I
Dada Siya berdebar-debar. Langkah kakinya kaku. Sepatu hak tinggi yang dia kenakan mengetuk sepanjang lantai lorong.
Bunyi desir rok nya yang panjang membuat suasana terasa semakin kaku.
Dia terus mencoba berjalan setegap mungkin, tidak jelalatan melihat furniture ataupun pajangan yang ada di setiap lorong.
Jika diluar puri ini sudah terlihat menyeramkan maka bagian dalamnya lebih mengerikan lagi.
Siya tidak mengerti apa yang unik dan yang menarik dari semua pajangan berjenis pedang dan segala macam senjata ini?
"Ingat. Kau tidak boleh masuk ke dalam kamar-kamar yang tertutup ini. Terutama kamar paling kiri dilantai 3, itu kamar Miss. Tidak ada yang boleh masuk kecuali orang yang sudah terlebih dulu mendapat izin dari Miss.
Kau di sini untuk membantu urusan pribadi miss. Melakukan apa yang dia minta. Harus ada di dekatnya selama Miss bekerja"
Siya mengangguk.
Nyonya Eva sudah mengatakan apa saja yang harus dia kerjakan.
Awalanya Siya kaget saat Nyonya Eva kepala panti memanggil dan memberitahunya kalau dia ditawari pekerjaan di puri Golden blood.
Setiap Orang yang tinggal di kota ini pasti tahu tentang puri tersebut Yang terkenal angker penuh misteri.
Dulu puri itu dihuni satu keluarga yang terkenal baik dan dermawan, lalu secara tiba-tiba kepala keluarganya meninggal dan sisa keluarga yang lain dikatakan pergi begitu saja.
Sebenarnya Siya ingin menolak permintaan nyonya Eva tapi karena dia masih punya otak dan segan setengah mati pada wanita yang sudah seperti ibunya, jadi dengan sangat terpaksa dia menerima tawaran kerja dari si nona penghuni Goldenblood.
Seharusnya Siya bersyukur ada yang mau memakai jasanya yang hanya tamatan sekolah wajib.
Satu hal lagi, kalau dia kerja di puri, dia jadi tidak perlu lagi bergaul atau bertemu banyak orang
siya sangat takut dengan keramaian, Keramaian membuat sekujur tubuhnya bergetar dan berkeringat.
"Apa kau sudah membaca semua data tentang Miss. Apa yang dia suka dan tidak dia sukai?"
Evi kembali mengajukan pertanyaan.
Siya menganggukkan kepalanya samar tapi bibirnya tersenyum.
"Kau sangat mirip dengan Nyonya Eva" bisik Siya.
Evi mendengus.
"Tentu saja. Kami kan kembar identik" jawabnya yang tidak merasakan pujian dari ucapan Siya tadi.
Siya kembali mengangguk.
Tentu saja dia tahu nyonya Eva yang kepala panti adalah saudara kembar dari nyonya evi yang merupakan pekerjan senior di puri Golden blood.
"Karena aku tahu kau makanya aku merekomendasikanmu pada miss" tambah Evi.
Siya mengangguk untuk ketiga kalinya.
"Terimakasih karena sudah memberiku kesempatan" katanya lirih.
Evi terus berjalan, mengetuk pintu dan masuk setelah mendengar sahutan dari dalam.
"Saya membawa asisten pribadi anda Miss." Katanya memberi laporan.
Siya mengangkat kepalanya, terpaku pada interior ruang kerja atau perpustakaan ini yang benar-benar berbeda dengan
Suasana dalam puri.
Mata menjelajah memperhatikan lukisan abstrak yang pastinya terlihat cukup jelas sebagai wanita telanjang.
Perempuan yang duduk di sofa dibalik meja kerja itu perlahan berdiri mengangkat wajahnya, menatap tepat ke mata Siya yang terpaku melihat kecantikan wanita tersebut.
"Pergilah Evi. Biarkan aku dan Siya. Aku ingin bicara berdua saja dengannya" kata wanita tersebut yang tanpa ragu menyebutkan nama Siya seperti mereka sudah kenal lama.
Evi dengan patuh langsung berbalik, keluar dari ruangan, meninggalkan Siya dan Miss Dania berdua saja.
Miss Dania menunjuk ke kursi di depannya, memberi isyarat agar Siya duduk.
Siya memegang map ditangannya, semua surat penting nya ada di sana, berserta surat pengantar dari nyonya Eva.
