Aduuuh. Ketemu Kak Rafli di sini. Gawat! Bisa marah dia kalau tahu Alesa nggak langsung pulang ke rumah. Malah jalan ke sini. Ketanggoran pula. Kacau!

Mataku menatap mata Kak Rafli yang juga menatap Alesa-entah dengan tatapan apa-kini. Cepat-cepat aku merunduk menghindari tatapannya. Tak lama dia pamit pada Kakak yang ternyata Bu Tari, guru di sekolah Alesa juga.

“Makasi banyak, ya, Raf,” ucap Bu Tari sebelum Kak Rafli pergi.

Jantungku sudah berdetak takut, kalau-kalau Kak Rafli menegur Alesa di sini dengan marah. Kalau Kak Rafli marah, rasanya pengen marah juga sama teman-teman Alesa. Mereka lah biang kerok kejadian ini. Kini Kak Rafli berjalan menuju ke pintu masuk. Saat melewati Alesa, ternyata dia berhenti sejenak. Waduh! Pelan, kuangkat wajah menatapnya.

“Kak Rafli tunggu di depan, ya,” ucapnya.

Cepat-cepat aku menunduk mengiyakan apa katanya.

“Alesa! Sini!” panggil Gita. Mereka kini sudah berkumpul di dekat ranjang Bu Tari. Saat aku berbalik dan mendekat, sempat mataku bersirobok dengan sepasang mata milik Oreo. Anak itu kini juga menatap dengan penuh arti. Apa yang salah memangnya?

Selama di dalam, rasanya sudah gelisah saja pengen cepat pulang. Perbincangan teman-teman dengan Bu Tari juga sudah tak kuhiraukan. Pikiranku terbang pada Kak Rafli.

“Alesa,” sapa Bu Tari. “Kamu yang kemarin  ... kita ketemu di parkiran ‘kan?” tanyanya lagi.

“Oh, iya, Bu.”

“Kamu murid baru. Ya?”

“He-em.”

“Saudara gimana sama Rafli?” tanyanya.

“Saudara  ....” Aduh, kalau kujawab apa hubungan kami sebenarnya, bisa susah. Entah-entah jadi nggak boleh sekolah. Akhirnya kujawab saja.
.
.
.

Duuh. Maafin kepolosan si Alesa Humairo, ya. 😬

Nanti ada masanya dia mengerti. Tunggu, ya. Ikutin terus kisah Raflesia. 😍😍

Berhubung Kisah ini awalnya tayang selama 30 hari tanpa putus di parade, sekarang ini naskahnya sudah masuk ke penerbit. So, yang mau ikutan waiting list boleh banget, ya  .... 🤗🤗

Ketemu Alesa dan Rafli yang punya masa lalu bersama Tari versi cetaknya 😍