[01]. Prologue

Bentangan bagaskara yang dilukis indah oleh semesta sampai tercipta sebuah mahakarya berupa senja yang akan hanyut dalam cakrawala pun meninggalkan tanda-tanda pergantian waktu seiring memanjangnya bayang-bayang bangunan kota. Sungguh mempermudah para pekerja yang sudah sedari pagi dihantam lelah. Bahkan semakin merasakan kehangatan rangkulan senja pun mampu membuat mereka terbuai dalam keinginan untuk cepat menginjakkan kaki di masing-masing rumah.

Dan Yukigane Errin sang pengacara yang merupakan salah satunya saja enggan mengulur waktu untuk pulang, setelah seharian penuh dengan adu kata yang meledakkan panas amarah. Ah, bahkan sekarang wanita itu hanya memikirkan kenyamanan rumah dan menyingkirkan segala beban pikiran alih-alih menganggapnya selesai.

Pun selang beberapa langkah mendekati daun pintu yang akan dibuka harus terhenti kala dering ponsel Errin menggema nyaring tiba-tiba.

Wanita dengan manik biru pirus yang terlukis letih tersebut meraih ponselnya dengan segera sambil berusaha menahan gerutu mendapati panggilan masuk rupanya. "Akh, kenapa, Akina?" jawabnya saking lelah ia.

"A-ano, gomen mengganggumu, tapi ... apakah Mayuyu ada bersamamu?"

Errin menghela napas panjang seketika. "Kau gila? Aku baru saja selesai bekerja. Bahkan tak mendapat kabar apapun darinya," katanya.

"S-souka ... , kalau begitu--"

"Tunggu, ada apa? Apa dia membuat masalah?" potong Errin segera pun nampak curiga.

"Y-yaa, dia tak membuat masalah, tapi kita ada masalah dan sedang membutuhkannya," balas dia yang berada di seberang sana yang bahkan tak hentinya gelagapan entah mengapa.

"Hm, kurasa sama saja," ujar Errin dengan malas bersamaan dengan diri yang telah keluar dari gedung pengadilan. "Akan kucoba hubungi dia. Maaf tidak bisa membantu banyak," tambahnya.

"Ah, arigatou! Itu sudah cukup membantu kami. Jaa, maaf mengganggu dan hati-hati di jalan."

"Ya."

Panggilan yang diakhiri secara sepihak tersebut mulai meninggalkan tanda tanya ditambah kala Errin yang fokus pada layar ponselnya yang menampilkan kebersamaan ia dengan seorang pemuda yang dicinta sebagai layar utama. Namun, apalah daya nampaknya ia mulai merepotkan teman-temannya, terlebih Yukigane Errin yang tertanda sebagai kekasihnya.

"Dasar Kai ...."

Dengan penuh harap Errin ingin semuanya baik-baik saja agar lebih cepat selesai.

Rupanya beribu sayang sekali kala menyadari gundah yang sesungguhnya sedari tadi telah terus mengguncang dada yang semakin terasa mendapati sesosok yang tak asing malah tertangkap netra. Ah, Errin sungguh tak percaya jika seorang pemuda yang merupakan kekasihnya dengan nama Mayuzumi Kai tersebut tiba-tiba sudah berada di depan mata di saat ia berkali-kali dihantam campur aduk rasa setiap ia berusaha meraih kabar sang kekasih dengan panggilan suara yang bisa dikatakan tak terkira.

Bahkan di saat yang tak terduga pun sang pemuda yang bersembunyi di balik tudung hoodie dan maskernya saja sempat bersandar dengan santai pada tembok rumah Errin tersebut masih memiliki cukup nyali untuk membuat kontak mata dan mendekati sang wanita (seenaknya) di tempat terbuka.

"K-kai ... !" Errin gelagapan sampai panik di saat bersamaan, walau sudah memastikan jika sekiranya sekitar telah pun cukup aman.

"Ke—"

"A-ah, sudahlah. Ayo, masuk saja." Pun dengan segera Errin menggandeng Mayuzumi sesaat setelah menyadari pakaian basah sang kekasih yang entah sudah berapa lama diguyur hujan di tengah suhu yang kian rendah bersamaan dengan tatapan lelah sang kekasih yang nampak lemah pun bagai penuh dengan masalah yang membuat seorang Yukigane Errin bertanya-tanya.

