Chapter 5
Jangan lupa komen dan vote. Terima kasih♥️
•
•
Velven menempelkan handuk berisi es batu yang dipecahkan dan ditempelkan di tulang pipinya yang sakit akibat dipukul Adit.
"Adit bener-bener deh begini mulu," ucap Ron—personel Five Prince lainnya—yang segera datang ke rumah Velven begitu Davares memberi kabar soal kejadian di pemakaman.
"Mungkin Kak Adit masih benci karena Kak Velven main pacaran selang setahun kepergian Kak Indira," serobot Yoga—personel Five Prince lainnya—yang ikut dengan Ron.
"Bisa jadi sih soalnya tiba-tiba Velven pacaran sama Heelsara," ucap Ron membenarkan kalimat Yoga.
"Cuma ya apa pun itu Kak Adit nggak boleh mukulin Kak Velven terus. Kasian dong." Yoga memasang wajah sedih. Pasalnya dulu mereka berlima akrabnya kebangetan.
Sebelum Velven hengkang dan digantikan personel baru bernama Mario Winata, hubungan semua personel original Five Prince sangat akrab. Hingga akhirnya insiden naas itu merusak segalanya. Namun, Velven masih tetap berhubungan baik dengan personel lain terkecuali Adit.
"Ya mau gimana, Yog. Gue juga bingung." Ron menghela napas berat. Untuk menetralisir suasana Ron mengalihkan ke pembahasan lain. "Omong-omong, gue denger lo punya pacar baru. Siapa namanya? Mukanya doang yang diekspos."
"Namanya—"
Ting tong!
Bunyi bel yang ditekan terdengar menginterupsi obrolan mereka.
"Biar aku yang bukain, Kak!" seru Yoga bersemangat. Detik selanjutnya Yoga berlari cepat menuju pintu rumah Velven. "Kak, ini ada—"
"Kamu dipukul sama Adit lagi?" Heelsara menerobos masuk rumah Velven dan langsung duduk di sampingnya.
"Ada Kak Heels," kata Yoga melanjutkan kalimat yang sempat terpotong karena Heelsara masuk tanpa permisi.
"Kenapa belum diobatin lukanya?" Heelsara hendak menyentuh wajah Velven tapi langsung ditepis dengan kasar.
"Mau ngapain kamu ke sini? Apa kata calon suami kamu kalo tau istrinya mampir ke rumah mantan?" tanya Velven dengan nada dingin.
"Aku tau dari Davares kamu dipukul Adit makanya ke sini. Axton nggak mungkin marah," jawab Heelsara. "Biar aku obatin luka kamu."
Ron dan Yoga saling melempar pandang. Mereka merasa perlu pergi dari sana sebelum menjadi nyamuk karena menonton keakraban keduanya.
"Vel, kayaknya kita—"
Ting tong!
Tanpa banyak bicara Yoga langsung berlari menuju pintu. Entah siapa lagi yang datang. Begitu Yoga menyadari sosok yang datang, dia buru-buru berteriak.
"Kak Vel, ini ada pacarnya datang!" teriak Yoga keras-keras.
Velven melihat Heelsara dengan tatapan tajam. "Kamu pulang sekarang. Kita udah nggak ada hubungan apa-apa jadi nggak perlu mengkhawatirkan aku."
"Emangnya aku nggak boleh khawatir sebagai teman kamu?"
"Heels... tolonglah. Kita hargai aja pilihan masing-masing. Kamu dengan Axton dan aku sama Prelove. Jangan memperumit keadaan," tegas Velven.
"Oke, aku paham tapi izinin aku obatin luka kamu. Ini tuh perlu diobatin, Vel." Heelsara mencoba menyentuh wajah Velven tapi tetap ditepis dengan kasar.
"Cukup. Ada Prelove. Biar dia aja yang obatin," ucap Velven.
Prelove yang sempat melihat kejadian itu langsung berdiri di samping Heelsara. "Kamu mau ngapain ke sini? Godain pacar orang?"
Heelsara menarik senyum miring. "Bukan urusan kamu." Lalu, dia berbalik badan dan mulai melangkah pergi.
"Heh! Awas ya balik lagi. Gue sambelin mulut lo yang songong itu. Dasar perempuan sinting!" teriak Prelove kesal.
