2 - First Match

Happy reading guys!
Jangan lupa vote ending cerita ini di part introduction :)

2. First match

Congratulations! You have a new match.

Adalah hal yang pertama kali ku lihat saat pertama kali membuka ponselku. Aku berusaha mengingat siapa saja yang ku swipe right semalam, dan hanya satu orang.

Devanno.

Alright, aku langsung membuka aplikasi tinder ku dan melihat Devanno mengirimku pesan. Tepat seperti apa yang Brandon jelaskan padaku kemarin.

Devanno: Hello?

Aku tersenyum saat melihat pesan itu dikirim setengah jam yang lalu. Aku pun bangkit dari ranjangku dan bergerak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah itu, aku mengambil ponselku dan berjalan keluar kamar menuju sofa setelah sebelumnya mengambil susu kotak dari dalam kulkas.

Keena: hi there ^^.

Sent! Sambil menunggu balasan aku menyalakan TV dan mencari channel yang menyiarkan acara yang bagus di akhir pekan seperti ini.

Ting!

Aku kembali melihat ponselku berharap teman baruku yang membalas pesanku, namun yang kudapat adalah whatsapp dari Brandon.

Brandon: Keen, are u awake?
Brandon: Lunch yuk. Daripada lo di kamar sendiri baca tentang si Ruby di tengah tengah yang belom ada lanjutannya di wattpad sambil makan Lays.

Aku mendengus dan tersenyum di saat yang bersamaan. Sialan, Brandon! Bukan kah ia yang selalu rajin membaca cerita tentang gadis yang terjebak hubungan threesome dengan dua atasannya itu secara diam diam?

Keena: Belom mandi nih.
Keena: Yang hobi refresh notification wattpad kan lo.
Keena: Cowok kok baca wattpad *smirk*

Aku kembali meletakkan ponselku sebelum bunyi notifikasi kembali berbunyi. Niatku untuk mengabaikan notifikasi itu kembali ku urungkan mengingat bahwa aku sedang menunggu balasan dari seseorang di aplikasi baruku. Dengan cepat, ku ambil ponselku dan kembali mendengus saat melihat notifikasi itu berasal dari Brandon.

Brandon: Too late, princess. Gue udah di depan lift tower lo.

Bersamaan dengan bunyi seseorang menekan password apartemenku, lalu membukanya.

"Good morning, asshole!" Sapa Brandon seraya berjalan menuju sofa yang sedang ku duduki.

"Ngapain sih lo gangguin gue pagi pagi gini?! Mana tuh dedek dedek gemes lo?" balasku ketus, menyilangkan kedua tanganku di dada sambil beralih menghadapnya. Ia malah mengacak puncak kepalaku dengan gemas.

"Emangnya nggak boleh ya gue menghabiskan weekend sama sahabat gue? Dedek dedek gemes gue juga ngerti kok pasti." ucapnya terkekeh membuatku kembali mendengus. Entah sudah berapa kali aku mendengus pagi ini.

Ngerti dari Hongkong. Nggak tau aja dia kalo gue sering banget di maki sama bocah ABG di sosmed gara gara dia sering banget posting foto sama gue di Instagram. Batinku mendumal seraya bangkit dari sofa untuk membuat kopi untuk kami.

"Whoa, Keen. Lo udah matched nih sama si Devanno itu? He messaged you. 'Salam kenal ya,' gitu." Brandon dengan kurang ajarnya memainkan ponselku. Membuatku berlari untuk merebut benda pipih itu darinya.

"Ihh, Brandon nggak sopan banget. Siniin dong!" Rengekku padanya yang hanya dibalas dengan tawa.

"Iya, iya. Tapi lo bikinin gue kopi dulu. Janji deh nanti langsung dibalikin. Tapi gue balesin ya chat lo." Ucapnya. Aku menghela napas pasrah dan kembali berjalan ke arah dapur untuk melanjutkan kegiatan kecilku.

Masa bodo lah, Brandon akan semakin mengganggu jika aku memilih untuk terus mendebatnya.

"Anyway, Keen. Kok gue nggak asing ya sama Devanno ini?" Brandon bertanya sesaat setelah aku kembali membawa dua cangkir kopi lalu merebut ponselku yang ada di tangannya.

Devanno: Salam kenal, ya.

Keena: same here :)

Devanno: aku liat kamu less than a mile from me. So, aku tebak kamu tinggal di Kemvil, atau di daerah kemang dan sekitarnya.
Devanno: tell me if im wrong.

