It is Beautiful : 27

Dalam perjalanan ke ruang jantung sihir Avalous, tak ada yang bicara. Hening, hanya suara langkah kaki yang beradu dengan lantai.

Aku ingin mengisi keheningan ini dengan sebuah pembicaraan ringan, tetapi aku tidak tahu harus bicara apa.

Itu karena, ada aura dingin dan asing yang tercipta dari Genta dan Gabriel sejak Mariposa ada di sini. Mereka berdua bergabung dalam rombongan karena aku yang menyuruh Joe untuk memanggil mereka, termasuk Ades dan Fox.

"Master, kenapa Pangeran Genta dan Pangeran Gabriel terlihat mengasingkan diri terutama kepada Putri Mari---"

"Sshh!!" desisku kepada Indra sambil melekatkan jari telunjuk ke depan bibirku, menyuruhnya untuk diam.

Indra pun diam.

"Kak Sica, kenapa kau melepaskan Putri Aster dari kursinya Indra? Bisa saja dia itu mau berbuat jahat lagi," kata Joe yang berada di sampingku.

"Kau tidak percaya padanya?" tanyaku balik. "Jangan berpikir negatif seperti itu. Lagipula, kau sudah memaafkannya. Kakak-kakakmu juga."

"Emm ..." Joe bingung, tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Akhirnya, dia memilih diam.

"Sudah sampai." Ades bersuara saat kami semua telah menghentikan langkah melihat sebuah pintu tinggi besar berwarna kuning. Dia berjalan ke pintu itu dan membukanya lebar-lebar.

Di dalam sana, sebuah jantung sihir agung berdiri di tengah-tengah ruangan besar itu. Kilatan garis sinar dari surya merembes dari jendela menuju kaca raksasa berbentuk gelas anggur. Di dalam kaca itu, berisikan air paling bening daripada air yang ada.

Kami melangkah masuk ke dalam ruangan setelah Ades, Genta, Gabriel, dan Joe melangkah lebih dulu. Mereka berempat memandang jantung sihir Avalous, yang kini isinya telah mencapai ....

"Setengah," ucap Fox saat melihat jantung sihir itu. "Setengah lebih."

"Tinggal sedikit lagi," imbuhku dengan tersenyum senang. "Dan setelah jantung sihir penuh, sihir di Avalous akan kembali bangkit."

Mariposa yang ada berdiri di sampingku terpaku memandang indah jantung sihir di depannya. Sedangkan Indra yang ada di belakangku hanya tersenyum tenang ikut memandang.

Lalu, Aster ... tunggu. Di mana dia? Bukankah tadi dia berada di samping Mariposa?

"Ya, jantung sihir Avalous mulai mengisi kembali dan semakin indah karena ikatan cinta yang perlahan-lahan tumbuh. AKAN TETAPI, aku tidak akan membiarkan itu terjadi semudah itu!!"

Aku berpaling cepat dari jantung sihir dan melihat ke arah pintu ruangan. ASTER, berdiri membelakangi pintu yang masih terbuka lebar. Gadis itu baru saja mengatakan perkataan mengejutkan yang membuat Mariposa menatap tak percaya padanya. Kata-kata yang tidak ingin sihir Avalous kembali hidup.

Kata-kata Joe sebelumnya kepadaku telah terbukti nyata, kalau Aster akan berbuat jahat lagi. Tidak semua penjahat akan langsung menyesali perbuatannya dan menjadi orang baik. Tapi, aku tidak tahu kalau ini akan terjadi.

Keempat pangeran Avalous mengambil posisi membelakangi jantung sihir mereka, bersiap dengan masing-masing senjata, bekerja sama untuk melindungi jantung sihir Avalous.

Fox berdiri membelakangi Mariposa untuk melindungi, sedangkan Indra sudah berada di depanku sebagai pelindung. Mereka berdua berdiri di garis pertama yang sama.

Tangan Mariposa mengepal bergetar. Air matanya tumpah membasahi kedua pipinya. Aku yang melihat itu segera menggenggam tangannya untuk membuatnya tenang.

Dia menoleh padaku, menatap sedih bercampur tidak percaya dengan apa yang sudah dilihat dari adiknya sendiri. Aku berjalan memeluknya, membiarkan dirinya menangis di atas bahuku sambil menatap murka kepada Aster.

