It is Beautiful : 42
Cantik. Itulah yang aku katakan di dalam hati saat melihat wujud partner sihir milik Genta. Wanita itu juga tinggi dan putih. Sayapnya benar-benar menarik perhatianku. Begitu bercahaya. Aku beralih melihat ketiga pangeran yang juga tampak serius menonton. Uh, aku jadi penasaran juga dengan wujud partner sihir mereka.
Genta tersenyum kepada partner sihirnya yang bernama Pony. "Kau akan menghadapi lawan yang cukup kuat. Jadi kau harus waspada."
"Siap laksanakan, Master," jawab Pony dan mendarat di depan Genta untuk bersiap menghadap lawan yang dia tunggu-tunggu.
Miss Delisa juga mulai melakukan hal yang sama untuk memanggil roh sihirnya. Lingkaran sihir pemanggil roh berwarna biru laut terlihat berkilau di bawah telapak tangan Miss Delisa yang menapak di tanah. Miss Delisa segera merapalkan mantra.
"Sihir pemanggil, Aqua, aku memanggilmu untuk bertarung."
Kali ini bukan cahaya, melainkan buliran air keluar dari lingkaran sihir seperti tetesan air hujan yang bukannya jatuh ke tanah, justru melayang keluar dari lingkaran sihir. Seolah-olah di dalam sana ada lautan di mana roh sihir milik Miss Delisa tinggal.
Sihir air. Inilah sihir yang ingin sekali aku kuasai. Aku tertarik dengan sihir air sejak aku bisa menurunkan hujan dengan kekuatan sihirku. Aku juga akan menguasai sihir air itu suatu hari nanti.
Wujud roh sihir itu mulai terlihat dari gelembung air dan begitu gelembung itu pecah, sosok seorang gadis bergaun biru keluar dari gelembung tersebut. Gadis itu membuka mata birunya yang juga berwarna biru laut yang indah. Rambut birunya yang terus bergerak-gerak seakan ada di dalam air, dikucir satu dengan pita berbentuk kulit ekor ikan. Gadis itu juga tidak kalah cantik.
"Sihir air? Kelihatannya memang cukup sulit," gumam Gabriel mengamati Aqua dari jauh.
"Tidak tidak, kurasa dia lemah." Joe kelihatan tidak takut setelah melihat wujud dari roh sihir Miss Delisa.
"Menarik juga. Kita lihat saja siapa yang akan menang," ucap Ades kemudian menguap. Sepertinya Ades menahan kantuknya demi melihat adiknya bertarung. Aku sempat tersenyum melihatnya.
"Master, kenapa Anda menyuruh saya bertarung malam-malam? Saya kan tadi sedang tidur," keluh Aqua sambil menguap.
"Aqua sayang, ini tidak akan lama, kok. Lawanmu di depan sana. Kau tinggal lumpuhkan dia dan kau bisa kembali tidur," balas Miss Delisa yang seketika membuat kami semua yang menonton di sini merinding.
"Dia berkata seperti itu seakan dia akan mengalahkan pangeran Genta dalam sekali kedip," tutur Indra sambil mengelus lengannya sendiri untuk menghilangkan perasaan merindingnya tadi.
"Tidak, Kak Genta tidak akan kalah semudah itu! Kak Genta akan menang!" seru Joe antusias menyemangati Genta dari jauh. "Kak Genta! Kalahkan dia!!"
Aku terus menggabungkan kedua tanganku dan berdoa agar Genta bisa mengalahkan Miss Delisa. Melihat Genta sempat menoleh memberikan senyumannya kepada kami, membuatku cukup tenang. Aku yakin Genta bisa melakukannya.
"Ukhh baiklah," balas Aqua dan berjalan ke depan Miss Delisa menghadap tak jauh dari Pony. Dia tersenyum manis. "Waw, kau terlihat lebih cantik. Apa kau berasal dari surga?"
Pony tertawa kecil. "Hihihi! Tidak juga. Aku diciptakan dari cahaya dan setengahnya dari pegasus," jawab Pony. Pegasus? Aku tidak mengerti.
"Ah, apa itu artinya kau dari keturunan para pegasus?" tanya Aqua dengan tampang terkejut.
