14.

Yuk, di-vote dulu, jangan lupa komen ya 🥰💚

Rendra memarkirkan mobil di halaman rumah Naya dan Mark. Setelah menikah, Naya jarang sekali bertandang ke sana. Bertukar kabar dengan sang kakak pun kadang-kadang saja. Kesibukan yang memisahkan mereka. Akhir minggu ini pasangan tersebut sengaja datang untuk merayakan ulang tahun Mark yang sudah lewat hampir seminggu.

"Naya pulang!" teriak Naya dari pintu depan memberitahu eksistensinya di rumah.

Mark yang sedang membuat minuman di dapur, melongokkan kepalanya. Dia tersenyum lebar melihat kehadiran Naya. Rendra juga berjalan masuk ke rumah, di salah satu tangannya ada kantong plastik besar berwarna putih.

"Naya," sapa Mark sambil membersihkan tangannya dengan tisu. Ia kemudian mengangguk pada Rendra. "Hai, Jun."

"Happy belated birthday, my brother! Best brother in the world!" ucap Naya sambil memeluk tubuh Mark.

Mark tertawa. Dia mengacak rambut Naya sebelum adiknya itu menarik diri.

"Ada kue nggak?"

"Lebih enak dari kue," jawab Naya. Ia kemudian balik badan dan mengambil bawaan Rendra. "Seafood party!"

"Wah! Terbaik memang!" Mark memekik girang.

Rendra hanya tersenyum kecil melihat kelakuan kakak beradik itu. Dari dulu dia sudah menjadi saksi mata pertengkaran dan keakraban Mark-Naya. Rendra yang anak tunggal tidak bisa mengerti rasanya berebut makanan. Kasih sayang dari kedua orang tuanya berlimpah hanya untuk dirinya seorang.

"Makan lesehan di meja ruang tengah aja ya," ucap Naya. Ia meletakkan tas plastik ke atas meja pantry.

"Kakak siapin piring," ucap Mark berinisiatif.

"Nggak usah, Kak," cegah Naya. Wanita itu menaik-naikkan alisnya. "Aku belinya di Hola Crab."

"Yang banyak itu? Yang makannya langsung di meja?" Naya mengangguk menjawab pertanyaan sang kakak.

Raut wajah Mark berubah. Dia pura-pura menangis terharu. Pria itu secara dramatis memeluk tubuh mungil Naya. Tangan kirinya di kepala, tangan kanannya di pinggang.

"Kamu tahu nggak, Nay? Kakak tuh beruntung banget punya adek kayak kamu. Semalam Kakak mimpi makan lobster, sudah lama juga nggak makan seafood. Ternyata... Tuhan mengabulkan keinginan Kakak dengan mengirim berkah ini melalui kamu."

Naya mencubit pinggang Mark. Kakaknya itu mengaduh dan bergerak mundur.

"Lebay banget. Ayo buruan siapin mejanya," ucap Naya.

"Aku bisa bantu apa?" tanya Rendra yang sedari tadi hanya diam.

"Bersihin meja aja," jawab Naya. Ia kemudian menoleh ke arah Mark. "Bikinin aku sama Kak Rendra sirup juga dong, Kak."

"Bikin sendiri," jutek Mark. Dia mengangkat gelas miliknya dan berlalu ke ruang tengah.

"Ih, kok nyebelin!"

Rendra meringis. Lagi-lagi dia melihat Mark dan Naya bertengkar. Baru saja bermanis-manis manja, kini kedua orang itu sudah saling jambak dan berteriak satu sama lain.

Rendra menyusul ke ruang tengah dengan dua cangkir es sirup di masing-masing tangan. Ia kemudian membersihkan meja dan menggelar kertas putih sebagai tatakan makan. Pria itu juga menuangkan seafood di atasnya. Sudah siap makan.

"Ayo, makan," ucap Rendra pada Mark dan Naya yang masih ribut di atas sofa.

