Prolog

Sica.

Nama yang mudah sekali untuk diingat, bukan? Itulah nama panggilanku. Nama lengkapku Sica Zarsaca.

Aku punya mata bermanik merah, rambut setengah punggung berwarna perak, dan wajahku biasa-biasa saja.

Aku suka sekali pita. Kepalaku selalu dihias dengan bando pita. Warna kesukaanku adalah biru. Jadi, aku sering memakai pita dan baju berwarna biru.

Umurku 17 tahun, tapi tinggi badanku tetap saja seperti anak-anak, sekitar 148 cm. Pendek sekali, bukan? Aku agak sedih dengan kenyataan tinggi badanku hanya segitu. Tapi, aku punya kelebihan melalui sihirku yang lumayan kuat untuk mengalahkan monster sihir sendirian. Biasanya aku mengeluarkan sihirku dari tanganku atau kadang menggunakan tongkat sihir.

Ada jutaan macam sihir yang bisa dipelajari di sekolah. Soal sekolah, aku bersekolah di Akademi Famagisa, sekolah yang dibangun oleh kerajaan Famagisa. Tidak terlalu banyak sihir yang dapat aku kuasai. Sihir yang aku bisa dan sering digunakan untuk menyerang adalah sihir petir. Kadang sihirku bisa menurunkan hujan.

Karena semua teman sekelasku tahu kalau aku bisa menurunkan hujan, mereka selalu memintaku menurunkan hujan agar kelas kami tidak bisa melaksanakan pelajaran olahraga di lapangan. Mereka sangat pemalas kalau soal pelajaran jasmani itu. Saat aku menolak, mereka memaksa dan mengancamku dengan sihir mereka yang bisa membuat nyawaku melayang. Dengan terpaksa aku mengabulkan permintaan mereka.

Mereka sangat egois. Aku tidak suka dengan semua teman sekelasku sendiri. Jadi, aku memutuskan untuk membolos setiap pelajaran olahraga---bukan, melainkan belajar tentang sihir dengan guru sihirku. Tidak ada satu pun teman sekelasku yang mengetahui ini.

Miss Delisa. Dia adalah guru sihir kelasku. Wajahnya cantik, matanya biru langit, memakai kacamata, dan rambutnya pirang dikucir satu.

"Sica, kau siap dengan misi barumu?" tanya Miss Delisa yang tengah duduk di kursi kerjanya.

Aku sedang berdiri di depan meja kerjanya untuk menghadap Miss Delisa, yaitu berada di dalam kantornya.

"Kapan pun itu saya siap untuk menjalani misi dari Anda, Miss!" jawabku dengan semangat yang berkobar.

Miss Delisa sering memberiku misi agar bisa mengasah dan melatih sihirku untuk menjadi lebih kuat. Misi yang aku jalani darinya sangat membantu sihirku terus berkembang walaupun aku masih bertahan di sihir petir saja.

Miss Delisa mendorong bagian tengah kacamatanya. Tatapannya serius, mengundangku untuk menyimak penjelasannya dengan serius.

"Kau mau bisa menguasai sihir air?"

Pertanyaan itu semakin mengobarkan api semangatku. Pasti pertanyaan itu berkaitan dengan misi baruku.

"Tentu saja, Miss! Selain air, saya juga ingin bisa mempelajari semua sihir yang ada!"

Miss Delisa tersenyum. Kedua tangannya digabungkan dan menopang ujung dagunya dengan ekspresi yang serius.

"Kalau semangatmu sepanas itu, aku akan berikan kau misi baru yang lebih sulit daripada sebelumnya. Selain itu, aku dengar kau bisa menurunkan hujan. Apa itu benar?"

Aku mengangguk.

"Iya, saya bisa menurunkan hujan dengan sihir saya. Memangnya ada apa, Miss?"

Miss Delisa tampak sedang berpikir. Apa sihir hujan ada kaitannya dengan misi baruku ataukah ada hal lain? Aku tidak tahu, tapi yang jelas Miss Delisa tidak lama lagi akan menjelaskannya.

"Itu juga bagian dari sihir air, namun sihirmu itu hanya bisa berhasil jika ada awan langit saja," jelas Miss Delisa. "Karena kau bisa menurunkan hujan, mungkin satu misi lagi kau akan bisa menguasai sihir air."

