tiga

Khulka duduk di sudut ranjang, memperhatikan Foto yang Harry berikan padanya.
Foto pria bernama Aksar.
Saat foto ini diambil pria tersebut terlihat masih sangat muda.
Tampan dengan kacamata dan senyum malu-malu nya.
Kata Harry saat itu pamannya tersebut berumur sekitar delapan belas tahun, mama nya Harry menikah saat berumur tujuh belas tahun, Harry adalah anak dari hasil hubungan di bangku sekolah.
Kalau dihitung-hitung sudah duapuluh tahun berlalu dan sekarang Aksar ini sudah berumur tiga puluh delapan tahun.
Karena penasaran Khulka mencari di internet tapi tetap saja dia tidak bisa menemukan foto jelasnya.
AKSAR terlalu lihai menghindari kamera. Mungkin dia tidak suka dikenali, menikmati saat tidak ada orang yang mengenalnya.
Harry bilang kalau pamannya ini bajingan nakal tak punya hati dan perasaan.
Satu-satunya yang dicintai oleh sang paman nya yang sombong itu hanya uang yang membawa kekuasaan.

Khulka melompat berdiri ketika mendengar Suara klakson mobil dari luar sana.
Dia bergegas menuju pintu depan.
Sesuai dengan yang Harry katakan semalam tentang jam kepulangan Om Aksar dari Rumah sakit.
Syukurlah dia sudah menyiapkan semuanya, mulai dari sarapan dan kamar untuk Om Aksar.

Khuka Menunggu sampai pintu mobil terbuka, dimana suami dan mertuanya keluar.
Kursi roda diturunkan oleh si sopir yang lalu membantu seorang pria tinggi untuk duduk diatasnya.

"Aksar ini menantu ku Khulka" kata tante Adele memperkenalkan Khulka Pada si pria yang dari pangkal paha sampai ke tumitnya dipasangi gips saat mereka sudah berhadap-hadapan di pintu utama.
"Khulka ini om dari Harry kakaknya tante. Namanya om Aksar."

Khulka merasa dadanya berdenyut, perutnya kram tanpa sebab.
Dia mencoba membalas tatapan om Aksar yang tajam tapi tidak sanggup.
Dia seperti mengalami dejavu.
Rasanya dia pernah bertemu atau melihat pria ini, tapi kenapa dia tidk bisa mengingat nya?
Yang jelas dia merasa tidak asing dengan pria bernama Aksar itu.
Tangannya yang berkeringat tak kunjung dijabat om Aksar, padahal tangan Kanan aksar tidak terluka seperti tangan kirinya yang digantung.
Harry yang sadar kegugupan Khulka langsung meraih tangan istirnya, membantu.
"Mari tunjukkan mana kamar Om Aksar." Ajaknya melangkah paling depan.

Tante adele mendorong kursi roda Aksar, mengikuti langkah putranya.
Khulka menoleh kebelakang, matanya bertemu dengan om Aksar yang masih terus memperhatikan nya.
Khulka langsung berpaling tak mau melihat kebelakang lagi sampai mereka masuk ke kamar om Aksar yang tepat berada di seberang kamar Khulka.
Satu tas berisi keperluan Om Aksar diletakan oleh si sopir tadi di dekat pintu.
Khulka tau, tugasnya untuk menyusun barang-barang itu nanti.

"Sampai kondisimu membaik, kau harus diam di sini. Khulka akan merawatmu, lebih baik dari semua perawat genit yang terus menggoda dan digoda olehmu" ketus Tante Adele.

Khulka menoleh, berpikir om Aksar akan tertawa atau menganggap kata-kata Tante Adele hanyalah omelan antara kakak adik tapi wajah om Aksar tetap datar dengan mata yang masih mengamatinya terus, membuat Risih saja.

"Besok pagi aku harus kembali ke paris. Setelahnya ada beberapa tempat yang harus aku kunjungi untuk mempromosikan produk baru ini, semua yang menjadi tugasmu sekarang menjadi tanggungjawab ku" sambung Tante Adele membuat kaget Khulka yang mendengar nya.
Sekarang Khulka bisa menyimpulkan kalau hubungan dua saudara ini tidak baik.

Harry maju, menengahi.
"Apa mama akan tidur di sini malam ini?" Tanyanya tanpa ketulusan.
"Aku akan meminta Khulka menyiapkan kamar untuk mama."