Malu-malu dia duduk dan menunggu.
Bibirnya yang memakai lipstik tipis tertutup rapat.
"Apa kau sudah tahu tugasmu selama di sini?" Tanya Miss Dania.
Suara wanita itu dalam dan serak, jelas karena terlihat asbak dengan puntung yang penuh di dalamnya.
Sebuah gelas dengan minuman berwarna emas terlihat tersisa di dasarnya.
"Apa kau bisu?" Kata Miss Dania lagi.
Siya langsung menggeleng.
"Tidak." Katanya cepat, lembut khas suara wanita penyendiri.
Miss Dania cantik tapi dengan wajah yang tidak bisa dibilang lembut.
rahangnya kokoh dan matanya tajam, menyelidik sementara dia sendiri penuh misteri.
"Kalau begitu aku ingin bertanya sekali lagi." Ulang Miss Dania
"Apa kau sudah mengerti apa tugasmu di sini?"
Siya mengangguk.
"Saya sudah membacanya" bisik Siya makin menunduk.
Miss Dania menatap makin tajam, menyelidik.
Perlahan dia berdiri, berjalan mendekati Siya.
Miss Dania sangat tinggi dan dengan tubuh yang langsing serta kaki yang panjang dibalut celana kerja elegan.
membuat Siya merasa begitu kecil dan kampungan.
"Biar kujelaskan lagi padamu. Aku rasa Evi terlalu bertele-tele menulis apa yang menjadi tugasmu. Mari kusingkat saja" katanya menunduk bicara di dekat Telinga Siya yang memerah.
"Inti dari semua yang kau baca adalah, Aku mau kau menjadi pelayan pribadiku. Kau tidak akan membantuku dalam urusan pekerjaan. Kau akan membantuku dalam urusan pribadi saja. Apapun yang kau kau, aku minta harus kau lakukan. Jangan membantah dan jangan bertanya!" Urainya dingin.
"Apa kau mengerti?"
Siya mengangguk.
"Ya. Saya mengerti" jawabnya.
Miss Dania meluruskan punggungnya, berbalik kembali duduk di kursinya.
"Jam kerjamu dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu. Tidak ada cuti tanpa izinku. Kemana aku pergi kau ikut.
Kau harus siap setiap kali aku membutuhkan mu. Aku paling aktif saat malam. Jadi apa kau siap?"
Siya mengangguk lagi.
"Saya sudah tahu. Saya siap. Dan kontrak kerjanya sudah saya tanda tangani" jawabnya mencicit, mulai ragu apakah sia benar-benar siap.
Miss Dania mengangguk samar, senyumnya penuh rahasia.
"Senang mendengarnya. Sebab jika kau sudah disini kau tidak bisa keluar tanpa seizinku.
Begitu kau menandatangani kontraknya, berarti kau milikku seutuhnya."
Siya kaget, mengangkat kepalanya.
"Apa maksud anda?" Paraunya merinding disko.
Alis Miss Dania terangkat.
"Jadi kau tidak membaca setiap lembarnya?"
Mata Miss Dania berkilat gembira.
Siya membuka map mencoba membaca lembar demi lembar surat yang sudah dia tanda tangani.
Tadi sejujurnya dia tidak benar-benar membaca semuanya, nyonya Eva sudah menerangkan dengan terperinci jadi demi mempersingkat waktu, Siya hanya membaca lembar pertama saja, lembar kedua dan seterusnya cuma dia perhatikan tanpa dibaca baris demi baris.
Sebelum Siya membuka map nya, tangan Nyonya Dania bergerak cepat, merampas map tersebut, membuka laci dan memasukan map tersebut kedalamnya.
Mata Miss Dania terlihat meremehkan Siya saat dia menutup laci meja kerja tersebut.
"Kesempatan tidak datang dua kali. Seharusnya saat yang pertama kali, kau manfaat sebaik-baiknya.
Sekarang sudah terlambat untuk melihat atau meninjau kembali.
Anggap saja ini pelajaran berharga yang aku berikan padamu"
Siya mengepalkan tangannya, dari dulu dia bukan tipe pembangkang. Lebih baik diam daripada menghabiskan energi untuk perdebatan yang takkan mungkin dia menangkan.
"Aku tidak pernah keluar dari puri ini selama bertahun-tahun, kecuali ke kantor.