"Wah! Benarkah itu, Miss? Baiklah! Saya sudah tidak sabar untuk menjalankan misi dari Anda!" girangku penuh optimis.

Aku baru tahu, menurunkan hujan juga bagian dari sihir air. Memang ya kalau dilihat, awan itu menurunkan air dalam bentuk tetesan yang tak bisa dihitung jumlahnya. Kalau sudah berkaitan dengan air, itu artinya sama saja dengan sihir air. Baru terpikir.

"Sica Zarsaca, misimu adalah," Miss Delisa sengaja menjeda kata-katanya agar aku penasaran. Selain penasaran, jantungku berdebar-debar karena saking tidak sabarnya, "mengaktifkan jantung sihir di Avalous."

Aku sangat terkejut mendengar misi itu. Apa penyihir biasa sepertiku bisa mengaktifkan ... apa tadi? Jantung sihir?! Aku saja hanya baru bisa menguasai satu sihir. Bagaimana caranya aku bisa mengaktifkan jantung sihir? Misi ini terdengar dua kali lipat lebih sulit dibanding misi-misi sebelumnya.

"Miss ..."

"Kau pasti ingin bertanya bagaimana cara mengaktifkan jantung sihir yang sudah tak berdetak lagi, bukan?"

Pertanyaan Miss Delisa membuatku membatu dan terdiam. Tak mungkin aku berani dengan guruku sendiri. Dia yang telah mengajarkanku selama ini. Apapun misinya, aku tidak pernah merasa keberatan. Tapi, apa misi yang satu ini juga bisa berjalan dengan lancar?

Miss Delisa beranjak dari kursinya, lalu berjalan langkah demi langkah ke arahku. Sepatunya yang berkeletok jelas sangat menegangkan untukku dengarkan. Dia menyentuh bahu kananku, membuatku merinding untuk sesaat.

"Seorang murid memang wajar bertanya kepada gurunya. Tapi, kalau guru ingin bertanya kepada muridnya, aku punya pertanyaan untukmu. Apa kau bersedia melakukan misi dariku?"

"E-entahlah, Miss. Terdengar mustahil bagi saya untuk menghidupkan kembali sebuah jantung sihir yang sudah mati. Saya berpikir, apa saya bisa melakukan itu?"

Miss Delisa mengelus rambutku dan menyentuh wajahku. Dia tersenyum hangat memberikan ketenangan. Aku hanya bisa menunggu jawabannya sambil menatap mata birunya yang cantik.

"Tidak ada yang mustahil jika kau merasa yakin dengan dirimu sendiri. Keberanianmu adalah penuntunmu untuk tetap berusaha dan mencapai kesuksesanmu. Jika kau tidak yakin, itu artinya kau tidak bisa percaya kepada kemampuanmu sendiri."

Aku tertegun mendengar jawaban Miss Delisa. Kata-katanya menghidupkan dan membangun semangatku yang tadinya runtuh. Miss Delisa benar. Aku harus yakin kepada kemampuanku sendiri. Tidak ada yang mustahil. Aku harus bisa.

"Saya akan melakukan misi dari Anda, Miss. Sesulit apapun itu!" tekadku dengan semangat membuat Miss Delisa tersenyum lebar dan mencubit pipi kananku.

"Kau adalah murid yang sangat optimis, Sica," puji Miss Delisa membuatku tersipu. "Baiklah. Kau tahu di mana letak Avalous itu?"

"Saya pernah mendengar tentang Avalous, tetapi saya tidak tahu letaknya," jawabku.

"Avalous adalah sebuah negeri yang dipimpin oleh sebuah kerajaan. Letaknya sangat jauh dari Famagisa. Jantung sihir di Avalous mati karena ada penyihir jahat yang sengaja mematikan jantung sihir Avalous agar di sana tidak bisa menggunakan sihir dan mudah menyerang negeri Avalous kapan saja. Aku ingin kau membantu mereka menghidupkan kembali jantung sihir Avalous," kata Miss Delisa menjelaskan perihal Avalous.

Aku mendengarkan penjelasan Miss Delisa dengan jeli. Jadi, Miss Delisa ingin aku membantu orang yang ada di sana untuk menghidupkan kembali jantung sihir Avalous. Tapi, kalau aku ada di sana, otomatis aku juga tidak bisa menggunakan sihirku. Koneksiku dengan sumber kehidupan sihir akan terputus dari jantung sihir Famagisa.

