It is Beautiful : 16

Aku menatap tajam kepada gadis itu. Sihir petir di tanganku mulai mengalir untuk menyerangnya kapan saja. Aku yakin pemilik sihir jahat yang aku rasakan sampai saat ini berasal darinya. Gabriel juga telah siap dengan pedangnya yang dia hunuskan. Namun, pedang itu sudah kembali seperti biasanya karena aku tidak mengaktifkan sihir transfer. Sihir itu hanya akan bertahan beberapa menit saja.

"Kau," Tatapan Gabriel tidak kalah tajam. Ekspresinya yang sudah lebih dulu garang, jadi terlihat lebih garang. "Untuk apa kau datang ke sini lagi? Kau sudah menghancurkan jantung sihir Avalous. Dan sekarang apalagi yang ingin kau hancurkan? Istana ini?"

Oh, jadi yang sudah mematikan jantung sihir Avalous adalah gadis itu. Kalau gadis itu yang melakukan, itu artinya dia adalah lawan yang sangat kuat. Sebaiknya aku lebih berhati-hati.

"Ahh, Pangeran Gabriel, kau tahu siapakah orang yang aku rindukan?"

Gadis itu bertanya seraya melangkah mendekat. Melihat itu, Gabriel lantas berdiri di depanku untuk melindungiku. Walaupun aku menerima perlindungan Gabriel, aku juga akan berusaha untuk melindungi Gabriel. Dalam artian, saling melindungi.

Ketika gadis itu sudah cukup dekat di hadapan Gabriel, betapa terkejut dan tidak percaya, aku melihatnya ...

"PANGERAN GABRIEL, KAULAH YANG AKU RINDUKAN!!! KAU JADI TAMBAH TAMPAN, YA!!!"

... memeluk Gabriel dan mengatakan kalau Gabriellah yang dia rindukan. Siapa sebenarnya gadis ini? Dia mengesalkan.

"H-hei! Kau! Lepaskan aku!" Gabriel berusaha melepaskan pelukan manja gadis itu dan berhasil terlepas. Namun, gadis itu sangat gesit. Dia berhasil memegang wajah Gabriel dengan kedua tangannya.

"Ahh, Pangeran, rona merah diwajahmulah yang membuatku jatuh cinta padamu. Hanya kau yang bisa mengambil hatiku," goda gadis itu kepada Gabriel.

Dia sengaja mendekatkan jarak wajahnya ke depan wajah Gabriel. Dan entah kenapa jadi terlihat semakin dekat. Mata gadis itu terpejam. Tunggu, apa yang ingin gadis itu lakukan? Jangan-jangan ...

SHTTRR!!

Tiba-tiba sebuah petir hampir saja akan mengenai gadis itu jika dia tidak bisa menghindar kemudian mundur untuk menjauhi petir yang menancap di lantai itu. Petir itu berasal dari sihirku. Amarahku mendadak naik, napasku memburu, dan kini aku dapat merasakan petirku semakin panas. Hanya merasa marah, sihirku keluar untuk menyerang gadis itu lebih dulu.

"Untuk seorang gadis brengsek sepertimu, pantaskah kau mencium seorang pangeran? Ciuman yang ingin kau lakukan itu tidak akan aku biarkan terjadi begitu saja, karena itu hanya boleh dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai," kataku kepada gadis itu seraya menggenggam tangan Gabriel untuk tetap berada di sampingku. "Dan aku yakin sekarang cintamu itu sedang bertepuk sebelah tangan."

Gadis itu terlihat menggeram kesal. Sedangkan Gabriel melihat ke arahku. Ketika aku menoleh untuk melihatnya, dia berpaling ke arah lain. Tidak ada sepatah kata pun yang dia katakan untukku atau pun gadis itu lagi. Wajahnya merona merah. Aku selalu tidak mengerti tentang alasan dia mudah tersipu oleh sesuatu yang tidak aku ketahui. Dan setidaknya itulah yang membuatnya jadi terlihat manis.

"Siapa kau? Berani sekali kau mengambil Pangeran Gabriel dariku!" tanya gadis itu marah ketika dia melihat tanganku menggenggam tangan Gabriel.

"Kau bisa panggil aku Sica. Nah, bolehkah aku mengetahui siapa namamu?" jawabku diselingi pertanyaan. Dan mendengar kata-katanya tadi, rasanya aku ingin tertawa.

