II
Siya menghela napas keras, menghempas bokongnya yang bulat kecil dipinggir ranjang, di kamar yang diperuntukkan baginya selama dia bekerja pada Miss Dania.
Kamarnya persis berada disebelah kamar Miss Dania, dengan pintu penghubung.
Tadia Siya menyimpulkan kalau ini dulu pasti kamar nyonya Evi tapi perempuan tersebut menggeleng dan bilang kalau kamarnya ada di lantai bawah, di bagian belakang dimana kamar para pelayan berada.
Pantas saja nyonta Evi dinilai tidak kuat lagi bekerja untuk Misa Dania.
Siya yang masih muda dan sehat wal'afiat saja di buat serasa mau mati oleh wanita egois perfectionist tersebut.
Bayangkan saja, baru satu hari kerja, dimulai meminta dibuatkan teh sampai memijat bahu wanita itu harus di lakukannya.
Mana bahu itu tegang, liat dan keras.
Dan kini sudah seminggu Siya bekerja pada wanita itu yang benar-benar seperti musang, jarang tidur di malam hari, membuat Siya jadi terlihatseperti rakun dengan lingkaran hitam di matanya yang kurang tidur.
Miss Dania tidur setelah lewat dini hari dan jika dia tidur cepat dia pasti akan terbangun setiap kalinya karena bermimpi buruk, Siya tahu karena kadang Miss Dania memanggilnya meminta dibawakan minum atau apapun dan saat itu wajah tanpa riasan dan tubuh Miss Dania yang dibalut jubah terlihat basah oleh keringat.
Semua gosip tentang Lady penghuni puri Goldenblood ternyata bukan dilebih-lebihkan seperti yang Siya pikirkan dulu.
Gosip tentang dirinya yang tidak pernah keluar dan terkena matahari disiang hari dan hanya keluar saat lewat tengah malam untuk berjalan-jalan disekitaran puri,benar nyatanya.
Gosip tentang sang Lady yang tidak mau menunjukkan wajahnya pada siapapun juga benar adanya, Siya perhatikan setiap berangkat ke kantor, sang Lady selalu memakai kacamata hitam besar yang nyaris menutupi wajah bagian atasnya dan topi yang diturunkan.
Gosip tentang sang Lady bertubuh kurus tapi makan seperti setan juga benar adanya, Miss Dania punya porsi makan tiga kali lipat lebih banyak dari Siya. Belum lagi kebiasaan nya yang tak berhenti merokok seperti cerobong kereta api dengan gelas alkohol ditangan.
Sesekali Siya mendapati Miss Dania melamun seakan dia tidak lagi berada di dalam puri.
Padahal Miss Dania begitu sempurna secara fisik.
Perempuan itu tinggi, sangat tinggi malah.
Dia cantik dengan garis wajah yang jelas.
Tubuhnya langsing, padahal Siya begitu memjaga makannya supaya punya tubuh seperti itu. dengan rambut hitam tebal sepunggung dan bergelombang seperti ombak ditambah Kulitnya yang seputih susu segar, Miss Dania jadi seperti dewi yang turun ke bumi untuk menghukum para pendosa.
Pupil Matanya hijau dengan garis coklat yang kontras.
Suaranya serak seksi.
Dan caranya menatap membuat Siya seperti sedang ditelanjangi.
Kadang Siya bertanya-tanya apa yang kurang dalam hidup wanita yang sudah memiliki semua yang diimpikan semua orang?
Diumur Miss Dania yang beberapa bulan lagi genap tiga puluh tahun,Miss Dania tidak terlihat sebagai sosok yang menikmati hidup atau berbahagia.
Namun Siya sendiri juga sama saja kan?
Apa dia bahagia?
Tidak!
Dia tidak bahagia dan tidak berhak bahagia.!
Diumurnya yang kedua puluh tujuh tahun ini dia belum menemukan satu halpun yang bisa membuatnya bahagia.
Jadi kenapa dia merasa pantas mempertanyakan kebahagiaan orang lain?
"Siya.!"
Suara Miss Dania yang memanggilnya membuyarkan lamunan Siya.
Siya melompat berdiri, berbalik menghadap Miss Dania.
"Apa yang tengah kau pikirkan. Aku sudah memanggilmu dari tadi?"
Bukannya marah, Siya justru melihat Miss Dania mencemaskannya.
"Apa kau sakit?"
Siya menggeleng.
"Mungkin saya tertidur. Saya minta maaf" bisiknya.
Miss Dania bersandar ke punggung kursinya yang tinggi, besar dan terlihat empuk.
"Kalau memgantuk kau tidur saja. Aku tidak akan mengganggumu" tunjuknya ke arah sofa.
Siya menggeleng.
"Tidak. Saya tidak akan mengulanginya. Saya minta maaf"
Miss Dania berdiri, berjalan mendekati Siya yang kini juga sudah berdiri.
Siya tahu kalau Miss Dania sudah minum banyak, jalannya agak sedikit limbung tapi pikiran perempuan itu masih bekerja normal, tidak terganggu sedikitpun.
"Kalau kau lelah. Kau bisa tidur. Aku tidak selalu membutuhkanmu setiap detiknya. Setidaknya kau bisa tidur satu atau dua jam sebagai pengganti tidur malammu yang aku ganggu."
Usulan Miss Dania langsung Siya tolak.