"Ya, aku diciptakan untuk menyinari kegelapan dan menghancurkan siapa saja yang menghalangiku. Apa kau sangat kuat? Mau mencoba menahan kekuatanku?"
Aqua menyeringai. Matanya melebar, merasa sudah tertarik dengan Pony. "Aku berasal dari lautan yang palimg dalam. Aku bisa membuatmu tidak bernafas dari tempatku berdiri. Kau yakin ingin menghadapiku sendirian?"
Pony kembali tertawa kecil. "Ternyata kau lebih sombong, ya."
Pony mengangkat tongkat sihir cahayanya. Sebuah cahaya dari atas Aqua keluar membentuk seperti sebuah benda runcing yang tajam. Benda sihir itu akan mengenai kepala Aqua.
Aqua melihat itu langsung menghindar dengan melangkah mundur. Sihir cahaya itu pun meleset dan malah menancap di tanah yang membentuk retakan kecil. Aqua menyungging senyum.
"Hampir saja, lho. Kau ingin serangan balik?"
Aqua tidak memakai senjata, tapi kedua tangannya berayun membentuk seperti gerakan gelombang lautan. Sebuah bola air keluar dari kedua tangannya dan melemparnya ke arah Pony.
"Hei, bukankah itu bola air?" Kanta fokus melihat sihir yang dikeluarkan Aqua. "Apa itu bisa membuat lawan terluka?"
Aku mengangguk ke arah Kanta. Yang lain juga melihat ke arahku untuk tahu jawaban dari pertanyaan Kanta. "Itu bukanlah bola air biasa. Jika kau kena bola air itu, kau akan terluka atau bisa terdorong."
Pony memutuskan membuat tameng sementara untuk melindunginya dari dua bola air tersebut. Begitu kedua bola air itu mengenai pelindung sihirnya, Pony terdorong tiga langkah. Kejadian itu membuat kami terkejut.
"Benar-benar terdorong," ucap Gabriel tidak menduga. "Berarti Pony harus lebih waspada untuk terus menghindari bola-bola airnya. Aqua memang berbahaya."
Genta mulai memberikan arahan untuk Pony. "Pony, gunakan cahaya keduamu."
"Baik, Master," balas Pony. Dia mengangkat kembali tongkat sihirnya. Sebuah cahaya muncul di bintang tongkat tersebut. Dia membuat seluruh tubuhnya bercahaya dan terbang mendekati Aqua dengan cepat. "Cahaya kilat!"
"Aah!!"
Cahaya kilat dari tongkat sihir Pony tiba-tiba mengenai Aqua. Aku mendengar rintihan Aqua barusan. Aku tidak percaya Pony bisa membuat Aqua terkena serangannya. Itu pasti karena kekuatan Pony yang menjadi seperti cahaya matahari sehingga Aqua sulit untuk melihat gerakan Pony karena kesilauan.
"Ya," gumamku senang melihat Aqua terkena serangan Pony. Kalau terus begitu, pasti Aqua dengan mudah akan kalah.
Aqua menjauhi Pony dan tersenyum sinis padanya. "Ah, ini pertama kalinya ada lawan yang bisa menyentuhku. Kau lumayan juga, malaikat bertanduk aneh."
"Apa kau bilang? Bertanduk aneh??"
Pony yang selalu terlihat tenang, mendadak marah karena ucapan Aqua. Dia kembali memberikan serangan yang sama dan dua kali mengenai Aqua.
"Hihihi! Sakit juga," ucap Aqua sambil mengelus lengannya yang terkena serangan cahaya Pony. "Nah, begitu dong. Jadi lebih seru jika kau sedikit lebih serius. Sekarang giliranku."
Aqua mengangkat kembali tangannya tinggi-tinggi. Dari kekuatan sihirnya, dia mengeluarkan gelombang air dan mengarahkannya kepada Pony. Begitu Pony sedang membuat tameng cahayanya, rupanya sudah terlambat. Air itu mengenai Pony dan membuatnya masuk ke dalam air yang telah membentuk lingkaran seperti gelembung. Pony terjebak di dalamnya.
"Genta! Gawat, dia tidak bisa menghindari gelombang airnya," ucapku sangat khawatir melihat keadaan langsung berbalik arah.