Gadis itu membungkuk dan memperkenalkan dirinya, "Salam. Aku adalah Putri Aster dari kerajaan Dandelion, putri kedua dari dua bersaudara."

Gadis bernama Aster itu berhenti membungkuk dan kembali melihatku dengan senyumannya yang tajam. Sedangkan aku sengaja membuat sikapku terlihat tenang. Padahal, aku sangat ingin menghajarnya karena hampir saja dia berbuat sesuatu yang tidak pantas kepada Gabriel.

"Jadi, kau ke sini hanya untuk menemui Gabriel, ataukah untuk sesuatu yang lain?" tanyaku.

"Selebihnya, aku ingin mencoba hasil penemuanku kepada empat pangeran Avalous. Dan ternyata, penemuanku berhasil!!" jawab Aster lalu mengarahkan tangan kanannya menuju ke sampingnya.

Aku melihat ... oh tidak. Itu artinya sebelum aku merasakan aura sihir jahatnya, dia sudah lama ada di sini. Apa yang sudah Aster lakukan kepada mereka bertiga?

"ADES! GENTA! JOE!"

Meskipun aku sudah meneriakkan nama mereka, namun tetap saja mereka seperti orang yang sedang dikendalikan. Mereka berjalan seperti zombi dan mengurung Aster penuh cinta. Ya, mata mereka sudah disihir oleh sesuatu yang membuat mereka lengket kepada Aster.

"Ha! Ha! Ha! Lihatlah, sayang. Dengan penemuan sihirku ini, aku bisa mendapatkan hati semua pangeran yang ada di dunia ini! Hanya sekali menembak pada bagian hati mereka, maka mereka yang aku tembak akan langsung jatuh cinta padaku! Ya! Semua pangeran adalah milikku!! HAHAHAHA!!!"

Aster mengeluarkan sesuatu dengan sihirnya. Sebuah pistol berwarna merah muda dengan berbentuk hati cinta pada bagian lubang pistolnya. Pistol itu mengeluarkan kilauan merah muda yang membuatku dan Gabriel merasa mual akan keberadaan sihirnya.

Pistol itu sudah menembak hati Ades, Genta, dan Joe, sehingga otomatis mereka menjadi suka dengan Aster dan terus mengikuti Aster dengan mata berbinar-binar mereka yang sedang jatuh cinta. Sekarang tinggal Gabriel yang belum mengenai tembakan pistol sialan itu. Aku tidak akan membiarkan pistol itu menembak hati Gabriel. Gadis penggila semua pangeran itu akan menerima pelajaranku karena sudah membuat Ades, Genta dan Joe terpengaruh oleh penemuan sihirnya yang gila.

"Aster! Kembalikan ketiga saudaraku seperti semula! Kau sudah keterlaluan! Kau tidak akan tahu betapa marahnya aku padamu sekarang!!" pekik Gabriel hampir membuatku menutup telingaku karena pekikannya yang kencang terdengar di sampingku. Wajah Gabriel tidak lagi merona merah, melainkan merah padam. Dia benar-benar marah.

"Ahh, maafkan aku, Pangeran Gabriel. Aku tidak bisa melakukan itu. Namun, kau akan mendapat urutan pertama orang yang aku sukai, karena kau sudah duluan mengambil hatiku! Dan sekarang, aku akan membalas mengambil hatimu, sayang!" Aster mengarahkan pistolnya ke arah Gabriel dan segera menekan pelatuknya.

DOR!

Aku melangkah cepat berdiri membelakangi Gabriel. Kemudian tangan kananku segera merentang ke depan.

"PERISAI KILAT!"

Sesuai yang aku katakan, sebuah perisai yang tidak bisa terlihat telah melindungiku dan Gabriel dari peluru cinta Aster. Kenapa tidak terlihat? Karena perisai itu datang dengan secepat kilat dan menghilang secepat kilat pula. Begitulah perisai dari sihir petir.

Gadis itu terlihat kesal denganku. Namun dia kembali tersenyum, "Lumayan. Ini pertama kali ada yang bisa mengelak dari penemuan sihirku. Aku kira kau akan mempertaruhkan hatimu dan mengenai pistolku. Ternyata, kau adalah penguasa sihir petir."

"Dan bolehkah aku mengetahui, sihir apakah yang sangat kau kuasai?" tanyaku ikut menyeringai padanya.