Kedua orang itu menoleh bersamaan. Mark dan Naya jadi terlihat makin mirip. Mereka langsung duduk bersebelahan di lantai.

"Wah, looks so appetizing!"

Naya menyikut pinggang Mark. "Bilang makasih dulu sama Kak Rendra."

Mark meringis. "Makasih, Rendra."

"Makasih, Kak Rendra."

Rendra mengangguk. "Dimakan, mumpung masih panas."

"Cuci tangan dulu, Kak," ucap Naya pada Mark. Dua bersaudara itu berjalan beriringan menuju dapur.

Setelah kembali duduk di tempatnya semula, Naya membuka satu bungkus nasi putih dan meletakkannya di depan Rendra. Tangannya beralih mengambil bungkus lain dan menyerahkannya pada Mark. Ia mengambil nasi putih terakhir.

Mereka bertiga mulai menyantap makanan setelah membaca doa. Mark memimpin.

"Kalian sudah berapa lama menikah ya? Saking jarangnya ketemu, berasa sudah lama banget," ucap Mark.

Naya dan Rendra saling pandang. Naya kemudian menjawab. "Sekitar setengah tahun. Iya nggak, Kak Rendra?"

Rendra mengangguk. "Makan dulu baru ngobrol."

Mark dan Naya saling pandang. Mereka mengirim sinyal pada satu sama lain.

"Biarin aja, Kak. Kita ngobrol berdua aja," ucap Naya bebal.

"Iya. Rendra nggak asyik," Mark menyetujuinya.

Naya kemudian membuka percakapan lagi. Wanita itu bahkan mengubah arah duduknya menjadi menghadap sang kakak. Tidak peduli akan dikatai sebagai istri durhaka. Toh, Rendra tidak akan marah.

"Kakak lagi sibuk apa sekarang?"

Mark mengambil satu lobster kecil. Tangannya aktif membuka kulit dan mengais dagingnya. "Kayak biasa, ambil proyekan. Lumayan lho, zaman sekarang banyak banget yang rumahnya mau direnovasi sekalian di-remake biar kekinian."

"Iya, aku sering lihat tuh, rumah di lahan kecil aja bisa bagus banget. Orang-orang makin kreatif zaman sekarang," timpal Naya.

"Kalian jadi mau beli rumah nggak? Kakak lihat ada tawaran bagus di daerah Jakal atas. Rumah sudah jadi, kalau mau nanti Kakak ubah-ubah sedikit. Misal mau dibongkar bagian dapur, atau apa kek," tawar Mark.

"Belum butuh rumah, Kak. Apartemen dulu aja."

"Kalau nanti punya anak kan, lebih enak tinggal di rumah sendiri," ucap Mark lagi.

Naya melirik Rendra sekilas. Tangan pria itu berhenti sejenak di udara. Namun kembali menyuap seperti tidak mendengar ucapan Mark.

"Bukan prioritas. Lagipula Kak Rendra masih wara-wiri Sardjito, belum lagi kalau rotasi ke rumah sakit daerah. Mending di apartemen dulu. Aku jadi nggak sendirian."

Mark tertawa kecil. "Kalau kesepian tinggal turun ke lobby terus ngobrol sama satpam ya?"

Naya meringis. "Seringnya sih ngobrol sama mbak laundry atau mas minimarket."

"Memang nggak sibuk? Kok bisa ngobrol?"

"Aku dapat jadwal jaga kliniknya dari jam dua sampai jam tujuh malam, kecuali hari Senin. Sudah gitu, cuma lima hari kerja."

Mark manggut-manggut. Obrolan kakak beradik itu berlanjut. Rendra benar-benar dianggap tidak ada di sana.

---

"Rendra sudah tidur?" tanya Mark pada Naya yang baru bergabung bersamanya di ruang tengah.

Naya duduk bersila di sofa. Ia memeluk bantal kecil. "Belum. Masih belajar di kamar tuh. Kakak nggak lanjut kerja?"