Keena: yes, aku tinggal di Kemvil :-).
Keena: kamu sendiri?

Devanno: kalo aku tinggal di Brawijaya 18, orang tua ku sih...

Aku bergidik ngeri melihat percakapan antara Devanno dan Brandon yang berpura pura sebagai diriku. Lagipula, aku? Gosh, aku tak pernah berbicara aku kamu pada orang asing. Bahkan pada Bu Gita sekalipun.

"Norak tau nggak? Serius deh Bran, aku kamu with stranger?" Aku menatapnya jengah. Sedikit kesal melihat Brandon yang malah tertawa mendengar gerutuanku.

"Nggak papa kali, Keen. Sekali kali ceneh dikit sama cowok. Lagian belom tentu kalian ketemu. Even if you both meet, paling juga nggak di sengaja. Jodoh deh kalian." Brandon yang selalu menanggapi sesuatu dengan santai ini terkadang membuatku membencinya. I mean... aku merasa risih harus berbicara seperti itu.

Tapi ucapan Brandon ada benarnya juga. Belum tentu kami akan bertemu di kehidupan nyata bukan?

Keena: Oh, berarti lo nggak tinggal di situ ya?

Devanno: tinggal dong. Dulu, tapi hehehe
Devanno: im just staying for few weeks in Jakarta.

Aku mengernyitkan dahiku, beberapa minggu? Artinya, ia tak tinggal di Jakarta, bukan?

Keena: few weeks? Oh visit orang tua lo ya?

Devanno: aku tinggal di luar negeri buat lanjutin bisnis keluarga sekaligus managing salah satu hotel temanku. Kebetulan lagi ada job disini, sekalian aja ambil cuti.

"Keen, mandi sana! Jadi lunch, nggak? Gue yang traktir, nih." Brandon mendorong tubuhku pelan guna membuatku beranjak dari sofa. Dan aku yang mendengar Brandon akan mentraktirku pun dengan semangat bangkit dari sofa.

Jarang jarang Brandon yang kaya-tapi-pelit ini berkata akan menjajaniku. Dan itu artinya ia akan membiarkan ku memilih restoran apapun nanti.

"Untuk merayakan lo yang dapet first matched di Tinder!" lanjutnya. Aku tersenyum lebar lalu mengetikkan sesuatu di ponselku sebelum melemparnya dan berlari kecil memasuki kamarku.

Keena: i see. Ngobrolnya nanti lagi ya, gue mau lunch bareng sahabat gue. Talk to you later :)

•••

"Come on, Keena. Lo mau makan apa sih? Udah tiga kali muterin mall tapi masih nggak tau mau makan apa!" Gerutu Brandon dengan wajah kesalnya. Saat ini kami sedang berada di pusat perbelanjaan di kawasan bundaran HI, dengan semangat aku menariknya masuk ke dalam kemacetan akhir pekan yang berakhir dengan keinginanku untuk makan di restoran seafood mendadak pudar.

Aku menatap Brandon dengan cengiran polosku. "Sorry... makan Korean aja ya, Bran. Tuh di sana!" Ucapku akhirnya, sambil menarik sahabatku itu ke restoran Korea yang menyajikan hidangan grill itu.

Setibanya di sana, Brandon langsung memesankan menu wajib yang selalu kami pesan setiap makan disini. Dan aku pun kembali sibuk dengan ponselku.

Devanno: mungkin kebetulan, ya. We're still less than mile. Artinya kamu juga lagi di GI, dong.

Keena: Oh ya? Lo juga di sini? What a coincidence^^

Devanno: Yup, lagi nemuin teman lamaku yang baru tiba dari New York.

"Main hape mulu lo! Makan, nih!" Tiba tiba Brandon menarik ponselku dan meletakannya di sakunya. Lalu menyodorkanku piring berisi daging mentah yang siap untuk di masak di tengah meja kami.

Aku pun memilih untuk menurutinya, dari pada ia tak mengembalikan ponselku.

"Gimana? Asik 'kan main tinder?" Brandon berkata sambil membolak balikkan daging di grill. Aku tak membalas ucapannya, hanya mengangguk dan memakan hasil panggangan di piringnya.

"Devanno asik sih. Tinder juga kayaknya asik. Tapi gue liat dulu, kalo Devanno seru. Gue bakal keep itu aplikasi." Jawabku.

Dan aku sedikit berharap, Aplikasi itu akan merubah kehidupan monotonku.

---

What do you think about this chapter?

Xoxo,
23rd of June 2017.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top