"Ahh, baguslah kalau kau bertanya. Sihir yang aku kuasai adalah ..." Aster menyimpan pistolnya dan segera melangkah maju untuk mendekatiku. Aku semakin menyiapkan sihirku untuk menyerangnya. Namun, tiba-tiba saja dia sudah sampai begitu saja di depan mataku dengan tangan kanannya yang terkepal ke arahku, "... waktu."

DUGH!!

Aster langsung meninju perutku tanpa aku ketahui. Serangannya sangat besar hingga membuatku terpental jauh dan jatuh tersungkur. Astaga, dia begitu kuat. Ternyata aku sedang melawan penyihir penguasa sihir waktu. Dia dapat mengendalikan waktu sesuka hati dan memanfaatkan waktu yang dia kendalikan itu untuk menyerangku. Apa aku bisa mengalahkannya?

"QUEEN!" Itu Gabriel. Dia meneriakkiku. Sepertinya aku sudah membuatnya khawatir.

Aku berusaha membuka mataku untuk melihatnya. Dia sedang ditahan oleh kedua tangan Genta dan Ades yang masih di bawah kendali Aster. Sementara Joe sedang memeluk Aster dari belakang. Penemuan sihir yang menjijikkan. Dia tidak boleh mempermainkan hati seseorang seperti itu! Aku tidak akan kalah dengan hanya serangan seperti ini saja.

"Jangan khawatir, aku ... baik-baik saja," ucapku sambil berusaha keras bangkit dari posisi jatuhku yang sebenarnya sangat memalukan bagiku.

"Pff---HAHAHAHA!! Ayolah, jangan bersikap sok kuat seperti itu. Katakan saja kau sudah menyerah dan selesai! Keempat pangeran di sini akan menjadi milikku!" seru Aster seraya mengelus kepala Joe dengan tangan laknatnya.

Aku berhasil berdiri kembali walaupun rasa sakit di perutku menjalar meruntuhkan sedikit sihirku. Kedua kakiku agak bergetar untuk menyeimbangkanku ketika berdiri. Tanganku memegang bagian perutku dan sedikit meringis menahan sakit.

"Kau tidak bisa memiliki mereka semua, walaupun pistol itu bisa membantu mewujudkan impianmu itu, cinta yang mereka berikan padamu bukanlah cinta sungguhan," kataku.

"Hahaha!!" Aster kembali melangkah ke depanku dengan sihir waktunya dan lantas memukul wajah dan daguku hingga aku kembali terbaring lemah. "Berisik. Kau itu hanya gadis biasa yang berusaha menarik perhatian para pangeran Avalous dengan tubuhmu yang tidak menarik itu. Lebih pantas kau menggoda pria lain yang sama derajat denganmu saja. Tidak perlu jauh-jauh ke istana Avalous."

"Heh! Kau pikir aku ini sama bajingannya denganmu? Enak saja," kataku membalas seraya memegang kedua pergelangan kakinya lalu menariknya hingga dia terjatuh terhempas ke lantai. Lalu secepatnya aku kembali berdiri, "kau tidak tahu apa-apa."

Aster menggeram kesal, "Beraninya kau!!" Dia buru-buru bangkit dan segera merentangkan tangan kanannya ke atas, "SENJATA!"

Selagi dia sedang mengeluarkan sesuatu pada sihirnya, secepat kilat aku dengan sedikit sihir petir pada kedua kakiku lantas melesat pergi ke arah Gabriel untuk melepaskannya dari tahanan Ades dan Genta. Namun, aku tidak sampai melukai mereka berdua. Aku memaksa mereka melepaskan Gabriel dengan cara menarik paksa Gabriel dari mereka lalu menendang mereka sampai terjatuh.

"Queen! Awas!!" Gabriel tiba-tiba membalas menarikku dan berakhir masuk ke dalam pelukannya.

TRAKKSS!!

Ketika aku tengok ke belakang, sebuah jarum jam panjang raksasa mendarat kasar mengakibatkan lantai itu berukir retakan besar. Sepertinya jarum jam hitam itu hampir saja akan mengenaiku jika Gabriel tidak cepat-cepat menarikku.

"Pangeran Gabriel! Kenapa kau malah menyelamatkannya? Jarum jamku hampir saja akan menusuknya! Jadi meleset, kan!" kesal Aster terdengar manja kepada Gabriel. Mendengarnya begitu saja sudah cukup membuatku kesal.

"Karena aku adalah gadis yang dia sukai," kataku menjawab seraya memeluk erat Gabriel. Sambil itu juga, aku melihat ekspresi terkejut milik Aster yang membuatku tersenyum penuh arti.