"Mumpung ada kamu di rumah, main dulu lah. Mampet juga otak kerja terus. Lanjut nanti malam aja. Ngalong," jawab Mark.

Naya tertawa kecil. Tangannya mengoperasikan remote untuk mengganti-ganti channel TV.

"Kangen tinggal di rumah. Selalu ada hal yang bisa aku kerjain," ucap Naya.

Mark menoleh. "Kalau gitu kamu sama Rendra tinggal di sini lagi aja. Palagan ke Sardjito kan masih terjangkau cepat kalau naik motor. "

Sudut-sudut bibir Naya tertarik ke bawah. "Kasihan, Kak Rendra. Semakin sebentar perjalanan, semakin banyak waktu untuk dia istirahat."

"Kakak kesepian lho tinggal di rumah sebesar ini sendirian. Kalau kamu punya anak kan malah jadi ramai nih rumah."

"Aku sama Kak Rendra rencana menunda kehamilan selama dua tahun pertama, Kak," jujur Naya.

"Kenapa?" tanya Mark penasaran.

Naya menghela napas panjang. "Kak Rendra belum siap. Dia masih sibuk belajar. Butuh banyak biaya juga untuk membesarkan anak."

Mark mengangguk mengerti. "Jadi, selama dua tahun ini kamu minum pil terus?"

"Aku sekarang sudah pakai KB suntik."

"Serius? Suntik?" kaget Mark.

Naya meringis. "Reaksi Kakak dan Kak Rendra sama. Tenang aja. Aku bisa kok."

Mark menghela napas panjang. Punggungnya bersandar di sofa. Tangan kanannya mengusap kepala Naya.

"Pernikahan kamu bahagia, kan?"

Naya menelengkan kepalanya. "Definisi bahagia itu bisa berbeda untuk masing-masing orang. Bagi aku, hidup berdua sama Kak Rendra aja sudah seneng banget."

Wanita itu duduk menghadap Mark. "Kakak jangan khawatir. Walaupun Kak Rendra jarang berbuat manis, aku tahu dia sayang banget sama aku. Cuma caranya aja yang beda. Dari luar memang kelihatannya kita nggak lovey-dovey gitu, tapi selama kita berdua nyaman, ya, kenapa nggak?"

"Iya, Kakak percaya. Kamu sudah dewasa," sahut Mark. "Kalau ada apa-apa, langsung cerita sama Kakak ya. Temen-temen kamu kan sudah pada sibuk sekarang."

Naya meringis. Ia memeluk tubuh sang kakak dengan erat. Mark mendengus geli. Tangannya mengusap kepala Naya perlahan.

---

SIDE STORY

Rendra dan Naya bermalam di rumah keluarga Naya

Naya: Kak, habis mandi rambut tuh langsung dikeringin. Bikin kasur basah nih.

Rendra: Iya, iya. *Lihat Naya lagi ambil piyama di lemari*. Kamu masih ingat nggak, pertemuan pertama kita di rumah ini?

Naya: *mikir bentar* *blushing* Nggak usah diingat-ingat, aku malu...

Rendra: *ketawa* Nggak nyangka sekarang kita malah jadi tidur bareng di kamar yang sama. Dulu kamu ngatain aku orang mesum di kamar ini.

Naya: Ih, Kak Rendra...

Rendra: Padahal kamu yang masuk ke kamar aku, terus, jadinya aku ngalah kasih kamar ini untuk kamu.

Naya: *tutup mulut Rendra pakai tangan* *pouting* Malu...

Rendra: *tarik tangan Naya sampai jatuh ke pangkuan Rendra* *curi satu kecupan di bibir* Kalau mau cium, bilang dong.

Naya: *blushing* Itu sih Kak Rendra yang mau!

Rendra: Mau dikasih lagi nggak?

Naya: *mengangguk, malu-malu kucing*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top