Begitu Prelove berbalik badan setelah mengumpat kasar dan berteriak seperti di hutan, dia melihat kedua personel Five Prince terkekeh. Sementara itu Velven geleng-geleng kepala.
"Eh, kok mukanya biru-biru gitu? Kenapa, Sayang? Digebukin siapa? Kok berani-beraninya mukulin pacar aku sih?" Prelove bertanya beruntun. Dia panik dan segera duduk di samping Velven sambil berusaha menyentuh sudut bibirnya yang terluka. Ketika Velven meringis sakit dia pun menarik tangannya. "Aduh, maaf. Aku obatin dulu. Bentar, di mana nih kotak P3K?"
"Di lemari cokelat itu." Velven memberitahu.
Prelove bangkit dari duduknya dan mengambil kotak P3K yang dicari. Setelah itu Prelove mulai mengobati Velven dengan hati-hati. Saat Velven mulai meringis Prelove berhenti sebentar dan memulai kembali setelah Velven mulai merasa lebih baik.
"Lo nggak mau kenalin kita sama pacar baru nih?" tegur Ron akhirnya setelah cukup lama hanya memperhatikan.
"Eh, iya. Sori gue sampai lupa." Velven menahan tangan Prelove, kemudian memberi kode pada perempuan itu untuk menoleh ke belakang. "Sayang, mereka berdua teman baik saya. Pasti kenal kan sama dua orang ini?"
"Kenal dong! Itu Ron yang baru aja lulus ambil S2 di Stanford, terus sebelahnya si bontot Yoga. Aku suka sama Five Prince makanya hafal semua. Salam kenal ya, aku Prelove pacarnya Velven," ucap Prelove penuh keceriaan.
"Wah, pacar Kak Vel kali ini energik banget," komen Yoga. "Aku suka nih. Salam kenal Kak Prelove!"
"Salam kenal juga ya, Prelove. Semoga Velven nggak nyusahin kamu selama kalian pacaran dan awet ya," sambung Ron.
"Kalo dia nyusahin mending pacarin yang lain aja." Prelove nyengir. Melihat Velven geleng-geleng kepala dia meralat, "Canda ya, Seyeng. Aku mah cintanya sama kamu aja."
Ron tertawa kecil. "Hidup Velven sekarang pasti lebih berwarna karena ketemu pacar kayak kamu, Prelove. Soalnya dia biasanya bawel juga."
"Oh, ya? Velven bawel? Ah, masa? Dia keliatan kalem," tanya Prelove tidak percaya sambil menatap Velven. "Ah, bohong kali. Manusia ini bawel? Bukan ikan bawal kan?"
Ron dan Yoga tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Velven langsung membungkam mulut Prelove supaya diam.
"Sana kalian berdua balik. Gue mau ngobrol sama Prelove," usir Velven.
"Ya elah, Kak. Gini aja ya mentang-mentang punya pacar baru," sahut Yoga geleng-geleng kepala.
"Lho, kenapa disuruh balik? Ngobrol bareng aja, Sayang. Iya, kan?"
"Mungkin dia mau berduaan. Kita paham kok," kata Ron mengerti.
"Ya tapi mau kenalan sama kalian dulu lebih jauh. Btw, Davares sama Aditnya mana nih?" tanya Prelove ingin tahu.
Ron dan Yoga saling melempar pandang bingung. Mereka tidak mungkin menjawab Velven musuhan dengan Adit. Karena masalah internal itu hanya personel Five Prince dan managemen mereka yang tahu.
"Mereka lagi sibuk urus pacar kayak Velven gini makanya nggak ikut." Ron memberi alasan, yang mana ditimpali anggukan Yoga di sebelahnya.
"Apaan urus pacar. Velven seharian ini aja nggak balas chat. Kurang ngeselin apa coba," cerita Prelove. Sedetik kemudian dia menyadari kalimatnya langsung nyengir. "Eh, malah curcol."
Ron tertawa lagi. "Haha... bales sih chat-nya Vel. Kasian pacar sendiri dicuekin."
"Ya makanya buruan balik deh lo berdua biar gue bisa mesra-mesraan sama Prelove." Velven kembali mengusir. Kali ini matanya memelotot tajam. "Kalo nggak balik, gue guyur air biar kayak ngusir kucing."
"Segitunya deh, Kak. Ya udah yuk Kak Ron, kita balik. Kak Velven mau berduaan aja sama pacarnya," ajak Yoga pura-pura ngambek.