"Tak ada yang bisa kau lakukan," kata Fox lebih keras dari yang biasanya ketika bicara. Dia tampak marah, namun berusaha untuk tetap merendamnya. "Mutiara sihirmu masih ada padaku. Kau tidak bisa melawan kami, kecuali jika kau punya senjata."

"Itu benar. Menyerah sajalah. Kau sudah membuat kakakmu menangis karena kelakuanmu," kata Genta mengiyakan dan tersenyum.

"Aku mencium bau busuk," kata Joe menatap marah kepada Aster. "Dan bau busuk itu harus segera dienyahkan dari tempat ini."

"Master, ternyata Putri Aster adalah orang yang suka berbohong dan berkhianat. Dia sudah resmi menjadi penyihir yang jahat. Apakah saya boleh membunuhnya?" tanya Indra sambil memandang tajam kepada Aster. Senyumannya terlihat mengerikan sekarang ini.

"HAHAHAHA!!!" Suara tawa Aster yang kencang mengejutkan kami dan membuat firasat baru pada diriku. "Kau benar, Pangeran. Tidak ada yang bisa aku lakukan untuk melawan kalian jika aku tidak memakai kalung mutiara sihir. Tapi, aku punya pengganti yang lebih baik. Mau melihatnya?"

Aster menjentikkan jarinya. Angin yang kencang tiba-tiba masuk dari jendela meniup rambutku tanpa aku hiraukan. Dia menyeringai kepadaku. Apa yang ingin dia tunjukkan?

"Wah! Semuanya berkumpul di sini? Ada pesta, ya? Kenapa tidak mengundangku?"

DEG!

"Pangeran Kanta Apolous." Gabriel menyebutkan nama laki-laki berambut hitam dan pakaian yang juga hitam itu kecuali pada kemeja yang berwarna putih. Sosok yang sebelumnya pernah datang ke sini.

"Owh, jadi dia pangeran juga? Ada banyak pangeran di sini. Master, Anda lebih suka yang mana?" tanya Indra mengarah ke arah Kanta yang juga sedang menatapnya. "Tapi, jangan memilih yang baru datang itu. Dia kurang tampan."

"Tentu saja dia memilihku," kata Ades sambil melangkahkan kakinya ke depan Kanta yang telah masuk melalui jendela. "Karena aku lebih tampan dari siapa pun."

Ades menghunuskan pedang pendek dan lebarnya itu untuk menyerang Kanta. Tapi, Kanta langsung menangkisnya dengan pistol hitamnya. Sepertinya itu pistol baru.

"Kau memanggilnya?" Gabriel mengangkat pedangnya, mengarah kepada Aster. "Dia kah yang kau maksud pengganti baru dari mutiara sihirmu?"

"Bisa dibilang, bekerja sama, sayang," jawab Aster kepada Gabriel. "Bekerja sama, untuk mencapai tujuan masing-masing."

"Mencapai tujuan masing-masing?" Indra kembali bicara.

"Kau masih memikirkan impian mustahilmu itu?" tanyaku dengan geram. Lalu menoleh ke arah Kanta yang sedang berhadapan dengan Ades. "Lalu, tujuanmu apa bekerja sama dengan Putri Aster, Pangeran Kanta?"

"Ya ... sepertinya aku memang kurang tampan karena adanya banyak saingan di sini," kata Kanta masih menahan pedang Ades dengan pistolnya. "Karena itulah, aku ingin bekerja sama dengan Putri Aster, untuk mencapai tujuanku."

Kanta berhasil mematahkan pertahanan pedang Ades. Dia berlari ke arah Indra sebelum Ades akan menyerangnya lagi. Pistol hitam itu dia arahkan kepada Indra, segera membidik.

DOR!

"INDRA!" teriakku.

Jika saja berada pada waktu yang berjalan lambat, mataku bisa melihat dengan jelas dengan apa yang akan Indra lakukan. Dia menunjukkan jarinya tepat ke peluru yang sedang menuju padanya. Aliran petir keluar dari jarinya, seperti membidik, menghanguskan peluru itu hingga menjadi debu.

"Fuuh .." Indra meniup ujung jarinya seperti baru saja menembak sesuatu dengan pistol, namun bedanya dia memakai sihir. "Saya tahu apa tujuan Anda, Pangeran. Dari kata-kata Anda dan gerakan Anda menuju ke sini, tapi saya tidak akan membiarkan itu terjadi."

"Partner sihir, ya?" Kanta menurunkan pistolnya, menyiapkan peluru. "Lawanku cukup menarik juga. Tapi, aku tak bisa mengeluarkan sihir sepertimu. Kau bisa bertarung secara fisik?"