Indra bahkan tahu rasanya di dalam gumpalan air tersebut. Rasanya sesak, tidak bisa bernapas, dan sulit sekali untuk bisa keluar dari sana. Waktu dulu Indra bertarung dengan Aqua, Indra tidak dapat mengalahkannya dan aku langsung menarik Indra menjauh dari Aqua.
Pony terlihat tercekik di dalam sana. Dia bergerak-gerak berusaha untuk keluar dari dalam air. Aqua yang melihat Pony terjebak di dalam airnya tertawa senang.
"Hahaha! Bagaimana rasanya di dalam sana, malaikat? Tak bisa bernapas? Atau ... serasa ingin mati dan menyerah saja?" Aqua benar-benar ingin membuat Pony terpojok.
Genta tidak bereaksi apa-apa. Dia diam dengan kedua tangan yang terkepal kuat. Jangan sampai Genta kalah. Aku ingin Genta menang. Dia pasti bisa mengalahkan Miss Delisa.
"Berjuanglah, Genta!! Kau pasti bisa!!" seruku dari kejauhan memberinya dukungan. Seruanku membuatnya menoleh ke arah kami semua.
"Genta! Jangan terpaku oleh airnya! Kau pasti bisa mengalahkannya!!" Gabriel ikut memberikan dorongan untuk Genta.
"Kak Genta! Jangan kalah!!" seru Joe.
Genta terdiam melihat kami berteriak untuknya. Dia tersenyum di sana dan mengangguk kepada kami. Dia kembali mengarah kepada Pony. Tangannya mengarah ke kening menyentuh tanda pemanggil roh sihirnya.
"Pony, angkat tongkatmu dan keluarkan sihir cahaya yang ketiga," ucap Genta kembali memberikan arahan kepada Pony.
Pony tampaknya telah menjawab balasan Genta dengan anggukan singkat. Matanya memejam dan berkonsentrasi. Memaksa tangannya bergerak mengangkat tongkat sihirnya ke atas. Cahaya sihirnya kembali terpancar dan tiba-tiba saja tongkat sihir itu membesar menjadi tongkat sihir yang begitu lebih besar menembus gelembung air, membuat gelembung itu pecah. Dia berhasil mematahkan sihir air gelembung Aqua dan bisa kembali bergerak bebas dengan sayapnya.
Aqua yang melihat itu tampak sangat terkejut. "Tidak mungkin dia bisa keluar dari airku! Arghh!!"
Aqua melancarkan banyak bola air sihirnya ke arah Pony. Dengan mudah Pony bisa menghindari semuanya dengan terbang menggunakan sayapnya sampai dia berada dekat di hadapan Aqua, membuat Aqua syok.
"Aku menangkapmu~"
Pony memberikan laser cahaya dari tongkat sihirnya tepat ke dada Aqua, memberikan serangan yang sakit sampai membuat Aqua terlempar jauh. Aqua jatuh begitu keras ke tanah hingga memberikan retakan baru yang cukup parah.
Miss Delisa menghampiri partner sihirnya. Dia berjongkok dan mengelus lembut pucuk kepala Aqua. "Baiklah, kau bisa istirahat kembali. Terima kasih, ya."
"Ughh ... Aku tak akan memaafkannya," balas Aqua menatap Pony tajam dari kejauhan dan berikutnya lingkaran sihir muncul di bawahnya membawa dirinya pergi ke tempat asalnya.
Aku membelalakkan mataku tak percaya. Genta memenangkan pertarungan!
"Kak Genta menang!" seru Joe memecahkan kesunyian dan berikutnya sorakan bahagia pecah dari kami.
Kami semua berlari mendatangi Genta. Ades yang sampai lebih dulu langsung memberikan pelukannya kepada Genta. Gabriel tertawa senang, Joe bertepuk tangan bangga atas kakaknya.
"Wow, itu pertarungan yang mengejutkan. Kau bisa mengalahkannya dengan mudah," ucap Indra menghampiri Pony.
Pony tersenyum kepada Indra. "Terima kasih. Kau mengatakan itu, apa karena kau pernah dikalahkan olehnya?"
