10.
Yuk, di-vote dulu, jangan lupa komen ya 🥰💚
Naya melemparkan dirinya ke kasur. Dia tak peduli dengan hiasan mawar merah yang sudah disusun dengan bentuk hati di atas pembaringan. Gadis itu bahkan tidak peduli citranya jatuh di mata Rendra. Naya sangat lelah.
Rendra masuk ke dalam kamar sambil menarik koper miliknya dan milik Naya. Dia geleng-geleng melihat gadis yang sudah berubah status menjadi istri Rendra tidur telentang dengan kaki menggantung tanpa melepas sepatu terlebih dahulu. Rendra menutup pintu kamar dan jalan menghampiri Naya.
"Naya, mandi dulu," ucap Rendra mengingatkan.
"Capek, Kak," jawab Naya malas-malasan. Gadis itu malah memejamkan matanya.
Rendra menghela napas. Dia berlutut di samping kaki Naya. Dengan telaten, Rendra melepas sepatu hak tinggi dari kaki sang istri.
"Naya."
Tak ada jawaban. Rendra menarik kedua tangan Naya sekuat tenaga. Gadis itu mau tak mau mengubah posisi jadi duduk.
"Paling nggak, bersihin make up," bujuk Rendra. Dia sudah duduk di samping Naya.
Naya membuka mata. Tangannya menangkup kedua pipi Rendra. Diperlakukan seperti itu dengan tiba-tiba, Rendra tentu kaget. Dia sampai tidak bisa berkutik.
"Sekarang bisa makin manja deh," ucap Naya sambil tersenyum manis.
Jantung Rendra berdebar kencang. Matanya mengerjap tak percaya. Naya terlihat seperti sedang menggodanya.
"Okay, aku bersihin make up dulu," ucap Naya. Ia melepaskan tangannya dan berdiri. Gadis itu meraih tas tenteng berisi peralatan make up dan alat mandi.
Rendra masih mengatur debaran jantungnya. Mata cowok itu bergerak melihat pantulan bayangan di cermin. Naya mulai menuangkan make up remover ke atas kapas.
"Kak Rendra mandi duluan aja," ucap Naya.
"Okay."
Tanpa menunggu lebih lama, Rendra segera bangun dan berjalan menuju kopernya. Ia mengambil beberapa potong pakaian dan berlalu menuju kamar mandi.
Setelah terdengar bunyi pintu terkunci, Naya menarik napas banyak-banyak. Dia memegangi dadanya. Raut wajah tenangnya berubah panik.
"Parah, aku ngapain sih tadi?" bisik Naya pada dirinya sendiri.
Gadis itu melirik pintu kamar mandi. Dia menggeleng. Semoga Kak Rendra nggak mikir yang aneh-aneh, doa Naya dalam hati.
Sepuluh menit berlalu. Rendra keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Setelan jas berwarna krem sudah berganti menjadi kaos putih dan celana training panjang berwarna hitam.
"Giliran aku mandi," ucap Naya sambil bangkit dari kursi meja rias.
Gadis itu berjalan menghampiri kopernya. Ia mengubek-ubek isi koper dengan pandangan panik. Setengah menit kemudian Naya langsung membanting kopernya hingga menutup kembali. Wajahnya merah.
Rendra mengerutkan alis. "Ada apa?"
Naya menggeleng. Dia tertawa gugup. Dalam hati gadis itu mengumpat teman-temannya. Siapa lagi kalau bukan trio rebel Ghina-Loli-Gladis yang mengisi penuh kopernya dengan lingerie berbagai macam jenis tapi tidak ada satu pun baju normal yang tersedia?
"Kenapa, Naya? Kopernya jangan dibanting, nanti rusak," ucap Rendra sambil berjalan mendekat.
"Nggak, nggak ada apa-apa," ucap Naya berusaha tetap tenang. Pandangan matanya bagai scanner mengamati pakaian yang dikenakan Rendra.
Rendra mundur perlahan. Dia takut. "Kamu kenapa, sih?"
"Kak Rendra, aku boleh pinjam baju Kakak?"
Mata Rendra terbuka lebar. Belum sampai sehari mereka menikah, Naya sudah menunjukkan tingkah anehnya. Rendra jadi takut akan diserang oleh Naya.
"Kamu punya fetish sama baju aku ya?"
Mulut Naya terbuka. Dia memandang Rendra dengan tatapan galak.
"Mikirnya kejauhan, Kak," omel Naya. "Aku nggak ada baju untuk tidur. Masa iya aku pakai gaun formal malam ini?" protesnya sambil menunjuk gaun formal panjang berwarna putih yang melekat di tubuhnya. Sehabis acara resepsi, Naya langsung mengganti gaun pengantin sewaan dengan pakaian yang ia kenakan sekarang.
"Di koper nggak ada? Kamu lupa bawa?"
Naya memejamkan matanya. Bukan lupa bawa, tapi isinya diganti semua sama curut-curut laknat, batin Naya.
"Iya, Kak. Lupa," bohong Naya. Dia terkekeh.
"Koper berat gitu, masa nggak ada satu pun yang bisa dipakai," ucap Rendra tak percaya. Dia menyingkirkan tubuh Naya ke samping. Dengan cepat tangannya meraih koper Naya.
"Jangan, Kak...."
Terlambat. Rendra sudah melihat isinya. Bagian paling atas dan paling terlihat adalah lingerie berwarna merah terang dengan bentuk yang menggoda. Tidak pantas disebut sebagai baju karena tidak menutupi apapun.
Naya menghela napas panjang. Dia malu banget.
"Tuh kan," keluh Naya sambil menunduk. "Itu bukan aku yang masukin. Pasti ulah temen-temen aku."