"Inginnya, saya ingin membunuh Anda sekarang juga. Kalau bermain-main sebentar, boleh juga." Indra melangkah maju dan memberikan pukulan ke wajah Kanta. Tapi, Kanta sama sekali tidak merasa sakit.

Kanta membalas pukulan Indra dengan memukulnya ke bagian dada. Pukulan itu sangat menghantam Indra sampai mengeluarkan darah dari dalam mulut sampai terdorong jauh menabrak dinding hingga membuat dinding itu retak. Dia terbatuk-batuk sambil memegang dadanya yang sakit. Ternyata Kanta sangat unggul dalam pertarungan fisik.

"Jangan sentuh Queen sedikit pun!" Gabriel melangkah maju melindungiku, mengayunkan pedangnya kepada Kanta yang baru berjalan selangkah untuk mendekat kepadaku. "Kau mengincarnya! Iya, kan?"

Kanta tidak menjawab, hanya tertawa-tawa tidak jelas sambil menahan pedang Gabriel dengan pistolnya. Kekuatan otot tangannya dalam melawan terlihat jauh lebih kuat. Dia pun juga berhasil mematahkan pertahanan pedang Gabriel dan menghilangkan keseimbangan Gabriel berdiri dan genggaman pedangnya, sehingga bisa memberikannya kesempatan dalam kesempitan untuk kembali mendekat padaku.

Namun, Gabriel tidak akan memberikan Kanta sedikit pun kesempatan untuk itu. Dia secepatnya kembali menegakkan pedangnya dan menyerang lagi.

Kanta kelihatan kesal dengan halangannya yang selalu memisahkan tujuannya. Dia mengangkat pistolnya ke arah Gabriel, ingin menembak jantung lawannya.

DOR!

"GABRIEL!!"

Teriakanku kepada Gabriel yang sedang terkejut melihat bahwa peluru itu tidak bisa dia hindari, karena jaraknya sudah lebih dulu dekat.

Mariposa yang melihat itu secepat kilat melepaskan tangisannya dari bahuku, berlari maju melindungi Gabriel yang sedang menghadapi peluru itu akan segera menghilangkan satu nyawa.

Peluru itu ... beralih target.

Tepat mengenai jantung, Putri Mariposa Dandelion mempertaruhkan nyawanya.

Gadis itu sudah merasakan kesakitan akan menghilangnya detak jantungnya di dunia untuk hidup. Mengalirnya darah di dada, menyerap pada gaun coklat indahnya yang telah menjadi mengerikan, dan perlahan tubuh itu menghentak ke lantai. Terbaring berdarah, penuh kental merah.

Mata Gabriel membulat terpaku, benar-benar terkejut. Tidak hanya dia, aku juga, Ades, Genta, Joe, Fox, Indra, dan ... tidak, Aster tersenyum.

Gadis malang itu baru saja meninggalkan dunia, tanpa mengucapkan selamat tinggal, tanpa mengabari. Begitulah ... kematian yang memilukan.

"Ti-tidak! Mariposa!" Gabriel tiba-tiba menumpahkan air matanya atas kematian Mariposa yang terjadi di depan matanya. Dia terduduk di samping jasad Mariposa, merenggut rambutnya sendiri. "Ke-kenapa!"

"Ups! Aku salah sasaran," kata Kanta menutup mulutnya, menampakkan wajah yang sama sekali tidak merasa dirinya telah berdosa.

Air mataku juga berjatuhan menangisi kematian Mariposa. Baru saja, aku mengenalnya. Dia gadis yang baik dan selalu menyayangi adiknya yang seperti itu. Tapi sekarang, dia sudah pergi. Melindungi Gabriel dari peluru Kanta, secara tidak langsung memberitahukan sesuatu, yang entahlah aku tidak ingin mengetahuinya, meskipun aku sudah tahu.

"Kenapa ... kenapa, dia melindungiku? Kenapa?" Gabriel menyentuh dada Mariposa. Tangannya bergetar, menempelkan darah Mariposa ke telapak tangannya. Lalu mengangkat tangannya kembali dan mengepalnya bersamaan dengan darah Mariposa di dalamnya.

Kanta kembali berjalan ke arahku. Aku berjalan mundur untuk menghindar darinya. Perasaanku panik. Tubuhku bergetar. Aku tidak bisa mengeluarkan sihirku jika keadaanku sedang tegang dan takut.