"Ya udah kalo gitu kita balik ya. Hati-hati diterkam sama Velven," pamit Ron.
Belum ditanggapi Velven, kedua orang itu sudah melenggang pergi. Prelove pun mengikuti dari belakang dengan maksud menemani dan mengunci pintu rumah Velven. Setelah keduanya pulang barulah Prelove kembali duduk di samping pacarnya.
"Kenapa mukanya gini, Vel? Berantem sama siapa?" tanya Prelove semakin penasaran.
Velven tidak menjawab melainkan memeluk Prelove. Hal ini membuat Prelove terkejut. Prelove tak menduga tindakan yang satu ini.
"Eh? Kenapa tiba-tiba meluk?"
"Nggak pa-pa cuma mau meluk aja."
Prelove terheran-heran. "Beneran? Bukan karena lagi ingin sesuatu, kan?"
"Nggak. Jangan bawel."
"Ya aneh aja tiba-tiba..." Prelove menggantung kalimatnya saat Velven mempererat pelukannya. "Ada sesuatu yang terjadi ya? Kenapa sih? Jangan bikin kepo dong."
"Saya cuma butuh pelukan aja. Sebentar aja begini."
Prelove tak bicara lagi. Tangannya mengusap punggung Velven berulang kali. Entah apa yang terjadi tapi Prelove seperti merasakan ada kejadian yang baru saja dialami pacarnya.
"Everything is gonna be alright, Baby," bisik Prelove.
"I know..."
Beberapa menit hanyut dalam pelukan erat, akhirnya mereka melepaskan diri masing-masing. Wajah yang saling bertatapan lambat laun merasa ada desakan untuk mendaratkan bibir. Alhasil, jarak di antara mereka hilang dan bibir mulai bertaut dengan sendirinya.
Velven menahan tubuhnya dengan bertumpu pada kedua tangan saat Prelove berada di bawahnya. Ciuman mereka berlanjut lebih intim, mesra, dan menggebu-gebu seperti tidak ingin mengakhiri cumbuan bibir yang memabukkan.
Beberapa menit mereka larut dalam ciuman yang mulai menyita akal sehat. Mereka menarik tautan bibir setelah nyaris kehabisan oksigen. Napas mereka memburu. Tubuh mulai bereaksi akan setiap sentuhan.
Velven yang telah berhasil mengontrol napasnya segera mendaratkan bibirnya menuju spot lain. Leher menjadi pilihan kedua setelah bibir menggoda Prelove. Ketika cumbuan pada leher semakin dalam, meninggalkan jejak keunguan di sana, Prelove tidak sengaja mendesah dan berhasil membangkitkan sesuatu yang tertidur.
Prelove tidak sengaja menyentuh milik Velven dengan tangannya. Namun, dia buru-buru menarik tangannya begitu Velven mengembuskan napas di lehernya saat dia mulai menyentuhnya.
"Vel..."
"Hm?"
Velven kembali mencumbu leher Prelove tanpa henti. Fokusnya tak lagi soal kejadian tadi siang tetapi mengenai bagaimana bisa sentuhan Prelove begitu membangkitkan gairahnya.
"Kamu punya kondom nggak?"
Detik itu juga Velven menarik diri. Satu alisnya terangkat memandangi Prelove. "Buat apa?"
"Eh... ng-ng-nggak." Prelove menggeleng. Dia menggigit bibir bawahnya ragu. Dia pikir semua sentuhan ini akan berakhir dengan hal-hal mesum yang sudah terbayang di kepalanya. "A-a-aku pikir kita mau... a-a-anu... ya, gitu."
Velven mengecup bibir Prelove sekilas dan menarik senyum miring. Seringai mesum muncul di sela-sela senyumnya.
"Sayangnya saya nggak punya."
💋 💋 💋
#BOYBANDSERIES adalah projek romansa bersama author lain sephturnus. Di mana karakter utama prianya tergabung dalam satu boyband: Victory. Ardeen & Velven bakal membawa kalian ke kisah mereka yang beragam rasa. Bercampur aduk. Ber- rollercoaster.
Jadi, apa kamu siap mengikuti kisah keduanya? 🎶
Kisah Velven (It Starts With A Boxer), available di work aku😘🤗
Kisah Ardeen (It Starts With Hello) ada di lapak sephturnus ya😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top