sisa tenaganya, Sisy berucap, "To—tol—long guda—ng ak—" belum sempat Sisy menyelesaikan ucapannya. Tangannya tak mampu lagi memegang ponselnya. Ponsel Sisy jatuh seiring dengan jatuhnya pula tubuhnya. Dalam keadaan lemah, mata Sisy melihat ponselnya yang tak lagi dapat ia jangkau. Berharap Naira akan mengerti apa maksud ucapannya tadi.
||🌺🌺🌺||
Selamat pagi semua.
Sehat selalu untuk kalian. Tetap semangat menata masa depan😁😁😁
🐼Salam🐼
🍓 EdhaStory🍓
💔💔💔💔💔
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top