Chapter 3

Selamat Membaca

💋

💋

Prelove harus menyuarakan dirinya sendiri sebelum situasi semakin runyam. "Itu—"

"Sejak kapan?" sela Bara.

Velven menjawab santai. "Baru beberapa hari."

"Wow! Congrats, Vel! Gue senang dengernya," ucap Essan. Setelah dia mengucapkan selamat, yang lain ikut mengatakan hal yang sama.

Prelove diam menunduk saat Bara menatap tajam. Aduh... mati, mati, mati. Setelah ini dia pasti kena ceramah Bara.

"Kita perlu bicara, Prelove," ajak Bara.

Inilah momen yang Prelove takutkan. Bara pasti akan memberondongnya dengan berbagai pertanyaan.

"Baik, Pak."

Prelove melepas genggaman tangan Velven padanya, lalu kemudian mengikuti Bara dari belakang. Mereka berjalan cukup jauh agar tidak ada yang menguping percakapan empat mata yang berlangsung.

"Kamu tau apa yang ayah saya bilang ke kamu?" Bara memulai perbincangan tanpa basa-basi. "Kalau kamu nggak ingat, saya bisa kasih tau kamu."

"Sebentar, Pak." Prelove lupa soal yang dimaksud Bara. Apa yang dikatakan ayahnya Bara? "Uhm... saya nggak boleh pacaran?"

Bara mengurut pelipisnya. "Berarti kamu lupa. Kamu boleh pacaran tapi nggak boleh pacaran sama artis di bawah naungan managemen ayah saya."

"Tapi Velven udah keluar dari managemen ayah Pak Bara," ralat Prelove.

"Saya tau tapi Velven kesayangan ayah saya. Kalau bukan karena masalah yang terjadi di antara dia dan salah satu personel Five Prince, dia nggak akan melepas Velven. Menurut ayah saya, Velven yang paling menguntungkan."

"Tapi kan dia udah keluar, Pak."

"Tetap aja, Prelove. Ini akan menimbulkan skandal di kantor. Saya takut dikira menjadi mak comblang kalian berdua karena kamu dekat dengan saya. Apa kamu siap kena amukan penggemar Velven yang barbar kayak gorilla?"

"Terus saya harus gimana, Pak? Kita saling cinta. Masa Bapak tega memisahkan cinta dua anak manusia sih?" Prelove memasang wajah memelas seperti anak kucing minta disusui ibunya. "Jadi tolong jangan dipisahin, Pak."

Bara menyerah dan menghela napas berat. Melihat wajah memelas dan memohon Prelove rasanya dia tidak tega.

"Ya sudah. Saya akan bantu kamu usir media kalau mereka datang ke kantor. Tapi janji nggak nikah buru-buru karena saya masih butuh kamu bekerja di kantor," ucap Bara mengingatkan.

Prelove nyengir lebih dulu sebelum mengacungkan ibu jarinya. "Tenang aja, Pak. Selama saya nggak hamil duluan, saya pasti setia kerja sama Bapak."

Bara geleng-geleng kepala. "Kalau gitu jangan sampai hamil duluan."

"Tenang aja, Pak. Kalau mau wikwikwik, pasti pakai Fiesta. Biar kayak tagline-nya Fiesta gitu safety can be fun," jawab Prelove seenaknya.

Bara tidak perlu terheran-heran mendengar Prelove bicara seenak jidat, apalagi promosi produk suatu barang. Prelove paling hobi ngomongin produk tanpa disensor.

"Omong-omong, Bapak kenapa—"

"Prelove," sela Velven menginterupsi obrolan mereka.

Prelove langsung memeluk lengan Velven walau di depan bosnya. "Sayang, kata Pak Bara jangan sampai hamil duluan."

Velven memelototi Prelove karena ucapannya bisa menimbulkan salah paham. Takutnya Bara mengira dirinya memang senang mengajak perempuan tidur bareng seperti yang digosipkan di luar sana.

"Ya nggak lah. Emang mau ngapain? Nyentuh perempuan aja mendadak alergi," sahut Velven bercanda.

Bara yang mendengarnya menahan tawa. Begitu pula Prelove yang nyaris tertawa terbahak-bahak kalau Velven tidak membekap mulutnya.

"Saya kenal kamu dengan baik Velven. Saya harap kamu nggak menyakiti Prelove. Tolong jaga dia baik-baik. I mean it," tegas Bara. "Saya mendoakan hubungan kalian berjalan lancar dan selalu bahagia."