Rendra menutup koper Naya dengan perlahan. Ia menelan ludah dengan susah payah. Rendra tetaplah cowok normal. Di pikirannya saat ini bahkan sudah ada bayangan Naya mengenakan baju kekurangan bahan tersebut.
"Makanya, Kak," Naya merengek. "Aku pinjem baju Kak Rendra dulu ya."
Rendra mengerjapkan mata. Dia mengangguk. Otaknya ingin berbuat baik, tapi akal bulusnya berkata lain. Beruntung, malam ini Rendra tidak kehilangan hati nurani.
"Bentar, aku ambil dulu," ucap Rendra.
Rendra menyerahkan kaos putih dan training hitam serupa dengan yang sekarang sedang ia pakai. Ia kemudian duduk bersila ketika Naya terlihat akan membuka koper miliknya sendiri. Gadis itu sadar. Dia memberikan tatapan membunuh pada suaminya itu.
"Aku mau ambil dalaman. Mau lihat?"
Rendra langsung berpaling. Naya cepat-cepat mengambil pakaian dalam. Tanpa banyak bicara, Naya berdiri dan masuk ke kamar mandi.
---
"Kak Rendra, bangun. Kak Rendra," ucap Naya sambil menoel-noel pipi suaminya itu.
Rendra membuka mata dengan enggan. Hal yang pertama kali ia lihat adalah wajah manis Naya. Rendra tersenyum tipis, matanya masih menyesuaikan cahaya penerangan kamar.
"Ada apa? Ini belum pagi, kan?"
"Masih jam dua," ucap Naya santai. Ia kemudian meringis. "Mau kelonan."
Rendra tertawa kecil. Dia membenahi posisi tidurnya. Rendra menepuk-nepuk ruang di sampingnya.
"Sini, aku peluk."
Naya dengan girang berbaring mendekat. Rendra merengkuh tubuh mungil Naya. Ini pelukan kedua mereka. Pelukan pertama dilakukan saat Rendra terlalu terharu selepas akad, ketika penghulu menyatakan bahwa mereka telah menjadi pasangan yang sah di mata agama dan negara.
Selepas Naya keluar dari kamar mandi, Rendra hampir tidak bisa menahan diri. Walaupun Rendra juga bertubuh kurus, bajunya di tubuh Naya terlihat menggemaskan. Apalagi istrinya itu kesusahan dengan celana yang kepanjangan. Entah mana yang lebih baik, melihat Naya dalam balutan pakaian Rendra yang membuatnya jadi tambah menggemaskan, atau melihat Naya mengenakan lingerie seksi yang saat ini masih teronggok di dalam kopernya.
Daripada pikirannya aneh-aneh, Rendra langsung berbaring dan menarik selimut sampai sebatas dagu. Dia bahkan tidur membelakangi Naya. Tanpa ada ucapan selamat malam atau obrolan ringan, pria itu justru terlelap lebih dulu. Bukan apa-apa, Rendra hanya tidak ingin membuat Naya kelelahan.
"Hangat, hehe," komentar Naya di dada Rendra.
Rendra tersenyum. Matanya kembali terpejam. Ia mengelus kepala Naya tanpa henti.
"Tidur lagi, masih pagi banget lho ini," ucap Renjun. "Besok kita kan langsung ke Jogja."
"Kak Rendra serius nggak mau bulan madu dulu?"
"Nggak ada waktu, Naya," ucap Rendra. "Asal sama kamu tiap hari, itu juga sudah bisa dianggap bulan madu."
"Tapi kan nggak sama, Kak."
"Gunanya untuk apa? Bikin anak? Kan kita sepakat untuk menunda kehamilan dua tahun lagi," kata Rendra.
Naya merengut. "Kegunaan lainnya kan untuk menambah erat hubungan suami istri, Kak."
"Nah balik lagi ke awal, kan? Berarti yang penting sama kamu. Nggak perlu liburan jauh-jauh. Ketemu di rumah aja sudah cukup."
Mata Naya berputar. Percuma ngomong sama Rendra, kayak ngomong sama tembok! Daripada keki, mending Naya tidur.
"Naya," panggil Rendra.
Tidak ada jawaban. Naya pun lebih memilih untuk pura-pura tidur. Dia tidak mau merusak hari pertama mereka sebagai suami istri dengan bertengkar.
Rendra melonggarkan pelukannya. Ia menunduk. Dengan hati-hati, Rendra kembali memeluk tubuh Naya. Ia mencium kening sang istri.
"Selamat tidur."
---
SIDE STORY
Dua minggu sebelum hari pernikahan, Rendra antar Naya ke bandara. Soalnya mereka bakal menjalani masa pingitan dan tidak bisa bertemu sampai hari H, vidcall pun dilarang sama para orang tua. Sambil nunggu Naya ke toilet, Rendra beli es krim.
Naya: *diam-diam foto Rendra habis balik dari kamar mandi tapi ketahuan* *cuma bisa meringis, terus jalan mendekat*
Rendra: Paparazi ya?
Naya: Kan bakal kangen sama Kak Rendra, harus diabadikan semua momen yang ada.
Rendra: Cuma dua minggu, Naya.
Naya: Tetep aja :(
Rendra: *pat-pat* Ya sudah, ambil gambar sepuas kamu.
Naya: *foto-foto Rendra* *terus simpan HP* Kok cuma satu, Kak?
Rendra: Es krim? Kan kamu punya gigi sensitif.
Naya: Mau :(
Rendra: Beli sendiri.
Naya: Mau punya Kak Rendra aja, barengan.
Rendra: Naya....
Naya: Ya? Ya? Please *puppy eyes*
Rendra: Okay.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top