It is Beautiful : 50

Aku menyarankan Ken untuk mengobrol di taman sambil minum teh. Yah sebenarnya aku ingin bicara di ujung jurang kemudian mendorongnya jatuh ke dasar keputusasaan. Tapi misteri Ken yang menyembunyikan perempuan yang lain masih belum aku ketahui. Aku harus menyelidikinya dulu.

Tanganku mengambil secangkir teh yang telah dibuat oleh Justin, kemudian menyeruputnya sedikit. Tehnya enak sekali. Justin sepertinya sangat jago membuat makanan dan minuman apa saja. Memikirkan hal itu aku jadi teringat Joe.

Hah ... Bagaimana ekspresi Joe begitu tahu aku diculik, yah. Pasti dia marah sekali kepada Ken dan ingin membunuhnya. Tapi untuk sekarang, aku akan bertarung sendirian di sini dan segera pulang dengan selamat.

"Aku merasa mungkin alasan kau menculik wanita-wanita di kota ini termasuk aku tidak hanya ingin pertunjukan sulapmu ditonton, kan?" ujarku memulai topik.

Sebenarnya aku tidak tahu akan mulai dari mana. Kata-kata tadi langsung keluar begitu saja.

"Tidak. Hanya itu, kok," jawab Ken seraya bertopang dagu menatap kepadaku. "Aku hanya mau pertunjukanku ditonton. Tapi, kalau kalian melawan, aku bisa menjadikan kalian sebagai bahan sulapku. Yah misalkan, memotong tubuh kalian menjadi dua, atau melemparkan pisau secara tidak beraturan kepada kalian di papan."

Aku seketika merinding. "Jangan menakutiku seperti itu. Kau sudah merepotkan orang-orang hanya karena alasanmu itu. Kalau kau mau menjadi pesulap, silakan. Tidak ada yang melarang. Bahkan kau juga bisa memperagakannya di kotamu sendiri. Akhirnya kau akan mendapatkan keuntungan karena penonton menyukainya."

Ken yang tadinya tersenyum padaku, terlihat memudar. Tatapannya menjadi kosong sekaligus tajam.

"Kau mengatakan itu seolah mudah melakukannya. Kau tahu apa tentangku?" tanyanya dengan nada dingin.

"Tentu saja aku tahu!" balasku dengan lantang, membuatnya kelihatan terkejut. "Kau mau jadi pesulap, kan? Kalau iya, lakukan saja! Tapi jangan berbuat jahat seperti ini. Kalau kau membuat sulap dengan cara kotor, tidak ada yang menyukai sulapmu. Kalau keluargamu tidak mau kau menjadi pesulap, jangan dengarkan. Dengarkan apa yang kau mau saja."

Ken terdiam sejenak. Tiba-tiba dia tertawa pelan, sedang, lalu semakin keras.

"HAHAHAHA!" Dia beranjak dari duduknya. "Menarik sekali, Nona Sica Zarsaca. Aku rasa hanya kau yang bisa mengerti diriku. Menjadi pesulap memang keinginanku sejak kecil."

Dia sudah gila tertawa seperti itu. Buat kaget saja, batinku ngeri sendiri.

Ken berjalan menghampiriku. "Aku akan membebaskanmu dengan yang lain, namun dengan satu syarat."

Aku terkejut. Tiba-tiba Ken akan membebaskanku dengan yang lain juga. Ini kesempatan. Ken juga kelihatan sudah mengakui kalau dirinyalah yang melakukan kejahatan.

"Apa itu?" tanyaku.

"Katamu aku bisa menjadi pesulap tanpa mendengar pendapat orang lain, kan? Bagaimana jika kau membantuku?" ujar Ken. "Tapi aku juga akan memberikan imbalan lain selain membebaskanmu. Kau setuju?"

Aku diam berpikir sejenak. Membantunya tidak masalah, selama itu tidak akan membuat Ken menculik orang lagi untuk dijadikan penonton. "Imbalan apa itu?"

"Terserah. Uang, baju, bahkan rumah ini juga bisa kau ambil," jawab Ken secara cuma-cuma. Sepertinya dia serius. "Kalau kau bisa membantuku sampai aku benar-benar jadi pesulap, aku akan memberikan apa yang kau mau."

"Aku tidak butuh hartamu," balasku. "Aku hanya mau kau menjadi pria yang normal. Itu saja."

"Hah? Kau pikir aku tidak normal?" tanya Ken tak percaya.

"Iya. Kau tidak menyadarinya?"

"Aku masih normal!"