"Tidak. Tidak perlu. Saya hanya belum terbiasa saja. Perlahan tubuh saya akan menyesuaikan diri. Jika Evi bisa saya juga harus bisa"
Miss Dania tertawa.
"Dasar keras kepala" decaknya mengulurkan jarinya yang panjang, menyentuh kantong mata Siya.
"Padahal dalam waktu seminggu saja kau sudah punya mata panda"
Siya terpaku, mencoba mundur tapi betisnya sudah menekan pinggir sofa.
Miss Dania menyusurkan jarinya ke Pipi Siya, kukunya yang merah sepeeti darah berkilau terkena cahaya.
Lutut Siya bergetar tapi dia tak mau lari menjauh.
"Apa kau betah di sini?" Tanya Miss Dania dengan mata tertuju pada payudara Siya yang bulat meski kecil, satu hal yang membuatnya merasa mengungguli Miss Dania yang berdada rata.
"Selama saya tidak harus berhadapan dengan orang banyak, saya tidak akan Merasa risih. Lambat laun saya pasti betah" bisik Siya gemetar saat kuku Miss Dania, menyusuri lehernya.
"Apa kau takut padaku?" Bisik Miss Dania hanya fokus pada bibir Siya yang pink alami tanpa pewarna apapun.
Siya menggeleng.
"Tidak" tapi tubuhnya bergetar tanda sebenarnya dia takut.
Miss Dania tersenyum, bibirnya mendekat, harum anggur yang manis tercium dari napasnya.
Siya memalingkan wajahnya, dengan ujung kukunya yang terawat, Miss Dania memekan rahang Siya membuat wajah mereka kembali berhadapan.
"Kau bohong" bisiknya rendah.
"Kau takut padaku"
Siya mengepalkan tangan, keinginan mendorong Miss Dania menguasainya.
"Anda mabuk" bisiknya terengah.
Miss Dania mengangguk.
"Aku harus mabuk. Jika tidak aku akan gila. Tapi kalau kau mau menghiburku, aku berjanji takkan minum lagi" rayunya.
Siya mengelak, berhasil keluar dari kepungan Miss Dania. tapi baru selangkah Miss Dania meraih rambut Sepinggang Siya yang diikat ekor kuda.
Siya menoleh kebelakang, Miss Dania tertawa dan menarik lepas ikat rambutnya. Rambut Siya yang dicat warna coklat langsung tergerai.
"Kau lebih cantik saat rambutmu digerai seperti ini" pujinya mengambil ujung rambut Siya.
"Tapi aku lebih suka rambut warna hitam. Lebih cocok untukmu"
Siya mundur.
"Berikan ikat rambut saya." Siya mulai kesal.
Miss Dania tertawa, dengan santainya dia melempar ikat rambut Siya keluar jendela.
Ini lantai Tiga, dibawah jendela ada kebun mawar berbagai warna yang durinya mengerikan.
"Apa yang anda lakukan?" Katanya mengendalikan bentakan.
Miss Dania terlihat dingin.
"Mulai sekarang aku melarangmu mengikat rambutmu. Jangan memakai jacket atau sweater di musim panas seperti ini. Kau membuatku gerah"
Siya marah tapi memilih diam.
Nanti dia akan bertanya pada Evi apakah penampilannya juga harus ikut selera Miss Dania.
Siya tidak bisa pergi karena Miss Dania masih menggenggam rambutnya.
"Saya akan membawakan anda segelas susu." Gugup Siya.
Miss Dania tersenyum.
"Susu.?" Ejeknya.
"Apa dimatamu aku seperti anak-anak?"
Siya menggeleng.
"Untuk menetralkan anggurnya. Anda bahkan belum makan siang, tapi sudah minum terlalu banyak. Kalau terus seperti ini Anda bisa Mati muda.."
Siya terpekik saat Rambutnya ditarik dan diremas miss Dania yang mendesis.
"Aku tidak akan mati semudah itu. Aku akan hidup sampai seratus tahun lagi. Aku takkan membuat musuh-musuh ku puas"
Mata Miss Dania merah dan jarinya yang memutih gemetar karena terlalu kuat meremas rambut Siya.
Mata Siya basah.
"Lepaskan rambut saya" geramnya.
Miss Dania tersentak, mundur melepas rambut Siya.
"Aku.. yang tadi.." wajahnya merah padam.
Dia berbalik menuju meja kerjanya.
"Pergi. Keluar.!" Titahnya pada Siya.
Siya yang malas lega luar biasa, langsung berlari kecil meninggalkan Miss Dania yang gemetar sendirian.
Evi saat itu melihat Siya keluar dari ruangan kerja, langsung mendekat.
"Apa ada yang Miss Dania butuhkan?"
Siya menggeleng.
"Tidak ada" jawabnya.
"Lalu kenapa kau meninggalkannya sendirian?" Tegur Evi.
"Dia bukan bayi yang harus terus ditemani" ketus Siya yang sudah kenal Evi dari dia pertama kali datang ke panti.
"Kenapa kau keluar. Kenapa kau bertingkah semaumu?" Katanya dengan nada tidak percaya.
Siya mulai jengkel luar biasa.
"Dia yang mengusir ku keluar. Dia yang aneh aku pula yang dibentak"
Mata Evi membesar.
"Apa yang kau lakukan padanya?" Geramnya sebelum mendorong Siya menyingkir dari depan pintu.
Evi masuk ke dalam, diringi tatapan tak percaya Siya atas sikap evi barusan.
*******************************
(31032021) PYK.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top