"Kalau saya ada di sana, saya juga tidak bisa menggunakan sihir?" tanyaku.

"Itu tidak akan terjadi selama kau memakai kalung ini," jawab Miss Delisa sambil mengeluarkan dan menampakkan sebuah kalung berbuah sebuah mutiara putih cantik yang bersinar jika mengenai sinar matahari. "Kalung sihir ini bagaikan jantung sihir yang akan selalu berada di dekat jantungmu. Pakailah."

"Terima kasih, Miss!" Aku menerima kalung itu dan memasangnya di sekeliling leherku. "Jadi, kapan saya bisa melakukan misi itu?"

"Untuk melakukan misi itu, kau harus meminta izin ke orang tuamu. Pulanglah ke rumah untuk mengganti bajumu dan meminta izin. Kalau kau diizinkan, datanglah ke sekolah lagi pada jam 3 sore. Kau mengerti?"

"Mengerti, Miss!"

Begitu bersemangatnya, aku ingin sekali sekolah cepat-cepat berakhir. Semoga Ibu dan Ayah mengizinkanku untuk pergi ke Avalous agar bisa melaksanakan misi dari Miss Delisa.

Tepat jam 3 aku kembali ke sekolah setelah pulang ke rumah untuk mengganti baju dan meminta izin kepada Ibu dan Ayah. Ternyata aku diizinkan! Syukurlah.

Sebelum aku pergi, Ayah selalu memelukku dan mengecup keningku. Katanya, dia akan selalu merindukanku. Haha, aku sayang Ayah. Lalu Ibu, dia memberiku pesan untuk jaga diri dan belajarlah dengan sungguh-sungguh. Aku juga sayang Ibu.

Ketika aku sampai di ruang kantor Miss Delisa, ada suatu cahaya berwarna merah muda yang muncul keluar dari dalam ruangan melalui setiap sudut pintu. Aku merasa Miss Delisa sedang melakukan sesuatu dengan sihirnya.

Tok tok tok!

"Miss Delisa, Anda di dalam?"

Aku menunggu jawaban dari dalam dan tidak ada jawaban yang menyahutku. Apa Miss Delisa tidak ada di dalam? Kenapa dia tidak menjawab pertanyaanku?

"Baiklah, mungkin aku harus membuka pintunya," ucapku seraya mengumpulkan keberanian membuka pintu ruangan Miss Delisa.

Tanganku sudah menyentuh kenop pintu. Aku memutar kenop pintu dan terdengarlah sebuah suara klik yang menandakan pintu sudah bisa dibuka. Waktunya diriku masuk ke dalam ruangan.

Masuknya diriku ke dalam pintu, rupanya Miss Delisa sedang membuat sebuah portal sihir. Portal itu berbentuk dua garis segitiga merah muda berputar yang berkilau.

"Portal ini tidak akan bertahan lama. Masuklah ke dalam sana, Sica!" suruh Miss Delisa tiba-tiba, membuatku agak terkejut.

"Miss, po-portal ini akan mengantarkan saya menuju ke mana?" tanyaku merasa ragu untuk mendekat ke portal sihir tersebut.

"Ke Avalous! Masuklah ke dalam portal! Cepat!" jawab Miss Delisa sambil menyuruhku lagi untuk masuk ke dalam portal. Kedua tangannya direntangkan ke portal itu membentuk keberadaan portal tetap ada selama Miss Delisa masih mampu mengerahkan sihirnya.

"Baiklah, Miss! Sampai jumpa nanti!" ucapku seraya berlari masuk ke dalam portal.

Cahaya portal membuatku silau dan memejamkan mata. Diriku seperti sedang terjatuh dengan dalamnya. Begitulah keadaanku jika masuk ke dalam suatu portal untuk menuju ke suatu tempat. Jika letak yang ingin aku kunjungi jauh dari tempat asalku, sensasi jatuhku akan berakhir tergantung jauhnya letak Avalous.

Tapi tidak terasa, kedua kakiku kembali memijak lantai. Aku menggesek sepatuku ke lantai dan tercium bau tanah. Berarti, aku telah menginjak permukaan. Apa aku sudah sampai di Avalous?