"Normal apanya? Kau menculik banyak perempuan di kota ini dan mengurungnya untuk dijadikan sebagai penonton paksamu. Apa itu normal?" Aku menghela napas. "Baiklah, aku setuju untuk membantumu. Mungkin aku akan memikirkan matang-matang imbalan apa yang lebih bagus."

Ken tersenyum senang. "Terima kasih, Nona Sica. Tapi pertama-tama di mana kita harus memulai?"

Siang harinya, aku memanggil partner sihirku yaitu Indra. Ken tampak memperhatikanku memanggil roh sihir milikku. Tampak tercengang seperti melamun. Aku tidak mengerti kenapa dia seperti itu. Aku rasa dia memang kurang waras.

"Wow, ternyata seorang gadis yang sedang memanggil roh sihir kelihatan cantik juga," ujar Ken. Sepertinya dia memujiku.

"Oh, terima kasih," balasku datar tak peduli. Kemudian aku lebih berfokus kepada lingkaran sihir yang telah muncul di tanah. Perlahan sosok Indra keluar.

Indra membuka mata hijaunya perlahan. Ia tersenyum dan menunduk kepadaku.

"Master, ada yang bisa saya bantu?" tanya Indra dengan lembut kepadaku. Ia melihat Ken yang melihatnya sedari tadi. "Ah, apa ini kekasih baru Anda? Ternyata Anda benar-benar suka menggoda laki-laki tampan, ya."

"Hah?" ujarku datar. Sejak kapan aku menggodanya? "Jangan bicara omong kosong. Dia ini penjahat."

Mata Ken tampak berbinar. "Seperti sulap! Meski cara orang memgeluarkan partner sihir itu sama, tapi aku lebih senang disaat menonton seorang gadis mengeluarkan partner sihir laki-laki. Indah sekali~"

"Hm?" Indra tersenyum tidak mengerti mengenai apa yang dibicarakan Ken. "Master, kalau dia penjahat, kenapa dia tidak melukai Anda?"

"Ceritanya panjang. Aku akan memberitahu detailnya nanti. Intinya, orang gila ini bercita-cita ingin menjadi pesulap. Dia melakukan masalah selama melampiaskan hobi sulapnya. Tugasmu adalah, aku ingin kau pergi menemui para pangeran Avalous. Mereka juga ada di kota ini. Beritahu pada mereka kalau aku sekarang baik-baik saja. Selanjutnya ..."

Ken, Indra, beserta Justin yang tidak jauh dari kami tampak mendengarkan apa yang aku rencanakan. Ini hanya ide yang terlintas begitu saja. Tidak tahu bagaimana hasilnya nanti. Masalahnya, tak tahu apa penduduk kota akan suka atau tidak. Yang jelas aku sudah janji untuk membantu Ken.

Indra mengangguk paham setelah aku memberitahukan rencanaku. "Baiklah, Master. Saya akan pergi sekarang."

Indra berjalan pergi dan melompat terbang. Menghilang dengan cepat seperti petir. Lalu tinggal Ken yang tampak mengalihkan ekspresi.

"Apa itu ... Akan berhasil? Oh iya, para pangeran Avalous itu siapa?" tanya Ken. "Mereka bisa membantuku?"

Aku tersenyum. "Mereka baik, kok. Selama kau akan bersikap baik. Kalau dari mulutku, mereka pasti akan membantumu juga. Jadi, rencanaku ini patut dicoba. Kalau tidak dicoba, tak akan ada yang tahu hasilnya."

Yah, mereka berempat tidak akan mungkin mau melakukannya, kecuali kalau aku yang meminta. Mereka lebih sudi dan mau seperti itu. Karena itu, kesempatan ini tidak boleh disia-siakan.

"Nah, kalau begitu ..." Aku mengangkat tanganku dan menjentikkan jari.

Cling! Sebuah tongkat sihir keluar dari kekuatan sihirku. Aku mendekatkan ujung tongkat sihir ke bagian pakaianku. Bajuku berubah menjadi gaun jubah pesulap dan topi hitam berbentuk bundar panjang.

Ini sihir dasar yang pernah aku pelajari di sekolah. Aku mempelajari ini karena menarik, meski yang aku keluarkan ini memiliki durasi. Paling 2 jam kemudian akan berubah kembali seperti semula.

"Aku akan menjadi partner sulapmu, Ken," ujarku kepadanya. "Mari kita berlatih."

Mungkin kelihatan tidak bisa dipercaya, tapi aku merasa Ken mulai membuka hatinya padaku. Dia tersenyum senang dan mengangguk bersemangat.