Aku tidak pernah menjamu tamu. Aku tidak bertamu.
Aku tidak suka orang lain melihat dan mengamati ku"
Siya merasa sedang disindir sebab itulah yang dia lakukan saat melihat Miss Dania pertama kalinya barusan.
"Bahkan mungkin ada beberapa pekerja di rumah dan di kantor yang tidak pernah melihatku. Aku sama sepertimu, seorang introver."
Siya menyimpulkan kalau Miss Dania sudah menyelidiki semua hal tentang dirinya luar dan dalam sebelum menawarinya kontrak kerja melalui nyonya Evi dan diteruskan pada Nyonya Eva.
"Kau tidak boleh membicarakan ku dengan siapapun..."
Siya langsung menyela.
"Saya bukan perempuan tukang gosip.!" Ketusnya.
Miss Dania tersenyum mengejek.
"Tentu saja. Memangnya dengan siapa kau bisa bicara. Setahuku kau tidak pernah bergaul dengan siapapun selain nyonya Eva"
Siya membalas tatapan Mis Dania.
"Ya. Anda sudah tahu itu. Anda pasti sudah menyelidiki semuanya tentang saya.!"
Tanpa segan Miss Dania mengangguk.
"Tentu saja. Aku takkan membiarkan sembarangan orang berada di dekatku" tekannya.
"Sebelum ini aku menyerahkan semuanya pada Evi. Tapi belakangan ini dia sering sakit. Dari segi umur dan kesehatan Evi akan kesulitan jika harus melayani terus.
Aku membebaskannya dari tugas menjadi asisten pribadiku, dengan dia bebas memilih melakukan apa yang dia suka di rumah ini.
Evi tetap sebagai kepala pelayan di puri ini, dia tetap harus dihormati.
Evi sangat bisa, lebih dari bisa untuk selalu kuandalkan. Aku harap kau juga bisa"
Siya tak mungkin mundur lagi.
Dia sudah menerima gajinya. Tidak tanggung-tanggung, untuk satu tahun pertama.
Uang Gaji pokok Siya sudah diterima Nyonya Eva dengan santainya.
uang tersebut dipakai si Nyonya untuk membeli ranjang baru bagi anak-anak di yayasan yang berjumlah seratus orang lebih.
Dengan alasan Siya tidak akan membutuh kan uang sebanyak itu. Apalagi Siya bisa makan dan tinggal Di puri Goldenblood selama dia bekerja pada Miss Dania ditambah lagi ada uang saku yang akan Siya dapat setiap minggunya.
Kalau sekarang dia kabur dari sini, dengan cara apa dia akan mengembalikan uang yang sudah dipakai Nyonya Eva untuk membahagiakan anak-anaknya itu?
Atau sebenarnya memang itulah tujuan mereka semua, Membuat Siya terpojok dan pasrah saja menerima nasibnya.
Dan yang lebih parahnya lagi, Nyonya Eva sudah bilang kalau kamar Siya akan dijadikan gudang dan ruang arsip.
Intinya Siya memang sudah tak bisa pergi kemana-mana lagi selain menetap di puri Goldenblood.!
"Saya tidak pernah ingkar janji. Jika saya bilang bersedia itu artinya saya pasti akan melakukan semuanya sebaik yang saya bisa" tegasnya.
Mis Dania tersenyum miring.
"Senang mendengarnya Nona Siya. Aku harap ini bukan hanya omong kosong tanpa bukti.
Jika kau berbohong, aku akan sangat kecewa" katanya yang entah bagaimana terdengar seperti sedang mengancam di telinga Siya.
Miss Dania masih tersenyum.
"Nah pekerjaan pertama yang bisa kau lakukan untukku adalah membuatkanku teh. Aku dengar kau sangat pintar membuat teh"
Alis Siya menyatu samar.
Pintar membuat teh?
Kapan dia dapat predikat itu.?
Dia tidak pernah dapat pujian sebelum ini.
Tapi tak urung dia berdiri.
"Baik. Saya akan segera membawakan teh anda" katanya yang langsung keluar dari ruangan tersebut.
"Aku akan jadi pemandumu"
kata Evi begitu Siya melihat padanya yang menunggu di seberang pintu, seperti patung penjaga.
Siya mengangguk, tak bisa memahami kenapa suasana kastil ini begitu aneh dan membingungkan.
*******************************
(30032021) PYK.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top