"Pasti, Bar. Mana berani gue nyakitin sekretaris yang gemesin gini." Velven melepas tangan Prelove darinya tapi segera diganti dengan rangkulan pada pinggang ramping Prelove. "Pokoknya gue bakal jagain Prelove dengan baik. She deserves that."

"Oke, saya percaya. Kalau gitu saya balik dulu nanti dikiranya malah threesome sama kalian." Bara pamit pergi, meninggalkan Prelove dan Velven berduaan.

"Vel?"

Velven meneleng ke samping menatap Prelove yang memanggilnya. "Kenapa?"

"Cium dong. Butuh asupan nih," tagih Prelove. Sejurus kemudian dia meralat, "Bukan cium bibir sih, cuma pipi aja. Nanti kalau ada—"

Tiba-tiba Prelove diam membeku setelah Velven mencium bibirnya. Pupil matanya melebar. Padahal dia sendiri yang minta tapi ini sungguh mengejutkan.

"Kok..." Prelove menyentuh bibirnya. "Tapi, la—eh, nggak. Cukup sekali."

Velven memutar tubuh Prelove hingga menghadap padanya, lalu memeluk pinggang rampingnya. Dengan tatapan nakal nan menggoda Velven mengerlingkan matanya.

"Eh, matanya kelilipan ya? Ngapain begitu?" goda Prelove.

"Iya, kelilipan cinta kamu."

Prelove tertawa terbahak-bahak. "Haha! Lucu banget sih kamu, Bi."

"Bi?"

"Iya, aku comot dari Arbian," jelas Prelove sambil nyengir.

"Boleh juga."

Prelove pun maju selangkah memotong jarak di antara mereka. Tangannya melingkar di leher Velven sambil menunjukkan senyum penuh arti. "Daftar pertama, kamu harus rajin kasih aku cium even di depan orang sekalipun. Nggak harus cium bibir, sekadar pipi atau kening juga boleh."

"It's not a big deal. Saya bisa cium kamu ratusan kali dalam sehari. Daftar kedua apa?"

"Jalan-jalan ke taman bareng minimal empat puluh menit atau satu jam," jawab Prelove.

"Oke, terus daftar ketiga?" tanya Velven lagi.

"Pergi ke taman hiburan! Dufan. Mau kan?"

Velven langsung menggeleng. Dia menolak keras permintaan gila yang satu itu. "First of all, saya paling benci ke sana. Kedua, saya males karena terlalu ramai. Ketiga, saya nggak akan pernah mau ke sana."

Prelove mengubah wajahnya jadi memelas. Tangannya terlepas dari leher Velven, dan menyatukan kedua telapak tangannya.

"Plis... plis... plis... pasti seru. Ini buat minggu depan aja deh. Mau, kan?" bujuk Prelove.

Velven menggeleng tetap menolak.

"Yah... mau dong. Kalau kamu bersedia, nanti boleh minta apa aja," rayu Prelove makin gencar. "Apa pun. Pokoknya kamu minta saya buatin kue pun boleh deh."

Velven menaikkan satu alisnya, menatap Prelove dengan licik dan seringaian kecilnya. "Apa pun? Bener?"

Prelove mengangguk. "Apa pun! Janji cinta dari aku."

"Oke. Inget, cuma minggu depan."

Prelove langsung berteriak 'yes' dan berhambur memeluk Velven. Sementara itu, Velven ikut menarik senyum. Padahal, Velven tidak suka dipaksa. Hanya saja wajah memelas Prelove berhasil menggoyahkan hatinya.

Setelah pelukan itu, Prelove berjinjit. Velven yang memahami maksud Prelove segera memeluk pinggangnya lebih erat dan sedikit menunduk agar bisa meraih bibir Prelove.

Entah bagaimana Velven bisa menghadapi Prelove yang lebih berani mengutarakan apa-apa duluan, melakukan apa-apa duluan. Perempuan itu seperti dirinya versi waktu menjalin hubungan dengan Heelsara. Kini, semua berbalik. Dia yang selalu keduluan dengan aksi Prelove yang tidak pernah mudah ditebak.

Pelan tapi pasti Velven kembali menyambar bibir Prelove. Begitu pula sebaliknya. Mereka saling membalas dan memeluk pinggang masing-masing.

Selama ciuman mereka berlangsung, Heelsara yang ingin memanggil Velven tak sengaja melihat pemandangan itu. Hanya sebentar sebelum akhirnya dia memalingkan wajah dan kembali ke tempatnya.