Indra sebenarnya cukup bingung pada awalnya. Namun penjelasanku seharusnya sudah membuatnya mengerti. Dia sudah melakukan tugas yang aku suruh. Lalu Indra pun menceritakan apa yang terjadi saat dirinya memberitahukan informasiku yang sekarang kepada pangeran Avalous juga Fox dan Kanta.

"Di mana dia sekarang? Kenapa kau tidak bersamanya??" tanya Gabriel sambil memegang kuat kedua bahu Indra.

Indra menemui mereka di tengah jalanan kota. Mungkin mereka berusaha mencariku. Tapi sayang aku tidak ada di luar, tetapi terkurung di tempat tinggal Ken yang persis seperti istana.

"Tenanglah, adikku Gabriel. Indra pasti ada alasan tidak membawa Princess ke sini," ujar Genta menenangkan adik pertamanya itu sambil melepaskan pelan pegangan Gabriel yang terlalu mencengkram bahu Indra.

"Ughh ... Kacau. Semua ini salahku. Aku lengah menjaganya," Gabriel menunduk sambil memegang kepalanya. Rambut abu-abu yang acak-acakan. Dia begitu kacau. Andai aku ada di sana, aku pasti akan memeluknya dan memberitahunya kalau ini bukan salahnya.

Genta terlihat sedih akan ungkapan luka Gabriel. Ia hanya bisa memberikan keberadaannya. Perlahan menyandarkan Gabriel kepadanya agar lelaki itu sedikit lebih tenang.

"Jadi, di mana dia sekarang? Siapa yang membawanya?" tanya Ades yang penasaran kepada Indra.

"Apa dia harus dibunuh?" ujar Joe sambil memutar-mutar belati kesayangannya. "Kalau Kak Sica terluka, aku akan menyiksanya."

"Beritahu bagaimana keadaanya sekarang," kata Fox yang tetap memasang ekspresi kalem dan tenang sambil melipat tangan di depan dada.

Kanta tetap diam tak bersuara. Indra sempat memperhatikan sebentar. Mungkin hanya perasaan Indra, ia merasa Kanta mengetahui sesuatu tentang Ken yang menculikku. Yah bisa saja bukan.

"Master saya sekarang dalam keadaan baik-baik saja. Sekarang Master berada di tempat sang penculik. Namun dari yang saya lihat, dia bukan orang yang berbahaya," ucap Indra mulai memberikan informasi. "Dia diculik oleh orang yang selama ini menjadi bahan topik di kota ini. Sang penculik wanita."

"Apa? Dasar brengsek. Kenapa harus Queen?" geram Gabriel panas. Ah, aku jadi penasaran semarah apa dia kepada Ken. "Kota ini sudah gila."

"Hahaha, jangan cemas, Gabriel. Aku yakin yang dikatakan Indra benar. Beauty baik-baik saja." Sepertinya Ades yang paling tenang sesudah mendengar diriku masih hidup. "Indra, kau datang ke sini sendirian pasti ada yang ingin kau katakan selain itu, kan?"

Indra tersenyum lembut. "Benar. Saya akan jelaskan sekarang. Master saya sengaja tidak pergi bersama saya."

Semua tampak tidak menduga. Mereka terkejut. Indra kembali melanjutkan perkataannya.

"Bukannya tidak ingin kembali, tetapi Master sekarang sedang berusaha membantu sang penculik untuk tidak melakukan kejahatan lagi."

DUGH!

Angin dan tanah bersamaan seperti mengamuk sekejap dari Gabriel. Tatapannya tajam dan tampak marah. Bahkan mungkin lebih mengerikan ketimbang Joe.

"Omong kosong apa itu? Kenapa Queen harus melakukan itu kepada penjahat yang menculiknya??" tanya Gabriel tidak habis pikir. "Queen dalam bahaya! Seharusnya kau pergi bersama dia ke sini! Bukan membiarkannya di sana sendirian! Dia itu seorang gadis! Bukan pria!!"

Gabriel ingin seperti memukul Indra, tapi Genta langsung menahan Gabriel dengan kedua tangannya dari belakang.

"Adikku Gabriel, tenanglah. Indra sepertinya belum selesai bicara. Dengarkan dulu sampai habis," ucap Genta kepada Gabriel yang berusaha melepaskan diri.

"Maafkan saya. Tapi ini perintah dari Master saya sendiri," balas Indra meminta maaf setulusnya. Dia tidak mau berkelahi tanpa alasan yang jelas. Kalau sampai seperti itu, yang pasti aku akan marah pada mereka. "Lalu, Master ingin kalian membantu rencananya."