"Tidak" jawab Tante Adele terlalu cepat.
"Masih banyak yang harus kulakukan"

"Tapi untuk makan bersama, mama masih punya waktu kan?" Sinis Harry.

Om Aksar menjawab mendahului tante Adele.
"Tentu saja. Aku juga lapar. Makanan rumah sakit tidak enak"

Harry tersenyum, Om Aksar membalas senyumnya.
Menurut Khulka pendapat Harry salah tentang om nya ini. Terlihat jelas kok kalau om Aksar sayang pada keponakan nya.

Tante Adele terlihat tak senang tapi tidak menyanggah.
"Baiklah. Kalau begitu mari kita makan" katanya mendahului keluar kamar, di susul Harry.

Khulka terdiam, om Aksar mengangkat alisnya dan menunjuk lengannya yang tergantung.
Malu Khulka langsung bergegas mendekat siap mendorong kursi roda om Aksar.
perlahan dan hati-hati karena ini baru pertama kalianya dia melakukan hal tersebut.

"Jadi namamu Khulka.?!" Kata Om Aksar dengan suara baritonnya.

Khulka yang kaget dan gugup tanpa sadar hanya mengangguk.

"Khulka?! Jadi kau istri Harry" Ulang om Aksar lebih dalam lagi.
"Berapa umurmu?"

Terus terang bagi Khulka pertanyaan om Aksar sedikit lancang tapi dia tetap harus menjawabnya.
"Dua puluh satu tahun"

"Jadi kau menikah saat umur sembilan belas tahun. Bukankah agak terlalu muda?" Kata Om Aksar lagi.

Khulka mendorong lebih cepat kursi roda pria itu yang membuatnya risih dengan semua pertanyaan nya.

"Apa kau hamil duluan sebelum menikah?"

Langkah Khulka berhenti, otomatis kursi roda tersebut juga berhenti.
Hamil duluan, ulang benak Khulka.
Ya. Dia memang hamil sebelum menikah tapi sayangnya bukan anak Harry tapi anak dari pria yang sampai sekarang dia tidak tau siapa.

Om Aksar menoleh ke belakang, mendongak melihat Khulka yang terpaku.
"Apa di sini ada lampu merahnya?" Katanya tanpa maksud bercanda.

Khulka menelan ludah.
"Maaf" bisiknya sambil menghembuskan napas pelan lalu kembali melangkah.

"Apa kau tidak suka ditugaskan menjadi perawat ku?" Lagi-lagi om Aksar memberi pertanyaan yang sulit untuk Khulka jawab jika tidak berbohong.

Om Aksar tertawa.
"Sulit untuk dijawab dengan jujur bukan.!" Tebaknya .
"Perlu kau ketahui aku juga tidak suka dirawat olehmu.
Kalau bukan karena Adele yang memaksa aku benar-benar tidak ingin terlibat denganmu"

Kening Khulka berkerut.
Kenapa pria yang baru dikenalnya ini bersikap memusuhinya?
Apa yang sudah di dengar pria ini hingga dia terkesan meremehkan Khulka?

"Begitu gips ditangan dan kakiku dibuka, aku janji aku akan langsung pergi, itu juga karena Adele yang memberi syarat."
Sambung pria tersebut.
"Beberapa hari lagi kau juga tidak perlu mendorong kursi rodaku, aku akan memakai Kruk"

Dan itu berarti butuh waktu satu sampai dua bulan untuk melepaskan gips, pikir Khulka.
Lebih lama dari yang dia bayangkan diawal, saat Harry bercerita.

"Apa kau memang pendiam atau hanya karena tak suka padaku hingga memilih diam?" Nyinyir om Aksar lagi.

"Bukan dua-duanya" jawab Khulka datar.

Kepala om Aksar mamgangguk, rambutnya yang berombak berayun lembut.
"Baiklah. Aku juga ingin tahu sifatnya yang sebenarnya. Mungkin beberapa saat kedepan akan sulit bagimu, karena aku bukan pasien yang baik dan menyenangkan"

Khulka tidak perlu diberitahu hal tersebut.
Om Aksar memang sengaja membuat dirinya sendiri sulit untuk didekati.
Pria itu seperti membuat dirinya dikelilingi kawat berduri hingga tak ada siapapun yang akan bisa menyentuhnya melewati batas yang ditetapkan.