Seketika semerbak aroma pinus menggelitik indra penciuman siapa saja yang menginjakkan kaki di tengah ruang penuh hening yang ditinggalkan seharian oleh sang pemilik rumah yang nampaknya persetan sekali dengan lelah kala menyadari siapa yang harus menjadi urusan utama. Dan cukup membuat Mayuzumi tak enak rasa sesungguhnya. Namun, apa daya dengan kondisi tubuhnya yang kian melemah.

Berbeda dengan Errin yang sedang fokus memberi pertolongan pertama yang mulai dari menghangatkan ruangan dengan segera untuk Mayuzumi yang baru saja mendudukkan diri di sofa daripada ia repot dengan kekhawatiran hati pun rekan kerja kekasihnya.

Pun tak disangka hening yang melanda cukup lama malah membawa resah pada Mayuzumi seketika.

"Rin—"

"Kau pikir apa yang kau lakukan saat sedang sakit-sakitan?" potong Errin seketika sembari memberikan sebuah handuk pada Mayuzumi, setelah menggantungkan selimut di pundak sang kekasih.

Sesaat Mayuzumi nampak melepas hembusan napas. "Apakah kau sendiri keberatan jika aku berkunjung seperti biasa?" Ia malah balik tanya dengan ekspresi datarnya yang nampak melemah.

"Lalu bagaimana dengan panggilanku?"

"Aku terburu-buru dan—"

"Sampai menyakiti dirimu? Tak salah jika aku mengkhawatirkanmu setiap saat aku mencoba untuk menghubungimu," ucap Errin yang menjeda kembali saking campur aduk antara kesal pun khawatir di hati. " ... Ayolah, kau tahu itu ... ," tambahnya dalam gumam dengan gerutu penuh sendu.

" ... Gomen, soal itu ... , ponselku basah bahkan terjatuh, tapi aku yakin mereka sudah tahu di mana aku yang setidaknya sekarang lega bersamamu."

" ... Mereka?"

Sesaat Mayuzumi menggelengkan kepala, sebelum akhirnya menyingkirkan tangan Errin yang sibuk memeriksa suhu badannya seraya berkata, "Maaf merepotkanmu. Aku akan mandi dan beristirahat di rumahmu lebih dulu saja sudah cukup." Segera setelah itu ia mengangkat kaki menuju kamar mandi yang tak jauh dari kamar tidur.

"T-tapi jelaskan dulu apa yang terjadi padamu, karena sedari tadi teman-temanmu terus mencarimu," ujar Errin dengan gugup seraya menahan langkah kekasihnya tersebut.

" ... Katakan saja apa adanya—"

Seketika rasa curiga Errin mulai pun kian mencuat dalam dada.

"—tapi tolong secukupnya agar mereka tidak repot menjemputku sampai ke mari, karena ... kau tahu kalau aku baik-baik saja, 'kan?" tambah Mayuzumi sampai menatap penuh harap pada Errin.

Sementara Errin sendiri agak menganga pun nampak enggan tak percaya. "Ya, tapi bagaimana maksudnya ... ?" gumamnya yang daripada takut salah.

Dan sepersekian detik suasana berubah kala mendapati manik Mayuzumi yang selaras dengan sang kekasih yang mulai berbeda arah nampak sendu pula. " ... Aku hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu juga ... ," ucapnya bagai gumam yang seolah meminta, kemudian dengan cepat meninggalkan tempat, ketika mendapat izin setelahnya.

"Ugh, ada apa sebenarnya?" Kemudian Errin pun nampak terdiam di kamarnya sana. Namun, hening enggan melanda, ketika udara merambat suara nyaring ponselnya yang menandakan sebuah pesan datang dari seseorang dengan kontak bernama Saegusa Akina.

To: Y. Errin
From: Saegusa Akina

Bagaimana denganmu?

Apakah kau menemukan sesuatu yang baru tentang Mayuyu?

Saat itulah Errin tak tahu harus pun bisa menjawab apa, karena ucapan Mayuzumi yang tak diam saja di otaknya, terlebih ia sendiri masih dan semakin dipenuhi dengan berbagai pertanyaan yang intinya mengapa?

Pun tak mau memikirkan sampai menambah masalah, Errin segera mengirim sebuah balasan sederhana yang dengan harap semuanya selesai.

To: Saegusa Akina
From: Y. Errin

Ah, rupanya dia di tempat biasanya

To Be Continued
Story By -freude

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top