💋 💋 💋

Velven merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah seharian pergi bersama Prelove. Malam ini suasana kamarnya terasa hening. Entah apa yang aneh tapi rasa-rasanya perasaan galaunya hilang. Apa mungkin karena Prelove selalu ceria dan bersikap agresif? Mustahil.

Ah, bodo amat. Begitu pikirnya. Dia tidak mau memusingkan hal yang masih belum jelas. Namun, dia merasa Prelove sangat familier. Sepertinya dia pernah bertemu dengan perempuan itu jauh sebelum semua kejadian ini terjadi. Pertanyaan mendasarnya; kapan? Apa dia sedang merasakan deja vu?

Oke, dia harus menghentikan pemikiran gila ini. Mungkin ada baiknya dia menghubungi Ardeen—teman satu grupnya.

Velven duduk di pinggir tempat tidur setelah menekan nomor Ardeen. Temannya belum mengangkat panggilannya dan mata Velven sudah berlarian ke mana-mana termasuk keluar jendela.

Apa yang dilihat Velven sungguh tidak disangka. Dia melihat Prelove membuka kaus polosnya, memperlihatkan tubuhnya hanya berbalut bra berwarna ungu. Tak sebatas itu saja karena Prelove hendak melepas talinya pelan-pelan pertanda dia akan telanjang dada. Berkat adegan yang membuat matanya ternodai, Velven membuka kaca jendelanya dan melempar sesuatu hingga mengenai kaca jendela kamar Prelove. Perempuan itu terkejut dan beruntungnya belum sempat melepas bra seutuhnya. 

"Lo gila ya? Tutup dulu gordennya kalau mau telanjang!" teriak Velven setelah Prelove membuka jendelanya.

"Aku pikir kamu pergi lagi. Mana tau—"

"Kalau pun gue nggak ada, jangan sembarangan kayak gitu. Bener-bener deh nggak waras. Buruan tutup gorden!" potong Velven mengomel.

"Buset... galak amat yak. Ngomongnya jadi pakai gue. Iya, aku tutup nih. Bilang aja takut bikin horny, kan?"

Sebelum Velven menjawab, Prelove sudah menutup jendela dan gordennya. Velven pun geleng-geleng kepala. Setelahnya dia menutup jendela kamarnya juga.

"Iya, takut horny," gumamnya agak kesal.

Dia pun meraih ponselnya dan tiba-tiba mendengar suara sahutan dari seberang sana.

"Horny? Siapa yang horny, Bang?" tanya Ardeen di seberang sana, sudah mengangkat panggilan Velven sejak tadi.

"Anjiirrr! Gue pikir udah matiin telepon," sahut Velven. "Bukan, bukan siapa-siapa."

"Perasaan lo yang ngomong horny. Kenapa nih? Apa yang gue lewatkan, Bang?" tanya Ardeen makin penasaran.

"Bukan apa-apa. Udah ah, gue tutup teleponnya."

"Lho, bukannya tadi lo telepon? Lo telepon mau ngapain, Bang?"

"Nggak jadi."

"Makin nggak jelas deh lo, Bang. Ya udah sana tidur. Jangan nonton bokep mulu biar nggak horny."

Tut... tut.. tut...

Ardeen tiba-tiba memutus sambungan sepihak sebelum Velven sempat menanggapi. Sial! Kenapa jadi bahas beginian sih?! Ini ulahnya Prelove sampai dia mulai berpikir yang iya-iya.

Baru akan meletakkan ponselnya tiba-tiba ada pesan Whatsapp yang masuk. Velven melihat pesan dari Prelove.

Velven mengusap wajahnya setelah membaca pesan Prelove. Dia baru ingat Prelove belum mengembalikan boxer-nya.

"Ckck! Ini sih calon-calon boxer kesukaan gue bakal jadi hak milik dia selamanya," decak Velven kasar.

💋 💋 💋

Jangan lupa vote dan komen ya😘😘😘😘

Follow IG: anothermissjo

Btw ini dia girlband Pulchra yang membernya suka bikin galau cowok2 di luar sana🤣🤣 btw Chanelia muncul di cerita Hello, Ex-Boyfriend ^^

#BOYBANDSERIES adalah projek romansa bersama author lain sephturnus. Di mana karakter utama prianya tergabung dalam satu boyband: Victory. Ardeen & Velven bakal membawa kalian ke kisah mereka yang beragam rasa. Bercampur aduk. Ber- rollercoaster.

Jadi, apa kamu siap mengikuti kisah keduanya? 🎶

Kisah Velven (It Starts With A Boxer), available di work aku😘🤗

Kisah Ardeen (It Starts With Hello) ada di lapak sephturnus ya ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top