Indra mengangguk dengan menampilkan ekspresi merengut. "Iya. Dia sangat kuat. Aku hampir mati karena airnya saja."
"Genta, aku senang kau telah mengalahkan Miss Delisa. Aku tahu kau bisa melakukannya," ucapku kepada Genta.
Genta tersenyum senang kepadaku. Dia mendekat dan tidak tahu kalau dia langsung memelukku.
"Terima kasih telah mempercayakan kemenangan padaku, Princess. Aku bahagia bisa melakukan ini untukmu," ucap Genta di dalam pelukannya yang erat.
Sebenarnya aku tidak keberatan Genta memelukku sekarang. Hanya saja, aku bisa merasakan aura mengerikan datang sangat dekat dari Ades, Gabriel dan Joe.
"Wah, kelihatannya nyaman sekali. Aku juga ingin memeluk Beauty, dong," ucap Ades dengan senyum yang terpaksa kepada Genta sambil memegang pundak Genta.
"Genta, aku tahu kau sedang berbahagia karena memenangkan pertarungan. Tapi, peluknya jangan lama-lama begitu," ucap Gabriel sambil melipat kedua tangannya di dada, merasa tidak terima melihatku terus dipeluk Genta.
"Kak Genta, jangan peluk dia terus terusan! Aku tidak suka!" Joe menarik-narik baju Genta agar Genta melepaskanku.
"Hahaha, sepertinya kalian memang sudah sangat dekat dengan muridku, ya," ucap Miss Delisa datang menghampiri kami. "Pangeran Genta, saya senang bisa bertarung dengan Anda. Anda mengalahkan partner sihir saya dan itu membuat saya terkejut. Kau pantas mendapatkan kalung mutiara sihir ini."
Genta melepaskan pelukanku dan menghadap Miss Delisa yang telah mengeluarkan empat kalung mutiara sihir. Sesuai janji, karena Genta memenangkan pertarungan, keempat kalung mutiara sihir itu akan diserahkan kepadanya.
Genta menerima keempat kalung itu dengan perasaan bangga. "Terima kasih. Anda adalah lawan yang cukup kuat. Saya senang bisa bertemu dengan Anda, guru dari Princess."
"Sama-sama, pangeran. Terima kasih juga atas persetujuan kalian untuk ujian saya sebelum menerima kalung mutiara sihir, termasuk terima kasih juga karena selalu menjaga Sica di sisi kalian dengan baik. Untuk waktu sampai misinya selesai, tetap jagalah dia."
"Tentu saja! Joe akan menjaga Kak Sica 24 jam," ucap Joe sambil memeluk sebelah lenganku.
Genta mengangguk. "Kami akan selalu menjaganya. Anda tidak perlu khawatirkan itu."
Miss Delisa tersenyum lembut. Dia melihat kami semua bergantian kemudian berjalan menghampiriku. "Sica, aku bangga padamu. Kau pasti bisa menyelesaikan misimu. Jaga dirimu baik-baik di sana, ya," ucap Miss Delisa memberikan pesan padaku.
Aku mengangguk mantap. "Baik, Miss! Terima kasih banyak."
Setelah berpamitan dengan Miss Delisa, akhirnya kami ke portal lukisan dan kembali ke Avalous dengan keadaan mengantuk.
Ades langsung berlari duluan masuk ke kamarnya dan tidur nyenyak. Sepertinya dia sudah lupa kalau dia harus mengganti perban milik Kanta. Kata Ades tidak apa-apa kalau tidak diganti malam ini. Ah, terserahlah.
Kalung mutiara sihir akhirnya juga dimiliki oleh keempat pangeran Avalous. Sepertinya latihan sihir bersama akan dilaksanakan besok. Aku tidak sabar melihat kekuatan sihir pangeran Avalous yang lain.
Aku berjalan masuk ke kamarku setelah mengucapkan selamat malam kepada mereka semua. Sebelum pergi tidur, aku mencuci kaki dan wajahku. Setelah itu aku membaringkan diriku dengan nyaman ke kasur. Aku menarik selimut dan siap menuju alam mimpi.
Kuharap latihan sihir besok akan berjalan dengan lancar.
To be continue ⚡
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top