Khulka memilih diam saat Om Aksar juga diam, mereka menuju ruang makan dimana Harry dan tante Adele sudah menunggu.
"Kenapa lama sekali?" Gerutu Tante Adele.

Khulka menempatkan kursi roda om Aksar di sebelah Tante Adele.
Untunglah meja makan mereka berbentuk bulat hingga dia tidak perlu kebingungan.
Setelah itu dia membantu melayani para tamu tersebut.
"Duduklah." Suruh Harry.
"Kau juga harus makan"

Khulka duduk disebelah Harry, terpisah dua kursi kosong dari om aksar yang sepertinya menganggap Khulka tidak berwujud, sibuk makan dengan lahpa. Tidak ada tanda-tanda seperti orang sakit atau hampir mati diliht dari lukanya.

"Masakannya enak. Tukang masakmu sekelas chef bintang lima" puji om Aksar setelah selesai makan.

"Semua dibuat dan di masak Oleh Khulka" jawab Harry datar.

Om Aksar tidak bisa menyembunyikan kekagetan nya.
Dia melihat Khulka seperti masih kurang yakin dengan apa yang Harry katakan.

"Kami punya satu orang tukang kebun dan seorang pembantu yang datang tiga kali seminggu, dari jam sembilan pagi sampai jam enam sore untuk membersihkan dan beres-beres rumah." Terang Harry yang tersinggung untuk Khulka yang dianggap remeh oleh om nya.

Om Aksar tersenyum pada Harry.
"Istrimu hebat." Pujinya tidak sekalipun melirik Khulka.

"Karena itulah aku memilihnya menjadi menantuku" timpal tante Adele datar.
"Selain cantik, Khulka berasal dari keluarga baik-baik. Khulka sempurna untuk diambil sebagai istri"

Bagi Khulka Tante Adele seperti bukan sedang memujinya tapi Tante Adele sedang memuji dirinya sendiri yang sangat pandai memilih menantu.
Om Aksar mungkin juga menyadari hal tersebut, dilihat dari senyum dan tatapannya yang tertuju ke lantai.

"Baiklah. Aku pergi dulu." Kata Tante Adele, berdiri menyambar tasnya.
Dia mendekati Om Aksar, mengecup ujung bibirnya dan pergi begitu saja tanpa satu katapan.
Harry dan Khulka bergegas menyusul.
Mereka menemukan Tante Adele sudah bersiap masuk ke mobilnya.

"Kapan mama akan pulang?" Tanya Harry sebelum Tante Adele masuk ke mobil.
Khulka tahu Harry bertanya bukan karena dia butuh Tante Adele tapi untuk mengatur jadwalnya sendiri.

Tante Adele menoleh.
"Seminggu atau sepuluh hari lagi aku akan mengurus sesuatu di sini. Mungkin aku akan pulang tapi tidak akan singgah kecuali kau butuh sesuatu" jawabnya.
Harry menggeleng cepat.
"Baiklah. Kalau begitu aku akan benar-benar pulang sekitar dua bulan lagi, saat Gips Om Aksar dilepas." Tambahnya yang setelahnya langsung masuk ke mobil.

Harry memperhatikan Mobil sampai keluar dari pagar lalu menoleh pada Khulka.
"Maafkan aku" mulainya.
"Aku minta tolong agar kau bersabar dan mau menjaga om Aksar, membantunya"

Khulka sudah tahu arah pembicaraan Harry.
"Pergilah. Serahkan om mu padaku. Kau bisa menjaga Sony.
Kabari aku kalau kau butuh sesuatu"

Harry langsung memeluk Khulka.
"Maafkan aku. Maafkan aku" paraunya.
"Kau pantas dapat yang lebih baik."

Khulka tersenyum, melepaskan pelukannya Harry.
"Kau sudah cukup baik bagiku" guraunya.

Harry memgangguk dan tertawa meski matanya berkaca-kaca.
Dia merangkul Khulka dan berbalik menuju rumah.
Sekilas Khulka melihat kelebat kursi roda dan entah kenapa dia merasa merinding karena yakin Om Aksar pasti memperhatikan nya dan Harry.

******************************
(06042021) PYK.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top