"H-hah?!" Gabriel kelihatan bingung sekaligus panik. Wajahnya kembali memerah. "Queen! Maksudmu ap---"

"Gabriel, kau memilih siapa? Dia atau aku?" tanyaku membuat Gabriel semakin dilanda kepanikan. Atau ... lebih tepatnya semakin malu.

"A-apa?! A-a-aku ..."

"Pangeran Gabriel! Kau pasti memilihku, kan?? Dia itu hanyalah gadis jelata! Sedangkan aku adalah seorang putri bangsawan! Sudah pasti kau akan memilihku!" pekik Aster seraya melangkah maju namun tidak sampai mendekat ke arah kami.

"Gabriel, jangan dengarkan dia. Dia itu rakus tidak hanya menginginkanmu saja. Sebaiknya kau memilihku," kataku dengan sangat sengaja.

"Apa kau bilang? Rakus?!" Aster terlihat marah. Matanya memancarkan api kemarahan atas kata-kataku. Hehe, masuk jebakan.

"Iya. Rakus. Menyukai semua pangeran dan ingin mengambil hati mereka semua. Untuk itu kau memerlukan penemuan sihir anehmu itu agar mereka semua bisa jatuh cinta padamu. Kau rakus sekali, Putri Aster."

"Argghh!! Berhenti memanggilku rakus! Kau sudah lancang menyebutku seperti itu seakan-akan kau adalah ratu di sini! Memangnya salah kalau aku menginginkan mereka semua? JARUM JAM!!"

Saat Aster memanggil senjatanya, jarum jam raksasa itu bergerak melesat ke genggaman tangannya. Mata merah semerah darah itu menatap marah mataku. Mataku juga berwarna merah, namun tidak terlalu merah seperti yang dimiliki Aster.

Sihir waktu mempunyai senjata yang sangat kuat. Jarum jam hitam itu bisa merobek jantungku jika aku tidak bisa menghindari serangannya. Aku ingin menghancurkan senjatanya itu, namun apa pedang petirku bisa mematahkannya? Pedang milik Gabriel saja tidak mungkin bisa melawannya. Pedang Gabriel bisa hancur karena tidak dikebali oleh sihir. Jika aku memakai sihir transfer, mungkin tidak akan sempat karena Aster bisa menguasai waktu. Tidak adakah celah untuk membuatnya kalah?

"Hiks! Hiks! Huuaa!!! Kalian jahat! Kalian semua akan aku laporkan kepada Ibu dan Ayah! Akan aku ceritakan kepada kakakku! Lihat saja nanti pembalasan dariku, SICA!"

Aku tidak percaya ini. Aster tiba-tiba saja menangis dan berlari meninggalkan kami yang tengah memandangnya dengan tatapan bengong. Aku pikir dia akan menyerangku lagi, soalnya aku merasakan sendiri kalau sihirnya jauh lebih kuat dibandingkan sihirku. Tapi, sihir waktunya tidak terasa jahat. Pistol cintanya itu yang sebenarnya jahat. Dia sudah membuat penemuan sihir jahat dan memanfaatkannya untuk kepentingannya sendiri.

Kalau dia pergi, bagaimana nasib Ades, Genta, dan Joe yang masih terpengaruh oleh pistol cintanya? Mereka sedang berdiri dengan bengong seperti tidak ada pekerjaan lain. Mata mereka masih berbinar benih-benih cinta yang membuatku enggan untuk menatap mata mereka.

"Joe! Hei, sadarlah! Genta! Ades! Sadarlah!" Gabriel mengguncang tubuh dan menepuk-nepuk pipi mereka agar sadar. Namun tidak ada reaksi apa-apa dari ketiga pangeran itu.

PLAK!!

"Ades! Sadarlah!!" ucapku agak kesal kepada Ades setelah melayangkan satu tamparanku padanya. Gabriel terbelalak melihatku menampar Ades tanpa ragu.

"Beauty?" Aku terkejut mendengar Ades memanggilku. Dia baru mau sadar kalau ditampar, ya? "Apa ... yang sudah terjadi?"

"Kau tidak mengingat apa-apa?" tanyaku masih terkejut bahwa Ades malah bertanya tentang apa yang sudah terjadi.

"Mengingat apa? Memangnya tadi ada apa?" kata Ades balik bertanya dengan muka sok polosnya yang kelihatan disengaja.

PLAK!!