"Rencana? Sepertinya menarik. Apa yang akan Beauty lakukan kali ini, ya?" tanya Ades.

"Apa itu? Kelihatannya mencurigakan." Joe juga penasaran tapi setengah tidak percaya.

"Tapi, saya harus menanyakan ini dulu kepada kalian semua. Apa kalian siap membantu?" tanya Indra kepada mereka semua.

"Tentu saja," jawab Fox tiba-tiba melangkah maju. "Agar bisa menolong Nona, aku akan membantunya meskipun itu dari jauh."

Ades mendekat kepada Fox dan merangkulnya akrab. "Kata-katamu boleh juga. Yah, apa boleh buat. Karena Beauty orangnya tidak terduga. Aku akan ikut membantu."

Genta dan Kanta tak mengeluarkan sepatah kata lagi, yang berarti mereka setuju dengan hanya sebuah tatapan yakin. Sekarang tinggal Gabriel.

"Adikku Gabriel, bagaimana? Kau mau, kan?" tanya Genta kepada Gabriel yang diam di dekatnya.

Gabriel melepaskan tangan Genta darinya. Ia menghela napas panjang dan kembali menatap Indra yang sedang menunggu keputusannya.

"Sudah pasti akan aku bantu demi pulangnya Queen kepada kami. Tapi, aku punya satu permintaan. Tolong sampaikan ini kepada Queen."

Gabriel mendekati Indra dan membisikkan sesuatu. Melihat itu yang lain merasa penasaran dengan permintaan Gabriel. Apalagi ekspresi Indra saat mendengarkan Gabriel berbisik kepadanya terlihat tercengang.

Indra tertawa kecil. "Sepertinya Anda sangat menyukai Master saya, ya."

"A-apa yang kau katakan?? Aku hanya ingin tahu itu saja darinya. Tidak ada hubungannya dengan hal seperti itu!" sanggah Gabriel cepat. "Selagi kami mempersiapkannya untuk rencana Queen, katakan padanya untuk berhati-hati terhadap pria aneh itu. Katakan juga padanya kalau kami sangat merindukannya."

Indra membungkuk hormat kepada Gabriel. "Laksanakan, Pangeran."

Setelah melakukan tugasnya, Indra pun pergi dari lokasi dengan kekuatan sihir petirnya. Menghilang dari sana untuk kembali kepadaku.

To be continue


Halo semuanya~
Maafkan saya bila sekarang saya jarang update cerita ini. Tapi saya tidak meninggalkan cerita ini sama sekali. Saya terus memikirkan apa lanjutan yang terbaik untuk cerita yang satu ini. Meski lama untuk meneruskan, tapi saya tetap melanjutkan.

Saya tidak menyuruh kalian untuk terus membaca. Ini hanya kemauan kalian saja ingin tetap menyimak kelanjutan kisah ini atau tidak. Ini karya saya sendiri. Apabila ada yang tidak suka dengan cerita ini, lalu menyuruh saya menghapus cerita ini karena lama update, apa itu pembaca yang menghormati karya orang lain?

Anda sudah disuguhkan dengan aplikasi yang sangat bagus. Aplikasi yang bisa menggantikan buku novel yang sekarang harganya cukup mahal. Tidak hanya itu saja. Anda juga bisa menemui karya-karya anak bangsa yang luar biasa di sini. Bahkan bisa berkomunikasi dengan penulisnya. Bukannya kalian sudah tahu keunggulan itu?

Menulis itu tidaklah mudah. Butuh konsentrasi dan inspirasi untuk mengembangkan suatu cerita dan merangkainya jadi satu. Juga kemauan penulis untuk melanjutkan. Jika anda menyuruh seorang penulis seperti yang saya katakan tadi, wah. Terserah deh.

Saya tidak marah, tapi saya cukup sakit dengan komentar seperti itu. Saya sudah mengarang banyak cerita. Dan saya baru pertama kali bertemu pembaca yang menyakiti hati saya.

Saya akan tetap melanjutkan. Bagi kalian yang masih penasaran, ditunggu saja. Saya harap kalian tidak menyakiti siapa saja yang ingin berkarya. Cukup kalian baca, dukung kalau suka, dan tunggu dengan sabar.

Sebelumnya, saya minta maaf dan selamat hari raya idul fitri bagi yang menjalankan. Semoga segala dosa dimaafkan dan menjadi lebih baik lagi untuk ke depannya.

Terima kasih yang sudah menunggu terus cerita It is Beautiful. Nantikan kelanjutannya, ya~ sampai bertemu lagi

24 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top