"Mendekatlah, putri cantikku," kata Kanta kepadaku. Dia semakin dekat.

"Ja-jangan! Pergi!!" balasku menolaknya semakin mendekat.

"Princess!" Genta tiba-tiba menarikku agar berada di dekatnya lalu segera mengarahkan pedangnya kepada Kanta.

"Jangan dekati Kak Sica!" kata Joe menatap benci kepada Kanta sambil menodongkan belatinya.

Fox dan Ades membantu Indra untuk bangkit. Sedangkan Aster melangkahkan kakinya berhenti di dekat Mariposa yang tak lagi bernyawa. Bibirnya menyungging senyum, berbahagia atas kematian kakaknya sendiri.

"Syukurlah, dia sudah mati," kata Aster memandang senang jasad di bawahnya. "Dia yang membunuh dirinya sendiri. Itu bagus, jadi aku tidak perlu lagi repot-repot memikirkan bagaimana cara menyingkirkannya."

"APA YANG BARU SAJA KAU KATAKAN? DIA ITU KAKAKMU! APA KAU SAMA SEKALI TIDAK SEDIH ATAS KEMATIANNYA? ADIK MACAM APA KAU INI?!"

Gabriel berteriak di depan Aster dengan amarahnya yang sudah sangat panas. Bukannya sadar karena bersalah, Aster malah tertawa.

"Pangeran Gabriel, haruskah aku memperjelasnya kepadamu? Kau sudah tahu, kan? Ah! Ataukah, apa kau begini karena masih mencintainya?" Aster menggeleng-geleng. "Biarpun namanya tercantum ke dalam bangsawan Dandelion, akan tetapi tetap saja dia itu BUKAN KAKAK KANDUNG! DIA ITU ANAK BUANGAN! BAYI YANG MENANGIS DI DEPAN PINTU ISTANA!"

"A-apa?" Aku terkesiap, sangat tidak bisa aku percaya.

Mariposa ... bukanlah darah bangsawan. Gadis itu sama denganku, orang biasa.

"Tapi tetap saja dia itu kakakmu, Aster!!" pekik Gabriel. "Dan dia menganggap kau itu sebagai adik yang dia sayangi!! Kau kerterlaluan! Apa yang akan dikatakan Raja dan Ratu Dandelion, kedua orang tuamu sendiri saat melihat dan mengetahui ini semua!!"

Aster mengedikkan bahu. "Memangnya aku peduli? Tidak, itu tidak masalah. Jangan pikirkan apa kata orang tuaku. Mereka sudah menjadi bonekaku. Mereka ... menuruti semua apa yang aku inginkan. Selama sihir waktuku ada, menghilangkan mereka dari muka bumi ini sangatlah mudah."

Gabriel membuka mulutnya, namun tak ada lagi kata yang terucap. Aster benar-benar gila. Dia sudah tidak bisa dihentikan dengan kata-kata apa pun. Sihir ... sudah membuatnya menjadi jahat, bahkan kepada orang terdekatnya sendiri.

Tanganku mencengkeram lengan baju Genta. Amarahku tiba-tiba meningkat. Tubuhku bergetar di atas kemarahanku ingin segera menghancurkannya sekarang juga dari dunia ini. Napasku berhembus seperti banteng yang ingin menghabisi orang yang telah berani mengibarkan kain merah.

"Princess," Genta melihatku bergetar marah memandang Aster, memilih merengkuhku, untuk menenangkanku dari emosiku agar tidak mengamuk.

Sementara Joe, dia sedang bertarung dengan Kanta. Belati milik Joe kini sedang beradu dengan pistol Kanta. Lalu Ades dan Fox membantu Joe menghabisi Kanta, namun pangeran dari kerajaan Apolous itu bisa mengurus tiga lawan sekaligus. Satu pistol itu, dapat melayani tiga senjata yang berbeda.

Indra yang telah kembali berdiri, segera mengangkat tangan kanannya ke atas, sedang memanggil senjata kematian miliknya, yaitu sabit besar. Saat sabit besar itu sudah tergenggam di tangannya, aku berteriak memberikannya perintah di dalam rengkuhan Genta yang melindungiku.

"INDRA! AKU BERIKAN KAU IZIN UNTUK MEMBUNUH GADIS TIDAK TAHU DOSA ITU! BUNUH DIA SEKARANG JUGA!!!"

To be continue⚡

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top