Bukan, aku tidak menampar Ades lagi. Sekali saja sudah cukup. Suara tamparan itu membuatku dan Ades serentak menoleh ke arah sumber suara. Dan ternyata hentakan tangan ke arah pipi itu berasal dari Gabriel yang baru saja menampar Genta tanpa ada keraguan di wajahnya yang datar mengekspresikan ketidak pedulian.

"Ah?" Genta telah sadar sambil memegang sebelah pipinya yang terkena tamparan Gabriel. Dia mengedarkan pandangannya ke arah Gabriel, Ades, dan diriku. "Ada sesuatu yang aku lewatkan, ya?"

"Jadi, tinggal Joe?" Aku menolehkan kepalaku ke arah Joe yang masih terpengaruh oleh pistol cinta. Kalau cara menyadarkannya sama dengan Ades dan Genta, aku jadi tidak tega jika yang akan ditampar itu adalah Joe.

"Kau tidak mau menamparnya?" tanya Gabriel kepadaku. "Kalau begitu biar aku saja."

Gabriel berjalan ke arah Joe kemudian bersiap mengangkat tangan kanannya untuk melayangkan tamparan ke arah Joe. Saat itu, kedua mataku ditutup oleh Ades.

"Hei! Singkirkan tanganmu!"

"Jangan dilihat, nanti kau malah mau menamparnya juga. Lalu, kau tidak mau menampar wajahku lagi."

PLAK!!

Akhirnya Gabriel selesai melakukan ritual penyadaran Joe karena aku yakin suara tamparan itu berasal dari tamparan Gabriel kepada Joe. Sementara Ades masih saja menutup mataku.

"Eh? Kak Gabriel, kenapa aku ada di sini?" tanya Joe terdengar kebingungan.

"Hm, sepertinya kalian sudah meninggalkanku pada sesuatu yang seru, ya? Kalian jahat sekali. Aku kan tidak pernah jahat kepada kalian semua." Sudah jelas itu adalah suara Genta. Tidak pernah jahat dia bilang?

"Wah, Beauty, mungkin kau harus menceritakan kepada kami apa yang sudah terjadi barusan."

"Ades, kapan kau akan membuka mataku? AKU TIDAK BISA MELIHAT!!"

To be continue⚡

Catatan penulis :

Emm kayaknya pada banyak yang nanya aku dapet gambar karakternya dari mana :v Aku udah rencana mau beritahuin pas ceritanya udah end. Tapi, karena banyak banget yang penasaran dan bikin aku geregetan, ya sudahlah bakal aku kasih tau :3 lagian itu bukan aku yang gambar. Aku cuma pinjem karena gambar karakternya mantav semua :v

Awal bermula aku lagi iseng nyari-nyari gambar anime di pinterest. Trus secara sengaja jari aku kesandung ke gambar yang cakep abis :v

Jadi itu gambar aku jelajahin sampai ketemu judul gambarnya. Dan ternyata oh ternyata, itu adalah novel bahasa jepang karya Saeki San :3

Tuh! Judulnya :v bisa diingetin dalam 1 menit? Aku aja sering copy/paste judulnya :v BHAKZ! Oke, judulnya Tensei Shitanode Tsugi Koso wa Shiawasena Jinsei wo Tsukande Misemashou UDAH PUAS KAN AKU BERITAHU :V WKWKWK!

Udah dibantas pertanyaan para pembaca mengenai gambar karakter, semua udah tau dan ngerti. TAPI, soal semua nama karakter di cerita It is Beautiful, itu asli dari karangan aku^^ Kalau nama artisnya alias dari novel di atas, aku cuma ingat nama asli Sica itu Lizbeth sama Gabriel itu nama aslinya Cecil :v Yang lainnya aku lupa, soalnya dari yang aku baca versi Inggrisnya, kebanyakan yang nongol itu si Cecil :v

Trus, aku cuma pakai gambar mereka berlima. Kalau tokoh lainnya seperti Kanta, Aster, dll, itu dari gambar anime bebasss :v

Dah kayaknya gitu aja deh. Udah pada tahu kan semuanya? Udah deh capek aku ngetiknya :v Sampai jumpa di chapter selanjutnya~~~!!!

Oh ya kebanyakan ada yang bilang Mariposa yang datang pakai aura-aura sihir jahat? Wkwkwk! Anda MELESET! :v Mariposa belum aja dimunculin, udah banyak haters-nya, ya! Gabriel kayaknya seneng banget :v BHAKS!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top