Ketika aku membuka mataku secara perlahan, aku terkesima memandang seluruh yang ada di sekitarku. Di sini ada banyak bunga mawar putih. Lalu, tidak jauh dari tempatku berdiri dibangun sebuah istana putih yang indah nan megah. Puluhan langkah lagi ke bawah, aku bisa pergi ke kota yang ada di bawah sana. Pemandangan Avalous tidak kalah indahnya dengan Famagisa. Luar biasa!

Ngomong-ngomong, aku ada di dekat istana, bukan? Jadi, aku sudah sampai begitu saja di istana kerajaan Avalous?

"Salam, gadis cantik. Ada apa gerangan kau datang ke halaman istana? Apa kau ingin menemuiku?" tanya seorang lelaki tiba-tiba terdengar di samping, membuatku terkejut dan membalikkan badanku ke arah sumber suara.

Seorang lelaki bersurai merah berpakaian putih menyapaku dengan ramah dan lembut. Dia meraih tangan kananku dan mencium punggung tanganku.

Eh? Apa?

"Ahh!! Kenapa kau mencium tanganku??" pekikku dengan panik menjauhkan tanganku dari pegangannya. Rasanya geli! Sebelumnya tidak pernah ada yang berani mencium tanganku seperti itu.

"Oh, maafkan aku, gadis cantik. Aku tidak tahu kau tidak suka dicium tangannya oleh pemuda tampan sepertiku," balasnya memuji dirinya sendiri dengan percaya diri. Ya, dia memang tampan, tapi aku benci dengan orang yang suka pamer.

"Siapa kau?" tanyaku agak sinis dengannya. Aku takut dia akan melakukan sesuatu yang aneh selain mencium tanganku.

"Oh, kau ingin mengetahui siapa aku? Ah, dengan senang hati akan aku perkenalkan diriku kepada gadis cantik sepertimu. Perkenalkan, namaku Ades Avalous. Untukmu, kau boleh panggil aku Darling," ucapnya memperkenalkan dirinya dan terlihat sekali dia sedang menggodaku. Rasanya jadi tambah geli.

Tapi tunggu, nama belakangnya Avalous. Apa dia bagian dari kerajaan negeri ini? Astaga, kenapa makhluk menggelikan seperti dia bisa terlahir bangsawan? Dalam misiku di Avalous, aku harus berurusan dengan orang aneh ini? Hm, cobaan.

"Ades, apa kau seorang pangeran?" tanyaku dengan malas.

"Oh, bagaimana kau bisa tahu, sayang? Selain itu, beritahukanlah namamu padaku. Aku ingin mengetahui namamu juga," jawab Ades kembali membuatku geli.

"Hhh ... namaku Sica Zarsaca. Hei, apa kau tahu di mana letak jantung sihir Avalous?"

"Sica. Nama yang cantik. Tentu aku tahu letak jantung sihir Avalous, karena itu terletak di dalam istana."

Berat sekali diriku menerima jantung sihir berada di dalam istana kerajaan Avalous. Kalau aku tidak ingin tersesat, aku harus meminta bantuan kepada orang yang kenal dekat dengan istana putih itu. Siapa lagi kalau bukan meminta bantuan ke Ades? Melihat Ades, rasa semangatku berubah malas.

"Bisakah kau antarkan aku ke sana? Maksudku, Pangeran Ades, apa Anda memperbolehkan saya masuk ke dalam istana dan meminta bantuan Anda untuk pergi ke jantung sihir Avalous?" tanyaku berusaha berbicara secara halus dan formal padanya, karena dia bangsawan dan aku hanyalah orang biasa.

"Oh, kenapa kau bicara formal padaku? Biasa sajalah, karena aku lebih suka kau memanggilku dengan namaku secara langsung olehmu, Sica," goda Ades dan mencium punggung tanganku untuk yang kedua kali.

"Argh!! Kenapa kau mencium tanganku lagi? Hentikan!!" jeritku menjauhkan tanganku darinya dan tak sengaja ...

PLAK!!

... aku menampar wajahnya.

To be continue

IT IS BEAUTIFUL

Prolognya panjang biar jelas. Aku buat cerita fantasy lagi, hehe. Semoga kalian suka para pembaca fantasy sekalian! Terima kasih atas dukungan dan komentar kalian semua!😊

6 Juni 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top